Thursday, April 25, 2019

RESPONS HATI MENENTUKAN BERKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2019

Baca:  Yosua 14:1-5

"Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah diperbuat oleh orang Israel dan dibagi-bagi merekalah negeri itu."  Yosua 14:5

Ketika doa-doanya belum beroleh jawaban dari Tuhan seringkali sikap hati seseorang langsung berubah.  Yang sebelumnya begitu percaya kini mulai timbul kebimbangan dan keragu-raguan terhadap janji Tuhan:  "Benarkah Tuhan sanggup menolong?  Apakah janji Tuhan itu hanya berlaku bagi orang-orang di zaman Alkitab dan tidak lagi relevan dengan kehidupan orang percaya yang hidup di zaman seperti sekarang ini?"

     Tuhan sekali-kali tidak pernah ingkar dengan apa yang dijanjikan-Nya!  Karena Dia  "...bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Salah satu buktinya adalah hal pembagian tanah Kanaan.  Pada masa sebelumnya Tuhan berjanji kepada bangsa Israel untuk memberikan tanah Kanaan,  "...suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,"  (Keluaran 3:8).  Karena itu Tuhan memerintahkan Musa untuk memilih dua belas orang sebagai perwakilan dari tiap-tiap suku yang ada di Israel untuk mengintai dan mengamat-amati secara dekat negeri yang dijanjikan Tuhan tersebut.  Yang disesalkan adalah dari dua belas orang yang diutus Musa ternyata hanya dua orang saja yang memberikan respon positif, yaitu Yosua dan Kaleb.  Akhirnya mereka berdualah  (Yosua dan Kaleb)  yang dapat masuk ke tanah Kanaan, alias mengalami penggenapan janji Tuhan.  "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."  (Mazmur 12:7).

     Sesungguhnya Tuhan rindu memberkati anak-anak-Nya dengan melimpah, namun seringkali kita sendiri yang tidak memiliki respons hati yang benar saat menantikan janji Tuhan tersebut.  Kita bersungut-sungut, mengeluh, mengomel, pesimis dan tidak lagi sabar menati-nantikan Tuhan.  Tuhan berkata,  "...hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya."  (Bilangan 14:24).

Respons hati yang benar sangat diperlukan supaya janji Tuhan dapat digenapi di dalam hidup kita.

Wednesday, April 24, 2019

MERASA TERSANJUNG KARENA PUJIAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2019

Baca:  Yesaya 39:1-8

"Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat. Tidak ada barang yang tidak kuperlihatkan kepada mereka di perbendaharaanku."  Yesaya 39:4b

Nama  'Hizkia' memiliki arti:  dikuatkan Jehovah.  Ia adalah raja Yehuda yang kaya dan beroleh kasih karunia dari Tuhan.  Ia jatuh sakit dan hampir mati, tapi Tuhan bermurah hati kepadanya sehingga disembuhkan dari sakitnya, dan bahkan Tuhan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi  (Yesaya 38:5).  Berita tentang kesembuhan Hizkia ini pun sampai ke telinga raja Babel yaitu Merodakh-Baladan bin Baladan, yang mengirim utusan untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Hizkia melalui surat dan juga pemberian.

     Hizkia sangat gembira dan merasa tersanjung atas ucapan selamat yang diberikan raja Babel itu.  "Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, segenap gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya."  (Yesaya 39:2).  Sanjungan seringkali membuat seseorang lupa diri.  Karena terbuai oleh sanjungan, Hizkia mulai membanggakan diri dengan memamerkan segala kekayaan yang dimiliki  (ayat nas).  Tanpa disadari, betapa sering kita berlaku seperti Hizkia, yaitu suka menerima pujian dan sanjungan dari manusia.  Ketika masih menjadi jemaat  'awam'  seseorang tampak begitu rendah hati, tetapi setelah terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dan mulai dikenal oleh banyak orang, sikapnya pun mulai berubah:  membusungkan dada, suka sekali menerima pujian dan sanjungan.  Akhirnya diri mereka sendiri yang mulai ditonjolkan.

     Melihat hal itu segeralah Tuhan mengutus nabi Yesaya untuk menegur dan memperingatkan Hizkia:  "Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN."  (Yesaya 39:6).  Bersyukur... teguran Tuhan ini membuat Hizkia segera sadar,  "'Sungguh baik firman TUHAN yang engkau ucapkan itu!' Tetapi pikirnya: 'Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku!'"  (Yesaya 39:8).

Sanjungan manusia seringkali membuat seseorang jatuh dalam dosa kesombongan!