Tuesday, April 9, 2019

JANGAN ADA KOTORAN MENEMPEL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 April 2019

Baca:  1 Petrus 1:13-25

"Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  1 Petrus 1:18-19

Kehidupan orang percaya adalah berharga di mata Tuhan.  Mengapa?  Karena Kristus telah menebus kita bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah-Nya yang mahal  (ayat nas).  Itu sebabnya Tuhan menghendaki kita senantiasa mempermuliakan nama-Nya.  "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  (1 Korintus 6:20).

     Hidup yang memuliakan Tuhan adalah hidup yang bersih dari segala bentuk kecemaran, sebab orang percaya dipanggil bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus  (1 Tesalonika 4:7),  "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan.."  (Yakobus 1:21).  Tuhan menghendaki kita menjadi kudus di seluruh aspek kehidupan ini.  Bukan hanya tampak kudus saat berada di lingkungan gereja atau pelayanan saja, tetapi di mana pun kita berada dan kapan pun waktunya.  Kata  'kudus'  berarti terpisah atau berbeda.  Jadi hidup seorang percaya harus benar-benar berbeda dan terpisah dari kehidupan dunia ini.  "Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).  Tidak menjamah yang najis berarti menjaga kekudusan.  Ini perintah Tuhan!  Bukan sekedar himbauan, saran atau alternatif.  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).

     Adakah kotoran-kotoran yang masih menempel di dalam hidup kita?  Segera bersihkan diri, sebab hal-hal itulah yang menghalangi Tuhan memakai hidup kita,  "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia."  (2 Timotius 2:21).

Selama masih ada hal yang cemar dan kotor, Tuhan takkan memakai hidup kita!

Monday, April 8, 2019

TINDAKAN MENYAKITI DIRI SENDIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2019

Baca:  Kejadian 16:1-16

"Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak."  Kejadian 16:2

Memiliki keturunan  (anak)  adalah kerinduan terbesar dari setiap pasangan yang sudah menikah  (suami-isteri), tak terkecuali dengan Abram dan Sarai!  Mereka juga merindukan kehadiran buah hati di tengah-tengah keluarga.  Perihal keturunan ini Tuhan sendiri yang memprakarsai:  "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu..."  (Kejadian 1:28).  Ketika Abram berusia 75 tahun Tuhan pernah berjanji akan memberinya keturunan, tapi tahun berganti tahun, janji itu belum juga digenapi.  Tak sabar menunggu waktu Tuhan, Sarai pun menempuh jalan pintas untuk mendapat keturunan yaitu bersepakat dengan Hagar, dan hal itu disetujui oleh Abram, yaitu memberikan Hagar kepada Abram!  "...baiklah hampiri hambaku itu;"  (ayat nas), dan tak menunggu lama, Hagar mengandung dan melahirkan seorang anak.

     Seiring berjalannya waktu Hagar lupa pada perjanjiannya dengan Sarai  (majikan), di mana ia mulai merendahkan dan melukai hati Sarai yang dianggapnya tidak mampu memberikan keturunan kepada Abram.  Sarai pun tak kuat menanggung beban dan sakit hatinya, lalu menceritakan masalah tersebut kepada suaminya, tetapi Abram lepas tangan dan memberikan hak kepada isterinya untuk masalahnya dengan Hagar.  Sarai harus menanggung akibat dari tindakannya, sebab apa yang dirancangkan tidak sesuai dengan harapan, sebaliknya berdampak buruk terhadap dirinya sendiri.  Hati Sarai terluka oleh karena sikap Hagar yang tak berhenti menyakitinya.

     Tak bisa dipungkiri bahwa menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan, apalagi menunggu janji untuk waktu yang lama, bukan pekerjaan mudah.  Menunggu janji Tuhan butuh kesabaran dan ketekunan!  Kita harus benar-benar memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan.  Bila saat ini kita sedang menunggu janji Tuhan, apa pun itu:  pekerjaan, pelayanan, pasangan hidup, keturunan dan sebagainya, tetaplah tekun dan sabar menanti-nantikan Tuhan dan belajarlah untuk selalu taat kepada kehendak Tuhan.  Jangan sekali-kali mencari jalan keluar dengan menggunakan akal dan kekuatan sendiri.

"Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia."  Ibrani 10:23