Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2019
Baca: Amsal 16:1-33
"Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya." Amsal 16:9
Tahun 2018 baru saja berlalu dan hari ini adalah hari pertama di tahun 2019. Di awal tahun yang baru ini setiap kita pasti memiliki segudang rencana dan impian. Salah satu impian banyak orang adalah meraih keberhasilan. Mungkin ada banyak rencana, harapan dan impian yang kemarin belum berhasil diwujudkan, karena itu kita bertekad untuk menggapainya di lembaran-lembaran hari berikutnya di sepanjang tahun baru ini.
Apa yang menjadi mimpi Saudara? Mimpi artinya memiliki sesuatu dalam pikiran sebelum diwujudkan menjadi sebuah kenyataan. Mimpi semacam ini bukanlah sekedar buah tidur, melainkan mimpi yang di dalamnya terkandung harapan, kerinduan dan cita-cita untuk memiliki sesuatu atau mencapai sesuatu, yang terkadang sulit dipahami secara akal sehat kita. Inilah yang disebut mimpi besar atau berpikir besar! Jika kita sedang mengembangkan kemampuan dalam bermimpi dan berpikir besar, berarti kita sedang berpikir sebagaimana Tuhan berpikir. Ingat! Segala sesuatu atau apa yang berhasil diwujudkan oleh setiap orang semuanya berawal dari mimpi, yang ditanamkan Tuhan dalam hati dan pikirannya. Contoh: Yusuf mendapatkan mimpi bahwa kelak ia akan menjadi seorang pemimpin besar (Kejadian 37:7-9). Seiring berjalannya waktu, mimpi itu pun menjadi kenyataan, sekalipun untuk menggapainya butuh waktu yang tidak singkat dan melalui proses pembentukan yang teramat menyakitkan.
Jangan pernah takut bermimpi! David J. Schwartz dalam bukunya 'The Magic of Thingkin Big' menulis: "Jika berpikir besar menghasilkan begitu banyak, mengapa tidak semua orang berpikir seperti itu?" Ingat, mimpi akan tetap menjadi mimpi, tidak pernah menjadi kenyataan, bila tidak disertai dengan usaha dan kerja keras. Ada harga yang harus dibayar, sebab tidak ada berkat yang langsung turun dari langit. Karena itu dalam segala hal dan di setiap kerinduan kita hendaknya kita senantiasa melibatkan Tuhan dan mengandalkan Dia. Kita lakukan semaksimal mungkin apa yang menjadi bagian kita, dan kita serahkan kepada Tuhan apa pun yang tidak sanggup kita perbuat.
Sekalipun punya mimpi besar, tapi tanpa ada upaya meraihnya, hanya akan jadi bunga tidur.
Tuesday, January 1, 2019
Monday, December 31, 2018
BERKEJARAN DENGAN WAKTU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2018
Baca: Mazmur 90:1-17
"Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam." Mazmur 90:4
Hari ini kita sudah berada di penghujung tahun 2018! Hampir semua orang berkata: "Ga terasa ya...waktu begitu cepat." Dari hari ke minggu, dari minggu ke bulan, dan dari bulan ke tahun, semua berjalan seolah-olah hanya sekejap mata! Rasa-rasanya baru kemarin kita merayakan perayaan tahun baru, tapi kini hanya tinggal hitungan jam, menit dan detik, tahun 2018 segera berakhir dan kita akan memasuki tahun yang baru. Musa pun menyadari betapa cepatnya hari-hari yang dijalani manusia: "Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu." (Mazmur 90:5-6).
Satu hal yang tak boleh kita lupakan adalah mengucap syukur kepada Tuhan! Bersyukur atas penyertaan Tuhan, dan bersyukur atas campur tangan Tuhan di sepanjang tahun 2018; tanpa Tuhan, kita tidak akan mampu menjalani hari-hari kita, "Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku." (Mazmur 54:6). Karena waktu itu teramat singkat dan berlalunya buru-buru, marilah kita: 1. Pergunakan waktu sebaik mungkin, "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16). Jangan lagi suka menunda-nunda apa yang bisa dikerjakan sekarang, dengan alasan masih ada hari esok, padahal tak seorang pun tahu secara pasti apa yang akan terjadi di kemudian hari, apakah kita masih memiliki kesempatan ataukah tidak, "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1).
2. Kumpulkan harta di sorga (Matius 6:19-20). Sebelum semuanya terlambat dan timbul penyesalan, mari perbaharui komitmen kita untuk hidup menyenangkan hati Tuhan dengan meninggalkan cara hidup duniawi. Jadikan kegagalan dan kesalahan di hari-hari kemarin sebagai pelajaran berharga untuk kita menatap hari esok.
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Mazmur 90:12
Baca: Mazmur 90:1-17
"Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam." Mazmur 90:4
Hari ini kita sudah berada di penghujung tahun 2018! Hampir semua orang berkata: "Ga terasa ya...waktu begitu cepat." Dari hari ke minggu, dari minggu ke bulan, dan dari bulan ke tahun, semua berjalan seolah-olah hanya sekejap mata! Rasa-rasanya baru kemarin kita merayakan perayaan tahun baru, tapi kini hanya tinggal hitungan jam, menit dan detik, tahun 2018 segera berakhir dan kita akan memasuki tahun yang baru. Musa pun menyadari betapa cepatnya hari-hari yang dijalani manusia: "Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu." (Mazmur 90:5-6).
Satu hal yang tak boleh kita lupakan adalah mengucap syukur kepada Tuhan! Bersyukur atas penyertaan Tuhan, dan bersyukur atas campur tangan Tuhan di sepanjang tahun 2018; tanpa Tuhan, kita tidak akan mampu menjalani hari-hari kita, "Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku." (Mazmur 54:6). Karena waktu itu teramat singkat dan berlalunya buru-buru, marilah kita: 1. Pergunakan waktu sebaik mungkin, "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16). Jangan lagi suka menunda-nunda apa yang bisa dikerjakan sekarang, dengan alasan masih ada hari esok, padahal tak seorang pun tahu secara pasti apa yang akan terjadi di kemudian hari, apakah kita masih memiliki kesempatan ataukah tidak, "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1).
2. Kumpulkan harta di sorga (Matius 6:19-20). Sebelum semuanya terlambat dan timbul penyesalan, mari perbaharui komitmen kita untuk hidup menyenangkan hati Tuhan dengan meninggalkan cara hidup duniawi. Jadikan kegagalan dan kesalahan di hari-hari kemarin sebagai pelajaran berharga untuk kita menatap hari esok.
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Mazmur 90:12
Subscribe to:
Posts (Atom)