Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2019
Baca: Kisah Para Rasul 20:7-12
"Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan
kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke
bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati." Kisah 20:9b
Pernahkah Saudara mengantuk saat ibadah berlangsung? Jujur jawabnya: pernah! Atau mungkin bukan hanya sekali atau dua kali kita mengantuk, tapi hampir di setiap ibadah kita diserang oleh rasa kantuk yang demikian hebatnya. Apalagi kalau jam ibadahnya berlangsung pada siang hari dan udara terasa panas, plus cara si hamba Tuhan dalam menyampaikan khotbahnya begitu membosankan dan lama.
Kantuk (drowsiness) adalah keadaan ketika seseorang ingin tidur. Ada beberapa penyebab kantuk, di antaranya adalah karena kurang istirahat. Orang dewasa memerlukan waktu tidur sekitar 7-9 jam per hari, dan apabila seorang tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk tidur, maka dirinya akan merasa mengantuk pada siang hari. Penyebab lain adalah pola tidur yang berubah. Orang dengan profesi yang mengharuskan dirinya bekerja dalam jadwal/shift kerja yang berganti-ganti akan memiliki pola tidur yang tidak tetap pula, sehingga hal itu menyebabkan gangguan irama tubuh atau ritme sirkadian. Gangguan tersebut bisa menimbulkan perasaan kantuk. Alkitab juga mencatat ada seorang pemuda yang mengantuk saat mendengarkan khotbah. Pemuda itu bernama Euthikus, yang "...duduk di jendela." (Kisah 20:9a), saat mendengarkan Paulus berkhotbah. Karena mengantuk, Euthikus sampai terjatuh dari tingkat tiga ke bawah. "Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati." (ayat nas). Rasul Paulus merasa bertanggung jawab atas musibah ini, maka ia pun "...turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: 'Jangan ribut, sebab ia masih hidup.'" (Kisah 20:10).
Mengapa Paulus begitu yakin bahwa Euthikus masih hidup? Dalam hal ini Paulus tidak asal bicara atau berhalusinasi. Imanlah yang membuat Paulus merasa yakin bahwa pemuda itu hidup dan dapat dibangkitkan lagi. "...ia masih hidup." adalah ungkapan iman Paulus. Iman sanggup menentang alam logika manusia. Dengan iman Paulus percaya meski segala sesuatunya belum terlihat secara kasat mata. Terbukti: Euthikus bangkit kembali. Itu bukan karena kehebatan Paulus, tapi karena iman yang bekerja di dalamnya.
Iman kepada Kristus sanggup mengalahkan kemustahilan manusia!
Sunday, January 27, 2019
Saturday, January 26, 2019
BUKAN BUKIT DAN GUNUNG
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2019
Baca: Yeremia 3:14-25
"Sesungguhnya, bukit-bukit pengorbanan adalah tipu daya, yakni keramaian di atas bukit-bukit itu! Sesungguhnya, hanya pada TUHAN, Allah kita, ada keselamatan Israel!" Yeremia 3:23
Di zaman dahulu bukit-bukit dan gunung-gunung yang tinggi seringkali menjadi kebanggaan suatu bangsa. Mengapa? Karena menurut pemikiran mereka, bukit-bukit dan gunung-gunung yang tinggi menjulang dapat dijadikan sebagai tempat untuk berlindung. Ketika musuh datang menyerang segeralah mereka berlari kesana untuk berlindung, dan apabila musuh sudah pergi, barulah mereka turun kembali untuk melakukan aktivitas seperti sediakala. Jadi bukit-bukit dan gunung-gunung menjadi harapan semua orang untuk berlindung dan menyelamatkan diri dari segala marabahaya.
Tetapi dengan tegas nabi Yeremia memperingatkan bahwa bukit-bukit dan gunung-gunung adalah tipu daya. Adalah sia-sia kita berlindung kepadanya. Nabi Amos pun menulis: "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria,..." (Amos 6:1). Namun sampai saat ini masih banyak orang yang memilih untuk pergi ke bukit-bukit, gunung-gunung, gua-gua dan makam-makam untuk mencari pertolongan dan berkat. Kalau pun mereka beroleh jawaban, itu hanyalah tipu muslihat Iblis untuk menjerat mereka. Pertolongan itu hanya sementara waktu dan semu belaka, dan pada akhirnya manusia harus membayar harganya. Bukit dan gunung-gunung yang tinggi menjulang juga bisa berbicara tentang uang, kekayaan, emas, mobil, aset-aset berharga, jabatan atau dokter yang selalu diandalkan dan sebagainya. Betapa banyak 'gunung-gunung' mengelilingi kita yang nampak begitu kokoh dan bisa kita banggakan untuk tempat kita berlindung ketika kesesakan datang.
Ada tertulis, "Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung." (Wahyu 16:20). Demikianlah gunung-gunung pengharapan kita tidak kekal. Ada sumber pertolongan yang jauh lebih hebat dari apa pun yaitu Kristus, satu-satunya penolong kita, "...tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal. Ia mengusir musuh dari depanmu dan berfirman: Punahkanlah!" (Ulangan 33:27).
"Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." Mazmur 121:2
Baca: Yeremia 3:14-25
"Sesungguhnya, bukit-bukit pengorbanan adalah tipu daya, yakni keramaian di atas bukit-bukit itu! Sesungguhnya, hanya pada TUHAN, Allah kita, ada keselamatan Israel!" Yeremia 3:23
Di zaman dahulu bukit-bukit dan gunung-gunung yang tinggi seringkali menjadi kebanggaan suatu bangsa. Mengapa? Karena menurut pemikiran mereka, bukit-bukit dan gunung-gunung yang tinggi menjulang dapat dijadikan sebagai tempat untuk berlindung. Ketika musuh datang menyerang segeralah mereka berlari kesana untuk berlindung, dan apabila musuh sudah pergi, barulah mereka turun kembali untuk melakukan aktivitas seperti sediakala. Jadi bukit-bukit dan gunung-gunung menjadi harapan semua orang untuk berlindung dan menyelamatkan diri dari segala marabahaya.
Tetapi dengan tegas nabi Yeremia memperingatkan bahwa bukit-bukit dan gunung-gunung adalah tipu daya. Adalah sia-sia kita berlindung kepadanya. Nabi Amos pun menulis: "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria,..." (Amos 6:1). Namun sampai saat ini masih banyak orang yang memilih untuk pergi ke bukit-bukit, gunung-gunung, gua-gua dan makam-makam untuk mencari pertolongan dan berkat. Kalau pun mereka beroleh jawaban, itu hanyalah tipu muslihat Iblis untuk menjerat mereka. Pertolongan itu hanya sementara waktu dan semu belaka, dan pada akhirnya manusia harus membayar harganya. Bukit dan gunung-gunung yang tinggi menjulang juga bisa berbicara tentang uang, kekayaan, emas, mobil, aset-aset berharga, jabatan atau dokter yang selalu diandalkan dan sebagainya. Betapa banyak 'gunung-gunung' mengelilingi kita yang nampak begitu kokoh dan bisa kita banggakan untuk tempat kita berlindung ketika kesesakan datang.
Ada tertulis, "Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung." (Wahyu 16:20). Demikianlah gunung-gunung pengharapan kita tidak kekal. Ada sumber pertolongan yang jauh lebih hebat dari apa pun yaitu Kristus, satu-satunya penolong kita, "...tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal. Ia mengusir musuh dari depanmu dan berfirman: Punahkanlah!" (Ulangan 33:27).
"Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." Mazmur 121:2
Subscribe to:
Posts (Atom)