Sunday, March 10, 2019

HIDUP ORANG PERCAYA: Hidup Karena Iman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2019

Baca:  2 Korintus 5:1-10

"--sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat--"  2 Korintus 5:7

Sebagai pengikut Kristus setiap kita menyandang status dan sebutan yang baru sebagai orang percaya.  Sebagai orang percaya adalah mutlak bagi kita untuk hidup karena percaya  (iman), bukan karena melihat  (ayat nas).  Kata  'percaya'  (bahasa Yunani:  pistis)  berarti memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran firman Tuhan.

     Banyak orang menyebut diri sebagai orang percaya, namun dalam praktik hidup sehari-hari mereka tidak hidup karena percaya  (hidup dalam iman), tapi hidup karena melihat, segala sesuatunya sangat dikendalikan, dipengaruhi oleh situasi, keadaan, atau apa yang terlihat secara kasat mata.  Hal ini terlihat jelas dari sikap hatinya yang gampang sekali berubah:  gampang kecewa, gampang mengeluh, gampang bersungut-sungut, gampang menyalahkan orang lain, gampang menyalahkan keadaan, dan bahkan gampang menyalahkan Tuhan, tatkala diperhadapkan dengan masalah, kesukaran, tekanan, penderitaan, atau situasi-situasi sulit.  Hidup orang percaya itu perlu bukti atau tanda!

     Seseorang dapat dikatakan hidup karena percaya bila ia senantiasa tinggal di dalam firman-Nya;  merenungkan firman Tuhan menjadi kesukaan hidupnya karena ia tahu bahwa  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Iman seseorang sangat tergantung pada seberapa banyak kita mendengar dan merenungkan firman Tuhan.  Hal ini akan berdampak pada setiap perkataan dan perbuatan kita.  Rasul Paulus berkata,  "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata."  (2 Korintus 4:13).  Jadi perkataan orang percaya seharusnya adalah perkataan iman, bukan perkataan yang sia-sia.

     Saat berhadapan dengan Goliat Daud tidak takut sedikit pun, meskipun secara logika sulit baginya untuk bisa menang.  Daud berkata,  "...aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam,...Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku..."  (1 Samuel 17:45-46).  Inilah yang disebut perkataan iman.  Ketika orang-orang Israel mengalami ketakutan, justru Daud menunjukkan kualitas hidup yang sangat berbeda, ada iman yang disertai dengan perbuatan atau tindakan  (Yakobus 2:26).

Hidup orang percaya itu perlu bukti nyata, bukan hanya sekedar teori!

Saturday, March 9, 2019

UNTUK TUHAN HARUS YANG TERBAIK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2019

Baca:  Mazmur 4:1-9

"Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada TUHAN."  Mazmur 4:6

Adakah di antara orang percaya yang tidak pernah mengecap kebaikan Tuhan?  Kita semua pasti mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan.  Karena itu kita telah mengecap kebaikan Tuhan adalah mutlak bagi kita untuk membalas kebaikan Tuhan.  Dengan cara?  Musa berkata kepada umat Israel:  "Janganlah engkau mempersembahkan bagi TUHAN, Allahmu, lembu atau domba, yang ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk; sebab yang demikian adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu."  (Ulangan 17:1).

     Di zaman Perjanjian Lama dulu, setiap kali bangsa Israel datang kepada Tuhan mereka harus selalu membawa persembahan berupa hewan korban, namun tidak sembarangan hewan persembahan itu berkenan di hati Tuhan.  Jadi, mereka harus membawa hewan-hewan yang terbaik:  gemuk atau tambun, sehat dan tidak bercacat sebagai persembahan, karena Tuhan menyukai persembahan yang terbaik.  Bagaimana dengan Saudara?  Sudahkah kita memberi yang terbaik untuk Tuhan?  Di zaman anugerah ini kita tidak perlu membawa hewan korban dalam ibadah atau saat datang menghadap Tuhan.  Lalu, apa yang harus kita bawa kepada Tuhan sebagai persembahan?  Yaitu hidup kita sendiri, seperti yang rasul Paulus sampaikan kepada jemaat di Roma:  "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1).  Karena itu kita harus menjaga hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan.

     Mengapa harus memberi yang terbaik dari seluruh hidup kita kepada-Nya?  Karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik untuk kita dengan mengorbankan diri-Nya.  "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran."  (1 Petrus 2:24);  Hidup kita telah ditebus bukan dengan barang yang fana, melainkan dengan darah Kristus yang tak bernoda dan tak bercacat  (1 Petrus 1:18-19).  Persembahan terbaik untuk Tuhan juga berarti tidak lagi menyerahkan anggota-anggota tubuh ini sebagai senjata kelaliman, melainkan menjadi senjata kebenaran  (Roma 6:13), tidak kompromi dengan dosa.

Mempersembahkan yang terbaik adalah bukti seorang benar-benar mengasihi Tuhan!