Wednesday, February 13, 2019

KERINDUAN TUHAN: Umat-Nya Hidup Rukun

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2019

Baca:  Roma 15:1-13

"Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,"  Roma 15:5

Dalam kehidupan bermasyarakat setiap orang harus hidup rukun satu sama lain.  Itulah sebabnya di setiap lingkungan di mana kita tinggal dibentuklah RT  (rukun tetangga)  dan RW  (rukun warga).  RT dan RW adalah satu bentuk organisasi masyarakat yang dibuat berdasarkan pembagian wilayah.  Tujuan dibentuknya RT dan RW adalah untuk menumbuhkan kerukunan antarwarga dalam lingkup kecil.  Mengapa kerukunan itu penting?  Sebab bila setiap warga memiliki hubungan yang dekat, saling bekerjasama dan saling tolong-menolong, terciptalah rasa tenang dan tenteram.  Dalam sila ke-3 Pancasila butir ke-6 juga ditegaskan tentang pentingnya sikap mengembangkan persatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.  Ini berbicara tentang kerukunan hidup antarwarga, sekalipun kita memiliki latar belakang yang berbeda:  ras, suku, agama dan sebagainya.

     Tuhan pun tidak menghendaki orang percaya hidup dalam perpecahan dan perselisihan satu sama lain karena kita semua adalah satu dalam keluarga di dalam Kristus, warga Kerajaan Sorga  (Filipi 3:20).  Karena itu kita harus menjaga kerukunan hidup antarumat Tuhan.  Hal ini juga yang menjadi pokok doa Kristus kepada Bapa:  "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita,"  (Yohanes 17:21).  Alkitab secara jelas menyatakan bahwa kerukunan di antara jemaat Tuhan adalah sesuatu yang baik, indah, memiliki nilai istimewa di pemandangan mata Tuhan;  sesuatu yang dapat menggetarkan hati Tuhan untuk bertindak menolong dan memberikan apa yang umat-Nya perlukan.  "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.  (Matius 18:19).

     Pemazmur mengungkapkan,  "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!"  (Mazmur 133:1).  Di mana jemaat Tuhan hidup dalam kerukunan dan kesatuan hati, maka  "...ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:3b).

Permusuhan, pertengkaran, pertikaian, kebencian dan sakit hati di antara jemaat Tuhan hanya akan menghambat berkat-berkat Tuhan dicurahkan!

Tuesday, February 12, 2019

PENYEMBAHAN KEPADA TUHAN YANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2019

Baca:  Imamat 26:1-13

"Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN,..."  Imamat 26:1

Yang harus menjadi sasaran dan pusat penyembahan orang percaya adalah Tuhan yang benar dan hidup, bukanlah berhala-berhala dalam rupa patung, tugu, atau batu ukir-ukiran.  Ironisnya masih ada orang-orang yang tidak menjadikan Tuhan sebagai pusat penyembahan mereka, melainkan mereka menjadikan patung, tugu, atau batu ukiran sebagai pusat sesembahan.  Penyembahan kepada apa pun dan siapa pun, selain kepada Tuhan yang benar dan hidup, adalah penyembahan berhala.  Tentang hal ini pemazmur menyatakan,  "Berhala bangsa-bangsa adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, juga nafas tidak ada dalam mulut mereka. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, semua orang yang percaya kepadanya."  (Mazmur 135:15-18).

     Penyembahan terhadap ilah-ilah lain merupakan kekejian di mata Tuhan!  Oleh sebab itu rasul Paulus memperingatkan,  "...saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!"  (1 Korintus 10:14).  Sebagai orang percaya yang memiliki Tuhan yang hidup dan benar, seharusnya kita tidak menyembah Dia dengan asal-asalan atau sembarangan, sebatas ritual keagamaan semata.  Penyembahan kepada Tuhan menyangkut sikap hati dan juga ketaatan kita dalam melakukan kehendak-Nya.  Tanpa sikap hati yang benar dan ketaatan, penyembahan kita tak ada arti apa-apa di hadapan Tuhan, dan itu hanya akan membangkitkan murka Tuhan.

     Penyembahan kepada Tuhan sesungguhnya berbicara tentang gaya hidup kudus.  Ini adalah bentuk penyembahan yang berkenan kepada Tuhan dan mendatangkan berkat.  "Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. Kamu akan makan makananmu sampai kenyang dan diam di negerimu dengan aman tenteram."  (Imamat 26:4-5).

Inti dari penyembahan kepada Tuhan yang hidup dan benar adalah ketaatan kita!  Penyembahan yang demikian pasti mendatangkan berkat Tuhan!