Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Mei 2019
Baca: Ayub 23:1-17
"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." Ayub 23:10
Penderitaan atau masalah yang dialami oleh seseorang secara garis besar disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Iblis. Iblis adalah penyebab utama, karena ia adalah musuh terbesar manusia. Segala upaya yang dilakukan Iblis untuk menggoncang, melemahkan, dan menghancurkan kehidupan manusia, salah satunya melalui penderitaan atau masalah. "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). 2. Ketidaktaatan. Alkitab menyatakan bahwa "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2). Dosa selalu mendatangkan akibat atau konsekuensi. 3. Proses. Penderitaan atau masalah terkadang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup seseorang karena Dia sedang menguji, membentuk, mendewasakan dan memurnikan kualitas hidupnya agar semakin berkenan kepada-Nya.
Ayub yang "...saleh dan jujur; ...takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:1) juga tak luput dari proses pemurnian. Penderitaan atau masalah datang silih berganti dalam hidup Ayub, bahkan ia harus kehilangan segala-galanya. Begitu pula Yusuf yang harus mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Tetapi, di balik penderitaan yang Ayub atau pun Yusuf alami, Tuhan punya rencana yang indah, dan rencana-Nya tidak pernah gagal (Ayub 42:2). Setelah melewati proses hidup yang begitu menyakitkan, pada akhirnya ada berkat yang luar biasa, hidup Ayub dipulihkan (Ayub 42:7-16). Begitu pula ketika Yusuf mampu bertahan di tengah proses hidup yang dijalaninya, "sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya." (Mazmur 105:19), ia pun tampil berkilau seperti emas yang murni, kehidupan Yusuf diangkat tinggi, ia pun menjadi kesaksian dan berkat bagi bangsanya!
Jika saat ini Saudara mengalami 'proses' dari Tuhan, bersyukurlah! Itu artinya Ia punya rencana indah untuk Saudara. Ia hendak membersihkan, memurnikan, menguji kualitas hidup Saudara. Jangan sekali-kali berontak! Bertahanlah, kuatkan hati! Bila kita mampu melewati proses ini dengan baik, janji Tuhan pasti digenapi dalam hidup kita.
Apa yang tak terpikirkan itu yang Tuhan sediakan bagi setiap orang yang lulus dalam proses-Nya!
Tuesday, May 7, 2019
Monday, May 6, 2019
JANGAN LAGI MENCEMARKAN DIRI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Mei 2019
Baca: 1 Tesalonika 4:1-12
"Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." 1 Tesalonika 4:7
Berada di zona nyaman (comfort zone) seringkali membuat seseorang menjadi lengah atau terlena. Jika tak waspada dan berjaga-jaga, cepat atau lambat, bisa membuatnya jatuh. Dunia saat ini benar-benar membuat nyaman secara daging karena dunia sedang gencar menawarkan segala kenikmatan dan kesenangan yang menggiurkan, sehingga banyak orang tergoda untuk merasakannya. Berhati-hatilah! Di balik kenyamanan, kenikmatan dan kesenangan ini ada bahaya yang sedang mengancam kehidupan semua orang.
Ketika Yusuf sudah keluar dari penjara dan pindah ke rumah Potifar, keadaan nampak makin membaik dan semakin nyaman. Tak pernah terbersit sedikit pun dalam benak Yusuf bahwa justru di rumah Potifar yang begitu nyaman itu ada bahaya yang sedang mengancam hidupnya. "Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: 'Marilah tidur dengan aku.'" (Kejadian 39:7). Ia menjadi incaran dari isteri Potifar yang berusaha untuk menggoda dan membujuknya agar mau menuruti hasratnya. Reaksi Yusuf sungguh di luar dugaan! Yusuf secara tegas menolak permintaan isteri tuannya itu dan memilih untuk lari dan menjauh demi mempertahankan kesucian hidupnya. Itu artinya Yusuf tidak mau berkompromi atau mencemarkan diri dengan hal-hal yang cemar, padahal ia punya kesempatan besar untuk melakukan, karena tidak ada orang yang melihatnya. Ini adalah bukti bahwa Yusuf lebih memilih untuk takut akan Tuhan daripada takut kepada manusia. Kualitas hidup Yusuf benar-benar teruji, baik itu di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan.
Firman Tuhan keras mengingatkan: "...percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus." (Efesus 5:3). Ketika dihadapkan pada godaan dan kecemaran, tidak ada jalan lain, selain lari menjauh, seperti yang dilakukan Yusuf. Jika tidak, kita akan "...diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15).
Orang percaya harus bersikap tegas dan tidak melakukan kompromi sedikit pun dengan segala bentuk kecemaran dunia!
Baca: 1 Tesalonika 4:1-12
"Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." 1 Tesalonika 4:7
Berada di zona nyaman (comfort zone) seringkali membuat seseorang menjadi lengah atau terlena. Jika tak waspada dan berjaga-jaga, cepat atau lambat, bisa membuatnya jatuh. Dunia saat ini benar-benar membuat nyaman secara daging karena dunia sedang gencar menawarkan segala kenikmatan dan kesenangan yang menggiurkan, sehingga banyak orang tergoda untuk merasakannya. Berhati-hatilah! Di balik kenyamanan, kenikmatan dan kesenangan ini ada bahaya yang sedang mengancam kehidupan semua orang.
Ketika Yusuf sudah keluar dari penjara dan pindah ke rumah Potifar, keadaan nampak makin membaik dan semakin nyaman. Tak pernah terbersit sedikit pun dalam benak Yusuf bahwa justru di rumah Potifar yang begitu nyaman itu ada bahaya yang sedang mengancam hidupnya. "Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: 'Marilah tidur dengan aku.'" (Kejadian 39:7). Ia menjadi incaran dari isteri Potifar yang berusaha untuk menggoda dan membujuknya agar mau menuruti hasratnya. Reaksi Yusuf sungguh di luar dugaan! Yusuf secara tegas menolak permintaan isteri tuannya itu dan memilih untuk lari dan menjauh demi mempertahankan kesucian hidupnya. Itu artinya Yusuf tidak mau berkompromi atau mencemarkan diri dengan hal-hal yang cemar, padahal ia punya kesempatan besar untuk melakukan, karena tidak ada orang yang melihatnya. Ini adalah bukti bahwa Yusuf lebih memilih untuk takut akan Tuhan daripada takut kepada manusia. Kualitas hidup Yusuf benar-benar teruji, baik itu di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan.
Firman Tuhan keras mengingatkan: "...percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus." (Efesus 5:3). Ketika dihadapkan pada godaan dan kecemaran, tidak ada jalan lain, selain lari menjauh, seperti yang dilakukan Yusuf. Jika tidak, kita akan "...diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15).
Orang percaya harus bersikap tegas dan tidak melakukan kompromi sedikit pun dengan segala bentuk kecemaran dunia!
Subscribe to:
Posts (Atom)