Friday, May 24, 2019

PENYEMBAHAN SEBAGAI RESPONS HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2019

Baca:  Markus 12:28-34

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu."  Markus 12:30

Penyembahan merupakan sikap yang timbul dari rasa hormat dan pemujaan yang kita lakukan kepada Tuhan dengan rendah hati dan juga pelayanan kasih kepada Tuhan, sebagai satu-satunya pribadi yang layak.  Adalah mutlak bagi kita sebagai anak-anak-Nya untuk menyembah Tuhan, dan dalam hal ini Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan,  "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"  (Matius 4:10b).  Hanya Tuhan-lah yang berhak menjadi satu-satunya obyek penyembahan kita, karena memang hanya Dia yang layak menerimanya, tiada yang lain.

     Kita menyembah Tuhan karena eksistensi dan karya-Nya dan menyembah itu adalah respons kita dengan segenap pikiran, emosi, kehendak dan tubuh sebagai orang percaya atas seluruh keberadaan-Nya.  Oleh karena itu melakukan tindakan penyembahan kepada Tuhan tidak dapat dilakukan asal-asalan atau seenaknya sendiri.  Kita ini diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi pribadi yang responsif, artinya senantiasa memberikan respons untuk segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita yang disertai dengan ucapan syukur atas setiap campur tangan Tuhan, di mana karya-Nya itu seharusnya membangkitkan perasaan kagum dan hormat di dalam diri kita dan mendorong kita untuk memberi penyembahan kepada Dia,  "Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,"  (Wahyu 4:9).

     Yang menjadi dasar dari sebuah penyembahan kepada Tuhan adalah kerendahan hati!  Bila kita datang kepada Tuhan dengan suatu penyembahan yang didasari pada sikap rendah hati, maka penyembahan kita itu menyenangkan hati Tuhan, karena  "TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya."  (Mazmur 147:11).  Selain itu, kita harus menyembah Tuhan dengan hati yang benar-benar tulus, bukan dibuat-buat, karena penyembahan itu bukan hanya berkenaan dengan ungkapan kata-kata indah dan manis di mulut, tetapi suatu ungkapan yang keluar dari dasar hati yang terdalam!

Sudahkah penyembahan kepada Tuhan mewarnai hari-hari kita?

Thursday, May 23, 2019

PERIHAL MEMBERI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2019

Baca:  Matius 6:1-4 

"Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu."  Matius 6:3

Bila kita pelajari firman Tuhan hari ini, ada suatu hukum Tuhan tentang memberi yaitu jika kita memberi hendaknya dilakukan dengan diam-diam, jangan sampai ada yang tahu.  Tuhan tidak suka terhadap orang yang memberi tapi disertai dengan motivasi yaitu supaya diketahui orang lain atau ingin mendapatkan pujian,  "Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."  (Matius 6:4).  Jika kita ingin dipuji orang karena pemberian kita, maka upah kita sebatas pujian mereka saja, tetapi bila kita memberi dengan diam-diam, maka Bapa di sorgalah yang mengetahuinya dan akan membalasnya.  Bukankah sering dijumpai ada banyak orang rela memberi sedekah atau persembahan dalam jumlah besar, namun tidak didasari ketulusan hati, tapi hanya untuk mencari pujian atau pencitraan semata?

     Pula Tuhan menghendaki agar dalam memberi kita melakukannya dengan bijaksana, artinya kita harus dapat memilih tanah mana yang tepat untuk ditaburi, jadi bukan di tanah sembarangan!  Seringkali ada banyak organisasi atau yayasan yang mengatasnamakan Kristen yang membuat proposal dan meminta sumbangan, tapi kita sendiri tidak tahu sepak terjangnya, bahkan adakalanya disalahgunakan, maka dari itu kita harus selalu menggunakan hikmat Tuhan dalam memberi.  Akan halnya meminta sumbangan, Tuhan mengajar kita untuk tidak bersandar dan berharap kepada manusia seperti firman-Nya,  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia,"  (Yeremia 17:5a), sebab  "...ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22b).  Hendaknya kita berharap hanya kepada Tuhan karena Dialah satu-satunya Penolong dan sumber berkat bagi kita.  Bukan dengan upaya atau akal kita mencari dana dari manusia, melainkan dengan melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan, maka Tuhan pasti sanggup membukakan semua saluran berkat bagi kita.

     Selain daripada itu, tak kalah pentingnya dari hukum Tuhan yang lain adalah persepuluhan yaitu menggembalikan apa yang menjadi milik Tuhan.  Jangan abaikan itu!

"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar..."  Lukas 6:38