Monday, May 13, 2019

RESPONS TERHADAP KARYA DAN RENCANA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Mei 2019

Baca:  Mazmur 104:1-35

"Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu."  Mazmur 104:24

Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan orang percaya bukanlah hal yang kebetulan saja, melainkan selalu berada dalam kehendak dan rencana Tuhan.  Jadi setiap kejadian atau hal-hal yang kita alami yang menghiasi hari-hari kita ini bukan hanya merupakan suatu rangkaian peristiwa tanpa makna, tapi ada dalam agenda Tuhan.  Bahkan Tuhan yang Mahakasih berkarya dalam kehidupan orang-orang yang dikasihi-Nya, Ia menaruh tangan-Nya atas kita, membentuk hidup kita, menuntun dan membimbing kita kepada rencana-Nya yang sempurna.  "Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku."  (Yesaya 49:16).

     Rencana Tuhan sangat sempurna bagi setiap orang yang mengasihi-Nya, sebab Dia sanggup melakukan segala sesuatu dan tak ada rencana-Nya yang gagal  (Ayub 42:2).  Termasuk alam semesta ini dirancang dan diciptakan Tuhan dengan penuh kebijaksanaan  (ayat nas).  Tuhan adalah Arsitek Mahaagung yang tak ada taranya dalam menciptakan bintang, bulan, matahari, dan bumi, yang disemarakkan dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang.  Itu semua tercipta atas kehendak dan rencana-Nya, dan Tuhan puas sekali dengan hasil ciptaan-Nya, sebab  "...segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik."  (Kejadian 1:31a).  Kita baru akan mengerti rencana-Nya ini apabila kita bertumbuh semakin dewasa dalam rohani dan semakin bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Tuhan.  Saat itulah kita baru menyadari dan merasakan betapa rencana Tuhan itu Mahasempurna.  Sekalipun terkadang kita harus melewati jalan-jalan yang penuh liku, tapi semuanya selalu mendatangkan kebaikan bagi kita.

     Miliki respons hati yang benar terhadap karya dan rencana Tuhan, seperti Daud:  "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya...mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya."  (Mazmur 139:14, 16).  Jangan mengeluh dan bersungut-sungut!

"...Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya."  Yesaya 46:11

Sunday, May 12, 2019

ORANG YANG LEMAH LEMBUT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Mei 2019

Baca:  Matius 5:1-12

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi."  Matius 5:5

Seringkali kita memiliki persepsi yang salah tentang arti kelemahlembutan.  Kita beranggapan bahwa orang yang lemah lembut adalah orang yang sikap atau tindak tanduknya lemah gemulai, suaranya halus dan terdengar irih kalau berucap, tertawa pun tidak ngakak.  Bukan itu maksudnya!  Sikap-sikap semacam itu bisa saja hanya seperti  'masker', yang apabila di dalamnya tersentuh, maka masker  (topeng)  tersebut akan runtuh dan terkelupas, dan terbukalah yang tersembunyi di dalamnya.  Sikap yang tadinya  'lemah gemulai'  bisa saja langsung berubah menjadi garang, keluar  'tanduk'nya, suaranya jadi seperti guntur yang menggelegar dan mengagetkan semua orang yang mendengarnya.  Jadi, kelemahlembutan itu bukan suatu kepura-puraan atau sikap yang dibuat-buat.

     Kelemahlembutan adalah sebuah sikap yang lembut, tenang, tidak berpura-pura, dan dapat mengendalikan keinginan.  Karena itu kelemahlembutan tidak boleh disalahartikan sebagai kelemahan atau tidak adanya kekuatan dalam diri seseorang.  Justru kelemahlembutan adalah kekuatan yang dapat dikendalikan.  Orang Yunani menggunakan poros untuk menggambarkan tentang kelemahlembutan, yaitu seperti seekor binatang buas yang telah dijinakkan;  atau menggambarkan tentang seekor kuda pacu yang telah dilatih untuk melakukan persis seperti apa yang diinstruksikan penunggangnya.  Lemah lembut itu juga bisa diartikan suatu kesanggupan seseorang untuk menerima perasaan  'sakit'  yang mungkin disebabkan oleh perbuatan orang lain, tanpa adanya keinginan untuk membalas, menumpahkan kemarahan, sakit hati, dendam, atau menyimpan kebencian di dalam hati.  Inilah sikap lemah lembut yang sebenarnya, sebagaimana yang Kristus katakan:  "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."  (Markus 9:35b).

     Tak mudah menemukan orang lemah lembut!  Orang gampang marah, tak bisa menahan ucapan, tak mau mengalah demi gengsi atau harga diri.  Namun  "...hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang."  (Titus 3:2).

Orang percaya seharusnya menghasilkan buah Roh yang salah satunya adalah kelemahlembutan  (Galatia 5:22-23)