Sunday, February 17, 2019

MENUAI SEDIKIT KARENA MENABUR RUMPUT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2019

Baca:  Mazmur 129:1-8

"Mereka seperti rumput di atas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut,"  Mazmur 129:6

Setiap orang percaya pasti rindu hidupnya diberkati Tuhan.  Tapi sayang, kerinduan besar untuk mendapatkan berkat dari Tuhan tak diimbangi dengan kerinduan untuk memberi atau menabur.  Ada tertulis:  "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).  Kita selalu hitung-hitungan jika hendak menabur atau memberi, baik itu untuk pekerjaan Tuhan atau sesama, dengan menerapkan prinsip ekonomi.

     Prinsip ekonomi merupakan pedoman untuk melakukan tindakan ekonomi yang di dalamnya terkandung asas:  dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal.  Kita maunya menabur sesedikit mungkin tapi mengharapkan tuaian yang sebesar-besarnya.  Ada juga yang tidak mau menabur atau memberi, melainkan hanya suka menerima saja.  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35b).  Prinsip Alkitab mengajarkan jika ingin mendapatkan tuaian yang banyak kita harus menabur banyak.  Bahkan, orang yang menabur banyak tidak akan pernah rugi atau kekurangan.  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."  (Amsal 11:24-25).

     Orang yang menabur sedikit tapi ingin menuai banyak sama halnya dengan orang yang menabur benih rumput.  Rumput memiliki ciri mudah sekali layu, mudah dicabut, kering, tidak tahan cuaca dan tidak memiliki kegunaan.  Apabila rumput sudah kering sudah barang tentu akan dibuang dan dibakar dalam nyala api.  Memang, sedikit menabur benih rumput pada saatnya akan menuai padang rumput dan bunga-bunganya, namun semuanya tidak akan bertahan lama:  "Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya."  (Yesaya 40:8).  Kalau kita menabur ala kadarnya, hasil tuaiannya pun akan menyesuaikan!

Taburlah benih yang baik dan berkualitas dalam pelayanan pekerjaan Tuhan maupun dalam kehidupan sehari-hari.  Tuaian besar menanti!

Saturday, February 16, 2019

HANYA MEMPERHATIKAN YANG KELIHATAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2019

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."  2 Korintus 4:18

Kita harus lebih memperhatikan manusia rohaniah kita dan jangan hanya memperhatikan manusia lahiriah semata.  Manusia lahiriah disebut pula manusia daging.  Perbuatan daging telah nyata yaitu  "...percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah."  (Galatia 5:19-21).  Manusia daging akan menuntun seseorang kepada kebinasaan!

     Perhatikan manusia batiniah kita dengan terus berada dalam hadirat Tuhan dan melekat kepada-Nya agar manusia batiniah kita semakin diperbaharui.  Pembaharuan manusia batiniah ini adalah pekerjaan Roh Kudus  (Titus 3:5),  "supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."  (Efesus 4:23-24).  'Goal'  dari pembaharuan manusia batiniah adalah menjadi serupa dengan Kristus:  "...mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;"  (Kolose 3:10).

     Yang kelihatan juga berbicara tentang masalah dan penderitaan hidup yang kita alami.  Masalah dan penderitaan seringkali membuat kita mudah tawar hati.  Rasul Paulus tidak tawar hati sekalipun ia harus mengalami penderitaan dan masalah yang berat dalam hidupnya  (2 Korintus 11:23-28), karena ia percaya akan janji Tuhan, bahwa di balik penderitaan yang kelihatan ini ada sesuatu yang tidak kelihatan, yaitu kemuliaan.  "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."  (Roma 8:18).  Di balik masalah ada rencana Tuhan yang indah, karena masalah adalah  'bahan baku'  terjadinya mujizat!

Jangan hanya sibuk mendandani manusia lahiriah saja, tapi kita harus lebih memperhatikan manusia rohani, karena ini akan membawa kita kepada kekekalan.