Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2019
Baca: Mazmur 9:1-21
"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." Mazmur 9:11
Apa yang kita cari di dunia ini? Kebanyakan orang pasti akan menjawab bahwa mereka mencari uang, kekayaan, popularitas dan jabatan. Pikirnya jika mereka sudah mendapatkan apa yang mereka cari, mereka pasti akan menemukan kebahagiaan dan kepuasan hidup. Benarkah demikian? Tidak. Uang, kekayaan, popularitas dan jabatan tak menjamin bahwa seseorang akan mengalami kebahagiaan yang sejati.
Apa yang seharusnya kita cari? Tuhan memperingatkan kita untuk mencari Dia dengan sungguh-sungguh (dengan segenap hati). Itulah kata Tuhan yang mencipta kita, yang mengetahui masa depan kita, dan yang mengasihi kita. Dialah Tuhan, yang memberikan kepada kita apa yang kita cari. "apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati," (Yeremia 29:13). Kalau kita menjadikan Tuhan sebagai sasaran utama hidup kita, mencari Dia lebih dari apapun, percayalah bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan, bahkan lebih, sebab "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita
doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di
dalam kita," (Efesus 3:20). Bila kita membutuhkan perlindungan, carilah Tuhan sebab Dia adalah kota benteng dan gunung batu perlindungan (Mazmur 94:22), juga kubu pertahanan (Mazmur 91:2). Bila kita menginginkan berkat, carilah Tuhan sebab "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10) dan Tuhan "...akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya..." (Filipi 4:19). Tuhan bukan hanya menyediakan apa yang kita butuhkan, bahkan nyawa-Nya rela Ia serahkan untuk keselamatan kita, sebab Dia adalah Gembala yang baik. "Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;" (Yohanes 10:11).
Bila saat ini kita sedang hilang semangat dan tiada berdaya, carilah Tuhan, sebab "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29). Bila kita sedang berbeban berat, datanglah kepada Tuhan, sebab Ia berjanji: "...Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).
Carilah Tuhan saja, maka kita akan memperoleh apa pun yang kita inginkan!
Thursday, April 11, 2019
Wednesday, April 10, 2019
JANGAN SEPERTI BURUNG GAGAK
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2019
Baca: Yakobus 1:19-27
"...menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." Yakobus 1:27
Salah satu dampak positif dari perkembangan zaman dan teknologi adalah berkembangnya bidang perindustrian. Terlihat dari semakin banyak pabrik yang dibangun. Ketika banyak pabrik dibangun timbul pula masalah baru yang berkenaan dengan limbah. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga). Bila limbah industri maupun domestik dibuang dengan sembarangan pasti menimbulkan polusi: air sungai atau air laut akan menjadi kotor dan tercemar, sehingga makhluk hidup yang hidup di dalamnya bisa mati keracunan.
Tak jauh berbeda dengan kehidupan orang percaya! Kita dapat tercemar dan mengalami keracunan bila terus berada di tempat yang kotor dan penuh polusi. Inilah gambaran tentang hidup yang berkompromi dengan dunia ini atau mencemarkan diri dengan dunia. Mungkin pada awalnya tidak menampakkan gejala apa-apa, tetapi bila keadaan ini berkelanjutan dan tidak diperhatikan, kotoran-kotoran tersebut akan menembus ke dalam kehidupan mereka. Pada zaman Nuh, ketika air bah surut, Nuh melepaskan dua jenis burung dari bahteranya yaitu burung gagak dan burung merpati. Kedua burung ini memiliki sifat yang berbeda. Burung gagak suka sekali makan bangkai, sedangkan burung merpati suka makan makanan yang bersih. Gagak yang dilepas itu tak kembali ke bahtera walaupun air bah masih menutupi bumi. Besar kemungkinan gagak itu hinggap di atas bangkai yang terapung di atas air. Sedangkan burung merpati, yang adalah simbol Roh Kudus, kembali lagi ke bahtera karena tak memungkin bagi merpati hinggap di atas barang yang kotor: sampah, bangkai dan sebagainya.
Hidup di tengah dunia yang jahat dan kotor ini, setiap kita mempunyai kebebasan untuk memilih: menjadi seperti gagak atau burung merpati. Hidup dalam kecemaran atau menjaga hidup tetap bersih. Tuhan tidak memaksa kita, Ia tidak ingin memperlakukan manusia seperti robot untuk mengikuti kehendak-Nya, tapi Ia memberi kehendak bebas (free will) kepada kita. Yang harus selalu diingat adalah setiap ketidaktaatan pasti membawa konsekuensi (akibat), sedangkan ketaatan pasti mendatangkan upah.
Mana yang Saudara pilih? Hidup dalam kecemaran hanya akan membawa kepada kehancuran.
Baca: Yakobus 1:19-27
"...menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." Yakobus 1:27
Salah satu dampak positif dari perkembangan zaman dan teknologi adalah berkembangnya bidang perindustrian. Terlihat dari semakin banyak pabrik yang dibangun. Ketika banyak pabrik dibangun timbul pula masalah baru yang berkenaan dengan limbah. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga). Bila limbah industri maupun domestik dibuang dengan sembarangan pasti menimbulkan polusi: air sungai atau air laut akan menjadi kotor dan tercemar, sehingga makhluk hidup yang hidup di dalamnya bisa mati keracunan.
Tak jauh berbeda dengan kehidupan orang percaya! Kita dapat tercemar dan mengalami keracunan bila terus berada di tempat yang kotor dan penuh polusi. Inilah gambaran tentang hidup yang berkompromi dengan dunia ini atau mencemarkan diri dengan dunia. Mungkin pada awalnya tidak menampakkan gejala apa-apa, tetapi bila keadaan ini berkelanjutan dan tidak diperhatikan, kotoran-kotoran tersebut akan menembus ke dalam kehidupan mereka. Pada zaman Nuh, ketika air bah surut, Nuh melepaskan dua jenis burung dari bahteranya yaitu burung gagak dan burung merpati. Kedua burung ini memiliki sifat yang berbeda. Burung gagak suka sekali makan bangkai, sedangkan burung merpati suka makan makanan yang bersih. Gagak yang dilepas itu tak kembali ke bahtera walaupun air bah masih menutupi bumi. Besar kemungkinan gagak itu hinggap di atas bangkai yang terapung di atas air. Sedangkan burung merpati, yang adalah simbol Roh Kudus, kembali lagi ke bahtera karena tak memungkin bagi merpati hinggap di atas barang yang kotor: sampah, bangkai dan sebagainya.
Hidup di tengah dunia yang jahat dan kotor ini, setiap kita mempunyai kebebasan untuk memilih: menjadi seperti gagak atau burung merpati. Hidup dalam kecemaran atau menjaga hidup tetap bersih. Tuhan tidak memaksa kita, Ia tidak ingin memperlakukan manusia seperti robot untuk mengikuti kehendak-Nya, tapi Ia memberi kehendak bebas (free will) kepada kita. Yang harus selalu diingat adalah setiap ketidaktaatan pasti membawa konsekuensi (akibat), sedangkan ketaatan pasti mendatangkan upah.
Mana yang Saudara pilih? Hidup dalam kecemaran hanya akan membawa kepada kehancuran.
Subscribe to:
Posts (Atom)