Thursday, January 3, 2019

RUMAH ROHANI: Jadi Reruntuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2019

Baca:  Hagai 1:1-14

"Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri."  Hagai 1:9b

Hari-hari kemarin mungkin kehidupan kita diwarnai kegagalan demi kegagalan:  "Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!"  (Hagai 1:6).  Kita gagal karena kita tidak lagi mengutamakan Tuhan dalam hidup ini, dengan membiarkan  'rumah rohani'  kita seperti reruntuhan, sehingga berkat-berkat Tuhan menjadi terhalang.

     Tuhan berfirman,  "Perhatikanlah keadaanmu!"  (Hagai 1:5, 7).  Peringatan ini Tuhan sampaikan 2x sebagai tanda bahwa hal itu sangatlah penting.  Jika kita tidak segera memperhatikan keadaan kita, semakin kita akan tenggelam dalam keterpurukan.  Hanya ada satu kata, yaitu berubah!  Untuk melakukan perubahan dibutuhkan komitmen atau ketetapan hati.  Bangsa Israel diperintahkan untuk menguatkan hati dan memiliki semangat kembali untuk membangun Bait Suci  (Hagai 2:5).  Kita pun harus memiliki semangat yang sama untuk membangun  'rumah rohani'  kita.  Sekarang ini bukan waktunya lagi mengumpulkan harta duniawi, sebab kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, melainkan kita harus berlomba-lomba mengumpulkan harta sorgawi, dan semakin giat dalam melayani Tuhan,  "...giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  (1 Korintus 15:58).

     Bekerja membangun  'rumah rohani'  adalah hal yang mutlak!  "...bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam,"  (Hagai 2:5).  Jika kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal  (diberkati Tuhan)  kita harus mau bekerja keras bagi Tuhan dan menempatkan Dia sebagai yang utama.  Membangun  'rumah rohani'  juga tak dapat dipisahkan dari kekudusan, sebab Tuhan tidak ingin Bait-Nya dicemari dengan segala kecemaran, karena  "...TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus;"  (Mazmur 11:4a), sebab tanpa kekudusan kita takkan melihat Tuhan  (Ibrani 12:14b).

Jadikan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup ini dan layani Dia dengan segenap hati kita;  jika Tuhan disenangkan, niscaya berkat-Nya pasti mengalir atas kita!

Wednesday, January 2, 2019

RUMAH ROHANI: Jadi Reruntuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2019

Baca:  Hagai 1:1-14

"Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN."  Hagai 1:8

Melalui hamba-Nya, Hagai, Tuhan memberi teguran dan peringatan keras kepada umat Israel yang dengan sengaja mengabaikan dan membiarkan Bait Suci-Nya tetap menjadi reruntuhan, sekalipun telah sekian lama mereka kembali dari pembuangan di Babel.

     Pada zaman Hagai ini pembangunan Bait Suci mengacu kepada  'bangunan'  secara fisik.  Mereka tidak tergerak untuk membangun kembali Bait Suci tersebut, malahan sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri:  membangun tempat tinggal untuk diri sendiri, sementara Bait Suci dibiarkan menjadi puing-puing reruntuhan;  lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada mengutamakan Tuhan;  lebih mengutamakan perkara jasmani daripada perkara rohani.  Mereka tak menyadari bahwa keadaan sulit yang menimpa selama ini adalah sebagai akibat dari kesalahan mereka sendiri.  "Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri."  (Hagai 1:6, 9).

     Peringatan ini juga ditujukan kepada semua orang percaya agar memperhatikan  'rumah rohani'  masing-masing.  "...tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  (1 Korintus 6:19-20).  Bagaimana dengan  'rumah rohani'  Saudara?  Apakah bangunan tersebut sudah berdiri dengan kuat, ataukah masih tetap menjadi reruntuhan?  Bersyukurlah bila hari ini kita ditegur dan diperingatkan oleh firman Tuhan tentang hal itu;  dan biarlah waktu dan kesempatan yang ada ini kita pergunakan sebaik mungkin untuk berbenah diri, sebelum timbul penyesalan.