Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2019
Baca: Wahyu 2:1-7
"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula." Wahyu 2:4
Ketika Tuhan Yesus mengutus Yohanes, hamba-Nya untuk menulis pesan kepada jemaat di Efesus, jemaat tersebut berusia lebih dari empat puluh tahun. Kemudian muncullah generasi yang baru setelah itu, namun sayang, generasi tersebut berbeda dengan pendahulunya. Mereka tidak memiliki kasih yang murni seperti generasi sebelumnya saat pertama kali menerima Injil. Semangat kasihnya kepada Tuhan telah pudar walaupun secara kasat mata mereka terlihat melakukan banyak perbuatan baik.
Firman Tuhan berkata: "Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun
ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap
orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut
dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah
mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah." (Wahyu 2:2-3). Sepintas apa yang dikerjakan oleh jemaat di Efesus ini tidak ada celanya karena mereka adalah jemaat yang setia, tahan dalam penderitaan dan punya hikmat dalam membedakan guru-guru palsu. Namun Tuhan Yesus melihat jauh melampaui penampilan luar, karena "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Jadi Tuhan tahu kondisi yang sebenarnya dan tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya! Hal ini tidak beda jauh dengan kondisi gereja Tuhan saat ini: penampilan luarnya kelihatan menonjol, jemaatnya besar atau bangunan gerejanya begitu megah. Kita lupa bahwa Tuhan melihat jauh ke dalam, bukan hal-hal yang lahiriah! Tanpa kita sadari kita telah meninggalkan kasih yang mula-mula dan terjebak dalam rutinitas banyaknya pekerjaan bagi Tuhan, sementara kita mengabaikan kasih (hubungan karib secara pribadi) dengan Dia!
Jemaat Efesus sesungguhnya mengasihi Tuhan, tetapi mereka telah kehilangan semangat dan intensitas kasih itu sendiri; pekerjaan atau pelayanan yang mereka lakukan tidak lagi didasarkan atas kasihnya kepada Kristus.
Tanpa kasih yang menyala-nyala bagi Tuhan, pekerjaan kita tidak ada artinya!
Monday, May 20, 2019
Sunday, May 19, 2019
KRISTUS ADALAH TELADAN SEMPURNA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Mei 2019
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Tuhan tahu dengan tepat keadaan manusia yang seringkali memberontak dan tidak mau menerima rencana-Nya yang telah dirancangkan sejak awal. Padahal sesungguhnya rancangan Tuhan itu selalu baik, seperti dinyatakan dalam firman-Nya: "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11); tetapi manusia lebih suka dengan rancangannya sendiri. Mereka mengira bahwa semua rancangan yang dibuatnya itu pasti benar dan mendatangkan kebahagiaan, sehingga tidak mau tunduk atau menyerah kepada rancangan Tuhan dalam hidupnya!
Allah memberikan kepada manusia suatu contoh bagaimana harus taat dan menjalankan rencana-Nya, yaitu melalui Anak-Nya, Yesus Kristus, yang turun ke bumi untuk memberikan teladan yang sangat sempurna dalam hal kedisiplinan dan ketaatan-Nya menjalankan rencana dan kehendak Bapa. Suatu contoh nyata adalah sewaktu Tuhan Yesus sedang bergumul di Taman Getsemani, Ia berada dalam suatu persimpangan yaitu antara mementingkan keinginan hati-Nya atau menyerah penuh kepada rencana yang telah digariskan oleh Bapa. Dalam pergumulan itu, akhirnya Tuhan Yesus menang dan memilih taat kepada rencana Bapa dengan berkata, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Ini adalah bukti nyata bahwa Yesus menyerah tanpa syarat kepada kehendak Bapa! Jika saja Yesus tidak taat dalam menjalankan rencana penebusan ini, maka tidak akan ada pengampunan dan keselamatan bagi umat manusia, yang artinya kita semua pasti binasa.
Pada hari ini mari kita introspeksi sejauh mana ketaatan dan penyerahan kita kepada Tuhan, karena Tuhan Yesus telah lebih dulu memberi teladan kepada kita; dan oleh karena Dialah, dosa kita dihapuskan dan kita beroleh keselamatan kekal. Pilihan ada pada kita: hidup dalam ketaatan atau menurut kehendak kita sendiri!
Ingat! Setiap ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal (Ibrani 2:2).
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." 1 Petrus 2:21
Tuhan tahu dengan tepat keadaan manusia yang seringkali memberontak dan tidak mau menerima rencana-Nya yang telah dirancangkan sejak awal. Padahal sesungguhnya rancangan Tuhan itu selalu baik, seperti dinyatakan dalam firman-Nya: "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11); tetapi manusia lebih suka dengan rancangannya sendiri. Mereka mengira bahwa semua rancangan yang dibuatnya itu pasti benar dan mendatangkan kebahagiaan, sehingga tidak mau tunduk atau menyerah kepada rancangan Tuhan dalam hidupnya!
Allah memberikan kepada manusia suatu contoh bagaimana harus taat dan menjalankan rencana-Nya, yaitu melalui Anak-Nya, Yesus Kristus, yang turun ke bumi untuk memberikan teladan yang sangat sempurna dalam hal kedisiplinan dan ketaatan-Nya menjalankan rencana dan kehendak Bapa. Suatu contoh nyata adalah sewaktu Tuhan Yesus sedang bergumul di Taman Getsemani, Ia berada dalam suatu persimpangan yaitu antara mementingkan keinginan hati-Nya atau menyerah penuh kepada rencana yang telah digariskan oleh Bapa. Dalam pergumulan itu, akhirnya Tuhan Yesus menang dan memilih taat kepada rencana Bapa dengan berkata, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Ini adalah bukti nyata bahwa Yesus menyerah tanpa syarat kepada kehendak Bapa! Jika saja Yesus tidak taat dalam menjalankan rencana penebusan ini, maka tidak akan ada pengampunan dan keselamatan bagi umat manusia, yang artinya kita semua pasti binasa.
Pada hari ini mari kita introspeksi sejauh mana ketaatan dan penyerahan kita kepada Tuhan, karena Tuhan Yesus telah lebih dulu memberi teladan kepada kita; dan oleh karena Dialah, dosa kita dihapuskan dan kita beroleh keselamatan kekal. Pilihan ada pada kita: hidup dalam ketaatan atau menurut kehendak kita sendiri!
Ingat! Setiap ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal (Ibrani 2:2).
Subscribe to:
Posts (Atom)