Wednesday, March 27, 2019

KASIH DAN ANUGERAH TUHAN...TERAMAT BESAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Maret 2019

Baca:  Matius 12:38-41

"Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"  Matius 12:41b

Pada peristiwa Yunus orang terkagum-kagum akan ikan besar yang memuntahkan Yunus dari perutnya.  Tetapi orang lupa bahwa peristiwa ini terjadi hanya karena kasih dan anugerah Tuhan yang besar kepada Yunus dan kepada orang Niniwe yang telah diselamatkan juga.  Ketika Yunus tak menaati perintah Tuhan untuk pergi memberitakan kebenaran ke Niniwe.  Ia masih memberi kesempatan kepada Yunus untuk bertobat.

     Kisah Yunus berada di dalam perut ikan ini merupakan tipologi tentang kematian Kristus:  "Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam."  (Matius 12:40).  Bila orang Niniwe bertobat karena mendengar pemberitaan firman yang disampaikan oleh Yunus, maka tidak patutkah kita mempercayai Kristus lebih dari pada Yunus?  Kita yang hidup di zaman anugerah ini sesungguhnya lebih beruntung dari pada orang-orang yang hidup di zaman Kristus saat masih melayani di bumi.  Bila mereka ingin mendengarkan khotbah Tuhan mereka harus menempuh perjalanan yang jauh dengan berjalan kaki, terkadang harus naik perahu menyeberangi sungai.  Namun mereka lebih tekun, lebih semangat dan lebih setia daripada kita.  Mereka mengikuti Kristus ke mana pun Ia pergi mengajar tentang Kerajaan Sorga, karena hati mereka selalu haus dan lapar akan kebenaran.  Kini untuk membaca firman Tuhan kita masing-masing sudah punya Alkitab, bahkan sekarang zaman semakin canggih, Alkitab bisa di download via gadget;  ke gereja aksesnya juga mudah, bisa menggunakan fasilitas ojek online dan sebagainya.  Akan tetapi kesetiaan dan semangat kita mengejar perkara-perkara rohani begitu tipis, jauh berbeda dibandingkan ketekunan dan kesetiaan pengikut Kristus zaman dahulu.

     Kini orang Kristen modern tampak sekali kurang menghargai kasih dan anugerah Tuhan yang teramat besar!  Kristus yang jauh lebih besar dari Yunus, tak lagi dianggap penting.  Waktu dan kesempatan yang ada, banyak disia-siakan!

Semangat mengerjakan perkara rohani adalah wujud respons kita terhadap kasih dan anugerah Tuhan! 

Tuesday, March 26, 2019

TAK PUAS DENGAN APA YANG ADA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2019

Baca:  Ibrani 13:1-6

"...cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.'"  Ibrani 13:5

Ada banyak orang tidak pernah merasa puas atau tidak pernah merasa cukup dengan keadaan hidupnya.  Mereka selalu merasa kurang, kurang dan kurang.  Seperti tertulis:  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya."  (Pengkhotbah 5:9).  Rasa tidak puas dan tidak cukup inilah yang akhirnya menjerumuskan seseorang ke dalam berbagai masalah:  terjerat urusan hutang-piutang.  "...yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi."  (Amsal 22:7), tersandung kasus hukum, dan terlibat dalam berbagai tindak kejahatan.

     Seberapa pun besarnya berkat yang kita terima, belajarlah untuk tetap mengucap syukur kepada Tuhan,  "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah."  (1 Timotius 6:6-8).  Karena itu  "...cukupkanlah dirimu dengan gajimu."  (Lukas 3:14b).  Kalau kita dapat puas dan bersyukur dengan keadaan yang ada pasti kita tak akan terserang berbagai penyakit syaraf, stres atau frustasi, dan kita dapat menjalani hidup dengan tenang.  Sebaliknya  "...mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan."  (1 Timotius 6:9).

     Kita harus berpegang teguh pada janji firman-Nya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita.  Sekecil apa pun berkat yang diberikan Tuhan tak akan mendatangkan malapetaka, tapi berkat yang dicari dengan jalan yang salah, sebesar apa pun pasti mendatangkan derita.  "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."  (Amsal 10:22).  Andalkan Tuhan dan libatkan Dia di setiap usaha dan pekerjaan kita, niscaya berkat-berkat-Nya dicurahkan dalam hidup kita.  Jika Tuhan yang membuka  'pintu'  berkat bagi kita, tak ada kuasa mana pun dan manusia siapa pun yang dapat menutupnya, sebab  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka."  (Pengkhotbah 3:11).

Tanpa rasa syukur, sebesar apa pun berkat yang ada tak memberi rasa cukup!