Monday, December 31, 2018

BERKEJARAN DENGAN WAKTU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2018

Baca:  Mazmur 90:1-17

"Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam."  Mazmur 90:4

Hari ini kita sudah berada di penghujung tahun 2018!  Hampir semua orang berkata:  "Ga terasa ya...waktu begitu cepat."  Dari hari ke minggu, dari minggu ke bulan, dan dari bulan ke tahun, semua berjalan seolah-olah hanya sekejap mata!  Rasa-rasanya baru kemarin kita merayakan perayaan tahun baru, tapi kini hanya tinggal hitungan jam, menit dan detik, tahun 2018 segera berakhir dan kita akan memasuki tahun yang baru.  Musa pun menyadari betapa cepatnya hari-hari yang dijalani manusia:  "Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu."  (Mazmur 90:5-6).

     Satu hal yang tak boleh kita lupakan adalah mengucap syukur kepada Tuhan!  Bersyukur atas penyertaan Tuhan, dan bersyukur atas campur tangan Tuhan di sepanjang tahun 2018;  tanpa Tuhan, kita tidak akan mampu menjalani hari-hari kita,  "Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku."  (Mazmur 54:6).  Karena waktu itu teramat singkat dan berlalunya buru-buru, marilah kita:  1.  Pergunakan waktu sebaik mungkin,  "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."  (Efesus 5:15-16).  Jangan lagi suka menunda-nunda apa yang bisa dikerjakan sekarang, dengan alasan masih ada hari esok, padahal tak seorang pun tahu secara pasti apa yang akan terjadi di kemudian hari, apakah kita masih memiliki kesempatan ataukah tidak,  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).

     2.  Kumpulkan harta di sorga  (Matius 6:19-20).  Sebelum semuanya terlambat dan timbul penyesalan, mari perbaharui komitmen kita untuk hidup menyenangkan hati Tuhan dengan meninggalkan cara hidup duniawi.  Jadikan kegagalan dan kesalahan di hari-hari kemarin sebagai pelajaran berharga untuk kita menatap hari esok.

"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."  Mazmur 90:12

Sunday, December 30, 2018

JANGAN MEMBERONTAK SAAT DIBENTUK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2018

Baca:  Yesaya 64:1-12

"Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu."  Yesaya 64:8

Hidup orang percaya digambarkan seperti tanah liat di tangan sang penjunan.  Tuhan adalah Sang Penjunan.  Untuk menjadi bejana yang berdaya guna dan bernilai, tanah liat harus mengalami proses pembentukan sedemikian rupa sampai menjadi lumat, lentur dan lunak.  Lalu mulailah tangan Tuhan bekerja, mengambil gumpalan tanah liat itu dan membentuknya sesuai kehendak-Nya.  Kita takkan bisa lari dari yang namanya  'proses'  pembentukan, sebab tidak ada istilah instan di dalam Tuhan.  "Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; 'Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi--siapakah yang mendampingi Aku?'"  (Yesaya 44:24). 

     Pembentukan Tuhan memang sakit dan tak menyenangkan, seperti berada di padang gurun, karena itulah banyak orang mengeluh, mengomel dan memberontak.  Karena terus memberontak kepada Tuhan, bangsa Israel harus berputar-putar selama 40 tahun di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian.  "...Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: 'Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir.' Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau."  (Keluaran 13:17-18).

     Tuhan belum selesai berurusan dengan kita selama kita masih saja memberontak dan hidup menyimpang dari jalan kebenaran-Nya.  "Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: 'Apakah yang kaubuat?' atau yang telah dibuatnya: 'Engkau tidak punya tangan!'  (Yesaya 45:9).  Milikilah penyerahan diri kepada Tuhan saat diproses, sebab Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.  "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  (Yeremia 18:4).

Kita ini buatan Tuhan, diciptakan dalam Kristus untuk melakukan perbuatan baik  (Efesus 2:10).