Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2019
Baca: Titus 3:1-11
"pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik
yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian
kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus," Titus 3:5
Ketika kita menyerahkan diri dan percaya kepada Kristus, saat itu kita diselamatkan dan dilahirkan kembali oleh pekerjaan Roh Kudus menjadi ciptaan baru (2 Korintus 5:17). Sebagai orang yang telah dilahirkan kembali dan menerima baptisan Roh Kudus, cara hidup kita haruslah berbeda dengan cara hidup yang lama. Untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar 'lahir baru' adalah melalui buah yang dihasilkannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu buah pertobatan (Matius 3:8).
Walaupun dahulu sudah lahir baru dan sudah dibaptis Roh Kudus, tapi bila kemudian orang kembali kepada kehidupan lamanya dan mempunyai karakter yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, perlu dipertanyakan apakah Roh Kudus masih tinggal di dalam dirinya. Bila kita mengabaikan si Pemberi Roh Kudus dalam diri kita, kuasa-Nya atau urapan-Nya dapat ditarik kembali. Maka dari itu kita patut memelihara-Nya sebaik mungkin melalui ketaatan kita terhadap firman Tuhan. Jangan pernah mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30) dengan perbuatan kita yang menyimpang dari firman Tuhan, sebab Roh Kudus bisa undur dan meninggalkan kita.
Awalnya Saul diurapi Roh Tuhan: "Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas
kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: 'Bukankah TUHAN telah
mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel?'" (1 Samuel 10:1). Seiring berjalannya waktu sikap Saul berubah, tidak lagi taat perintah Tuhan, hidup menurut kehendaknya sendiri.
Ketidaktaatannya inilah yang membuat Roh Tuhan undur dan meninggalkan Saul, sampai-sampai Tuhan berkata kepada Samuel, "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." (1 Samuel 15:11). Saul ditolak Tuhan menjadi raja Israel, kemudian Tuhan memilih dan mengurapi Daud dengan Roh-Nya menggantikan Saul.
Ketidaktaatan membuat Roh Kudus berduka, lalu Ia akan undur dan meninggalkan hidup seseorang!
Wednesday, January 9, 2019
Tuesday, January 8, 2019
KARENA DOSA PENUMPAHAN DARAH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2019
Baca: 1 Tawarikh 28:1-10
"Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab engkau ini seorang prajurit dan telah menumpahkan darah." 1 Tawarikh 28:3
Pada suatu waktu Daud mengumpulkan seluruh pembesar Israel: "...para kepala suku, para pemimpin rombongan orang-orang yang melayani raja, para kepala pasukan seribu dan kepala pasukan seratus, serta para kepala harta benda dan ternak kepunyaan raja dan anak-anaknya; bersama-sama mereka juga para pegawai istana dan para perwira dan semua pahlawan yang gagah perkasa." (1 Tawarikh 28:1). Apa tujuannya? Daud ingin memberitahukan kepada mereka semua bahwa sesungguhnya ia berkehendak untuk mendirikan rumah perhentian untuk tabut perjanjian Tuhan dan telah mempersiapkan segala sesuatunya (1 Tawarikh 28:2), namun di ayat selanjutnya Daud menyatakan bahwa Tuhan tidak memperkenankan dia untuk mendirikan rumah bagi-Nya, sebab tangan Daud telah tercemar dengan dosa, yaitu menumpahkan darah seseorang.
Adapun peristiwa penumpahan darah tersebut berkenaan dengan Uria, suami Batsyeba (2 Samuel 11:1-27). Apa yang diperbuat Daud ini merupakan kejahatan besar di mata Tuhan, dan selalu ada akibat dari setiap perbuatan dosa dan penumpahan darah. Artinya Daud harus menerima konsekuensi atas pelanggaran yang telah diperbuatnya. Namun Tuhan adalah pribadi yang berlimpah kasih setia, sehingga Ia pun mengampuni dosa Daud dan tetap melanjutkan penggenapan janji-Nya dalam kehidupan Daud. Sekalipun Daud tidak diperkenankan untuk membangun Bait Suci-Nya tapi Tuhan tetap memilih dan menetapkan keturunan Daud sendiri, yaitu Salomo, untuk mendirikan rumah bagi-Nya. Apa alasannya? Karena Daud mau bertobat dengan sungguh. Ketika ditegur oleh nabi Natan Daud tidak mengeraskan hati, apalagi berkilah dan menyalahkan orang lain. Ia mengakui dengan jujur kesalahan yang diperbuat dan menyesalinya.
Daud datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan dengan hati yang hancur: "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" (Mazmur 51:3-4). Asal mau bertobat dengan sungguh-sungguh Tuhan pasti akan mengampuni setiap pelanggaran kita.
Pertobatan adalah kunci mengalami pemulihan dari Tuhan!
Baca: 1 Tawarikh 28:1-10
"Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab engkau ini seorang prajurit dan telah menumpahkan darah." 1 Tawarikh 28:3
Pada suatu waktu Daud mengumpulkan seluruh pembesar Israel: "...para kepala suku, para pemimpin rombongan orang-orang yang melayani raja, para kepala pasukan seribu dan kepala pasukan seratus, serta para kepala harta benda dan ternak kepunyaan raja dan anak-anaknya; bersama-sama mereka juga para pegawai istana dan para perwira dan semua pahlawan yang gagah perkasa." (1 Tawarikh 28:1). Apa tujuannya? Daud ingin memberitahukan kepada mereka semua bahwa sesungguhnya ia berkehendak untuk mendirikan rumah perhentian untuk tabut perjanjian Tuhan dan telah mempersiapkan segala sesuatunya (1 Tawarikh 28:2), namun di ayat selanjutnya Daud menyatakan bahwa Tuhan tidak memperkenankan dia untuk mendirikan rumah bagi-Nya, sebab tangan Daud telah tercemar dengan dosa, yaitu menumpahkan darah seseorang.
Adapun peristiwa penumpahan darah tersebut berkenaan dengan Uria, suami Batsyeba (2 Samuel 11:1-27). Apa yang diperbuat Daud ini merupakan kejahatan besar di mata Tuhan, dan selalu ada akibat dari setiap perbuatan dosa dan penumpahan darah. Artinya Daud harus menerima konsekuensi atas pelanggaran yang telah diperbuatnya. Namun Tuhan adalah pribadi yang berlimpah kasih setia, sehingga Ia pun mengampuni dosa Daud dan tetap melanjutkan penggenapan janji-Nya dalam kehidupan Daud. Sekalipun Daud tidak diperkenankan untuk membangun Bait Suci-Nya tapi Tuhan tetap memilih dan menetapkan keturunan Daud sendiri, yaitu Salomo, untuk mendirikan rumah bagi-Nya. Apa alasannya? Karena Daud mau bertobat dengan sungguh. Ketika ditegur oleh nabi Natan Daud tidak mengeraskan hati, apalagi berkilah dan menyalahkan orang lain. Ia mengakui dengan jujur kesalahan yang diperbuat dan menyesalinya.
Daud datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan dengan hati yang hancur: "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" (Mazmur 51:3-4). Asal mau bertobat dengan sungguh-sungguh Tuhan pasti akan mengampuni setiap pelanggaran kita.
Pertobatan adalah kunci mengalami pemulihan dari Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)