Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2019
Baca: 2 Raja-Raja 18:1-8
"Maka TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia
beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk
kepadanya." 2 Raja-Raja 18:1-8
Dalam situasi yang berat seperti sekarang ini tak ada jalan selain kita harus nggandol Gusti (bahasa Jawa) yang artinya bergantung penuh kepada Tuhan dan taat kepada kehendak-Nya. Itulah kunci untuk mengalami perlindungan dan penyertaan Tuhan.
Kita bisa belajar melalui Hizkia, raja Yehuda. "Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem." (2 Raja-Raja 18:2). Meski berusia muda Hizkia bukanlah seorang pemimpin sembarangan, ia takut akan Tuhan dan hidup benar seperti bapa leluhurnya (Daud), terbukti ia "... menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala
dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular
tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang
masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan." (2 Raja-Raja 18:4). Setiap ketaatan dan kesungguhan kita dalam mengikut Tuhan pasti mendatangkan berkat atau upah dari Tuhan, sebaliknya "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2b). Karena ketaatannya, Hizkia mengalami penyertaan Tuhan.
Meski demikian bukan berarti perjalanan hidup Hizkia akan luput dari masalah atau pencobaan. Suatu ketika Hizkia harus menghadapi ujian yang berat, "Setelah peristiwa yang menunjukkan kesetiaan Hizkia itu datanglah
Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu,
dan berniat merebutnya." (2 Tawarikah 32:1). Tuhan mengijinkan hal itu terjadi supaya Hizkia dan seluruh rakyat Yehuda memiliki pengalaman iman bersama Tuhan; dan ketika mereka "...berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia
berpegang pada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkan-Nya
kepada Musa." (2 Raja-Raja 18:6), maka apa saja yang mereka perbuat Tuhan jadikan berhasil. Hari-hari ke depan, tantangan yang kita hadapi tidaklah semakin mudah, namun tidak ada alasan bagi kita untuk menjadi lemah.
Kita akan dijaga dan dipelihara Tuhan seperti biji mata-Nya sendiri asalkan kita tetap hidup dalam ketaatan penuh!
Saturday, February 9, 2019
Friday, February 8, 2019
DUKACITA YANG MENGHASILKAN KEBAHAGIAAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2019
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." Matius 5:4
Kapan Saudara merasakan dukacita yang mendalam? Kita berdukacita ketika ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi untuk selamanya (meninggal), kita berdukacita karena mendengar kabar ada teman, saudara atau keluarga yang tertimpa musibah atau bencana, dan sebagainya. Arti kata dukacita adalah kesedihan atau kesusahan (hati).
Kita semua tahu bahwa yang namanya dukacita tentunya sangat bertolak belakang dengan berbahagia; dukacita itu lawan kata dari kebahagiaan. Tapi jika membaca ayat nas di atas pasti akan timbul pertanyaan besar: dukacita yang bagaimana yang mendatangkan kebahagiaan? Ketahuilah bahwa ada dukacita yang mendatangkan dosa dan ada juga dukacita yang mendatangkan pemulihan. Dukacita yang mendatangkan dosa adalah kesedihan atau kemurungan hati yang berlarut-larut, yang pada akhirnya menghasilkan sikap mengasihani diri sendiri dan berujung pada keputusasaan. Dukacita semacam ini hanya berbuahkan kesia-siaan. Rasul Paulus berkata, "...dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian." (2 Korintus 7:10) Tetapi, ada dukacita yang justru mendatangkan kebahagiaan yaitu dukacita karena dosa. Inilah dukacita yang firman Tuhan maksudkan! Menyadari ketidakberdayaannya di hadapan Tuhan akibat dosa-dosa yang diperbuat akan menimbulkan rasa dukacita yang mendalam dalam diri seseorang. Seorang berdosa yang telah dijamah oleh Roh Kudus tidak akan bersukacita karena dosa-dosa yang telah diperbuatnya, sebaliknya ia akan meratap dan berdukacita yang sedalam-dalamnya karena sadar perbuatannya telah melukai hati Tuhan.
Inilah dukacita yang menuntun seseorang kepada pertobatan! Dukacita karena dosa inilah yang mendatangkan pemulihan dan kebahagiaan yang sejati karena dosa-dosanya telah diampuni Tuhan. Tuhan akan mengubah ratapan itu menjadi tari-tarian karena Dia sudah menanggung segala dosa-dosa kita di atas kayu salib. 'Dukacita' ini seharusnya ada di dalam hati kita setiap kali kita berbuat dosa dan menyadarinya. Dukacita ini timbul bukan karena kekuatan diri sendiri melainkan karena pekerjaan Roh Kudus. Bila masih ada orang Kristen yang tetap bersukacita atau berbahagia ketika melakukan dosa, berarti mereka masih belum hidup dalam pertobatan yang sungguh.
Berdukacita karena dosa adalah tanda bahwa seorang memiliki kepekaan rohani!
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." Matius 5:4
Kapan Saudara merasakan dukacita yang mendalam? Kita berdukacita ketika ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi untuk selamanya (meninggal), kita berdukacita karena mendengar kabar ada teman, saudara atau keluarga yang tertimpa musibah atau bencana, dan sebagainya. Arti kata dukacita adalah kesedihan atau kesusahan (hati).
Kita semua tahu bahwa yang namanya dukacita tentunya sangat bertolak belakang dengan berbahagia; dukacita itu lawan kata dari kebahagiaan. Tapi jika membaca ayat nas di atas pasti akan timbul pertanyaan besar: dukacita yang bagaimana yang mendatangkan kebahagiaan? Ketahuilah bahwa ada dukacita yang mendatangkan dosa dan ada juga dukacita yang mendatangkan pemulihan. Dukacita yang mendatangkan dosa adalah kesedihan atau kemurungan hati yang berlarut-larut, yang pada akhirnya menghasilkan sikap mengasihani diri sendiri dan berujung pada keputusasaan. Dukacita semacam ini hanya berbuahkan kesia-siaan. Rasul Paulus berkata, "...dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian." (2 Korintus 7:10) Tetapi, ada dukacita yang justru mendatangkan kebahagiaan yaitu dukacita karena dosa. Inilah dukacita yang firman Tuhan maksudkan! Menyadari ketidakberdayaannya di hadapan Tuhan akibat dosa-dosa yang diperbuat akan menimbulkan rasa dukacita yang mendalam dalam diri seseorang. Seorang berdosa yang telah dijamah oleh Roh Kudus tidak akan bersukacita karena dosa-dosa yang telah diperbuatnya, sebaliknya ia akan meratap dan berdukacita yang sedalam-dalamnya karena sadar perbuatannya telah melukai hati Tuhan.
Inilah dukacita yang menuntun seseorang kepada pertobatan! Dukacita karena dosa inilah yang mendatangkan pemulihan dan kebahagiaan yang sejati karena dosa-dosanya telah diampuni Tuhan. Tuhan akan mengubah ratapan itu menjadi tari-tarian karena Dia sudah menanggung segala dosa-dosa kita di atas kayu salib. 'Dukacita' ini seharusnya ada di dalam hati kita setiap kali kita berbuat dosa dan menyadarinya. Dukacita ini timbul bukan karena kekuatan diri sendiri melainkan karena pekerjaan Roh Kudus. Bila masih ada orang Kristen yang tetap bersukacita atau berbahagia ketika melakukan dosa, berarti mereka masih belum hidup dalam pertobatan yang sungguh.
Berdukacita karena dosa adalah tanda bahwa seorang memiliki kepekaan rohani!
Subscribe to:
Posts (Atom)