Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Mei 2019
Baca: Mazmur 38:1-23
"Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku." Mazmur 38:16
Adalah manusiawi bila kita berharap pada sesuatu yang nyata, misalnya ketika kita mengalami kesulitan dalam hal keuangan, langkah pertama yang kita lakukan biasanya adalah mencari pinjaman uang kepada orang lain. Biasanya ini adalah opsi utama kita, lebih utama daripada mengaktifkan iman yang ada dalam diri kita yaitu dengan menaruh iman percaya serta berharap penuh kepada Tuhan. Sesungguhnya, kejadian-kejadian dalam kehidupan manusia hampir tidak berbeda dari zaman ke zaman; Apa yang terjadi di zaman Daud terjadi juga di dalam kehidupan kita saat ini, di mana manusia dihadapkan pada banyak pilihan, dan pilihan inilah yang akan menentukan jalan hidup manusia.
Orang-orang yang sanggup melepaskan diri dari kemelut yang melanda adalah mereka yang berpegang teguh pada janji-janji firman Tuhan, seperti Daud yang kehidupannya juga tidak pernah luput dari masalah. Banyak tantangan yang menghadang, tak jarang pula maut mengancam jiwanya, tapi Daud mengerti benar bagaimana harus bersikap dalam menghadapi semua itu. Daud senantiasa berseru kepada Tuhan karena ia memiliki hubungan yang sangat baik dengan Tuhan. Dalam keadaan yang sangat kritis sekalipun ia tidak panik, melainkan selalu melaporkan apa saja yang sedang ia alami kepada Tuhan, karena ia tahu bahwa Tuhan tidak pernah tertidur dan terlelap.
Mazmur 38 ini menggambarkan keadaan Daud pada waktu sakit dan dalam keadaan yang sangat buruk. Daud menyampaikan keluh kesahnya kepada Tuhan: "Sebab pinggangku penuh radang, tidak ada yang sehat pada dagingku; aku kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degap-degup jantungku." (Mazmur 38:8-9). Daud terus menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan dan dia tidak mau dikalahkan oleh keadaan, karena itu dia memaksa jiwanya untuk terus berharap kepada Tuhan, katanya, "Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku." (Mazmur 38:16). Dalam keadaan yang buruk masihkah kita berharap kepada Tuhan atau kita mengandalkan manusia, atau kepada hal lain yang kelihatan?
"...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." Mazmur 9:11
Saturday, May 18, 2019
Friday, May 17, 2019
BELAJAR MELAKUKAN KETAATAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2019
Baca: Ibrani 5:1-10
"Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya," Ibrani 5:8
Ketaatan adalah hal terpenting dalam kehidupan orang percaya dan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk kita mengalami pertumbuhan rohani dan mencapai kedewasaan penuh, bahkan bagi Tuhan Yesus sendiri: "...Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya," (Ibrani 5:8), dan "...dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Kalau bapa yang ada di dunia ini saja menginginkan setiap anaknya untuk taat terhadap apa saja yang diperintahkannya, apalagi Bapa yang ada di sorga, Ia sangat mengharapkan anak-anak-Nya hidup di dalam ketaatan, bukan hidup menurut kemauannya sendiri atau seenaknya sendiri.
Ketika Tuhan Yesus berada di dunia sebagai Anak, Ia memberi teladan kepada kita tentang bagaimana Ia taat melakukan kehendak Bapa, oleh karena itu "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11). Kristus adalah teladan utama dalam ketaatan! Begitu pula bila kita baca di dalam Perjanjian Lama, Abraham begitu taat kepada Allah ketika ia harus mempersembahkan anak satu-satunya yaitu Ishak, sebagai korban persembahan. Dalam hal ini, ketaatan Abraham benar-benar telah teruji.
Tuhan berfirman: "Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." (Kejadian 22:16-18). Memang tidak mudah untuk hidup taat, tapi hal itu bukan alasan untuk kita tidak mau belajar melakukannya.
"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," 1 Petrus 1:14
Baca: Ibrani 5:1-10
"Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya," Ibrani 5:8
Ketaatan adalah hal terpenting dalam kehidupan orang percaya dan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk kita mengalami pertumbuhan rohani dan mencapai kedewasaan penuh, bahkan bagi Tuhan Yesus sendiri: "...Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya," (Ibrani 5:8), dan "...dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Kalau bapa yang ada di dunia ini saja menginginkan setiap anaknya untuk taat terhadap apa saja yang diperintahkannya, apalagi Bapa yang ada di sorga, Ia sangat mengharapkan anak-anak-Nya hidup di dalam ketaatan, bukan hidup menurut kemauannya sendiri atau seenaknya sendiri.
Ketika Tuhan Yesus berada di dunia sebagai Anak, Ia memberi teladan kepada kita tentang bagaimana Ia taat melakukan kehendak Bapa, oleh karena itu "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11). Kristus adalah teladan utama dalam ketaatan! Begitu pula bila kita baca di dalam Perjanjian Lama, Abraham begitu taat kepada Allah ketika ia harus mempersembahkan anak satu-satunya yaitu Ishak, sebagai korban persembahan. Dalam hal ini, ketaatan Abraham benar-benar telah teruji.
Tuhan berfirman: "Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." (Kejadian 22:16-18). Memang tidak mudah untuk hidup taat, tapi hal itu bukan alasan untuk kita tidak mau belajar melakukannya.
"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," 1 Petrus 1:14
Subscribe to:
Posts (Atom)