Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2018
Baca: Ayub 10:1-22
"Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku." Ayub 10:1
Rasa frustasi dan berujung kepada keputusasaan seringkali timbul ketika orang berada dalam situasi sangat sulit serasa tidak ada jalan keluar, ketika masalah datang bertubi-tubi, ketika beban hidup terasa berat. Puncak frustasi dan putus asa adalah merasa bosan hidup, sehingga timbul niat mengakhiri hidup saja karena merasa diri tidak berarti lagi.
Kondisi seperti ini pernah dirasakan oleh Ayub! Penderitaan yang datang secara bertubi-tubi membuatnya nyaris frustasi: harta bendanya ludes, anak-anaknya mati (Ayub 1:1-22), bahkan isteri yang dikasihinya pun pergi meninggalkan dia. Kemalangan Ayub semakin lengkap, sebab sahabat-sahabat terdekatnya juga beranjak menjauh. Itulah dunia! Ketika seseorang sedang berada 'di atas' dan berlimpah harta sangatlah wajar bila banyak orang mengerumuninya, tetapi begitu ia berada 'di bawah' dan jatuh miskin, tak banyak orang mau berteman dengannya alias ditinggalkan oleh teman-temannya, "Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci, tetapi sahabat orang kaya itu banyak." (Amsal 14:20). Karena telah kehilangan segala-galanya Ayub menjadi sangat frustasi dan rasa frustasinya itu sudah sampai di ambang batas, sampai-sampai ia merasa telah bosan hidup. Bahkan Ayub merasa menyesal telah dilahirkan ke dalam dunia ini: "Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!" (Ayub 10:18).
Di zaman yang serbasulit seperti sekarang ini ada banyak orang merasa frustasi dan berputus asa karena tekanan hidup yang berat. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terbersit di hati untuk mengakhiri hidup saja sama seperti Ayub. Jangan sekali-kali timbul keinginan untuk mengakhiri hidup! Seberat apa pun penderitaan yang kita alami pasti ada jalan ke luarnya. Mari datanglah kepada Kristus! Karena Dia adalah "...jalan dan kebenaran dan hidup." (Yohanes 14:6a). Di dalam Kristus pasti ada jalan ke luar, ada pertolongan, ada kelepasan. Jadi, "Masih ada harapan untuk hari depanmu, demikianlah firman TUHAN:" (Yeremia 31:17).
"Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara." Mazmur 9:19
Monday, December 24, 2018
Sunday, December 23, 2018
PERTOBATAN MENGHASILKAN PEMULIHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2018
Baca: Mazmur 51:1-21
"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19
Saul dan Daud memiliki kesamaan dalam beberapa hal, di antaranya: sama-sama pernah menjadi raja atas Israel dan sama-sama diurapi Tuhan dari tabung tanduk nabi yang sama yaitu Samuel. Pengurapan Saul (1 Samuel 10:1) dan pengurapan Daud (1 Samuel 16:13) sama, sehingga Roh Tuhan berkuasa atas hidup mereka. Roh Tuhan menyertai kehidupan keduanya. Kesamaan yang lain: Saul dan Daud pernah jatuh dalam dosa. Karena tidak sabar menantikan kedatangan Samuel, Saul melakukan tindakan bodoh yaitu berani mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di Gilgal, padahal tugas mempersembahkan korban adalah tugas seorang imam (1 Samuel 13:8-12). Sedangkan Daud melakukan dosa perzinahan dengan Batsyeba (2 Samuel 11:1-5). Ini bukti bahwa keduanya adalah manusia biasa yang punya kelemahan.
Meski memiliki banyak kesamaan, akhir hidup mereka sangatlah berbeda. Bagaimana bisa? Pilihan dan keputusan mereka dalam menjalani hidup menentukan masa depan mereka sendiri. Saul tetap saja mengeraskan hati, berkilah tak mau mengakui kesalahan, dan tidak mau bertobat sekalipun telah ditegur Samuel perihal ketidaktaatannya: "Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." (1 Samuel 15:22-23). Akibatnya Roh Tuhan undur dan meninggalkan Saul dan ia pun harus kehilangan takhtanya.
Berbeda dengan Daud, ketika ditegur Natan perihal dosa perzinahannya, Daud menunjukkan penyesalannya yang mendalam dan hatinya menjadi remuk. Berserulah Daud kepada Tuhan memohon pengampunan: "Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!" (Mazmur 51:11, 13). Tuhan berkenan kepada pertobatan Daud sehingga Roh-Nya pun tetap menyertai.
Tuhan mengokohkan takhta kerajaan Daud, sedangkan hidup Saul berakhir tragis.
Baca: Mazmur 51:1-21
"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19
Saul dan Daud memiliki kesamaan dalam beberapa hal, di antaranya: sama-sama pernah menjadi raja atas Israel dan sama-sama diurapi Tuhan dari tabung tanduk nabi yang sama yaitu Samuel. Pengurapan Saul (1 Samuel 10:1) dan pengurapan Daud (1 Samuel 16:13) sama, sehingga Roh Tuhan berkuasa atas hidup mereka. Roh Tuhan menyertai kehidupan keduanya. Kesamaan yang lain: Saul dan Daud pernah jatuh dalam dosa. Karena tidak sabar menantikan kedatangan Samuel, Saul melakukan tindakan bodoh yaitu berani mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di Gilgal, padahal tugas mempersembahkan korban adalah tugas seorang imam (1 Samuel 13:8-12). Sedangkan Daud melakukan dosa perzinahan dengan Batsyeba (2 Samuel 11:1-5). Ini bukti bahwa keduanya adalah manusia biasa yang punya kelemahan.
Meski memiliki banyak kesamaan, akhir hidup mereka sangatlah berbeda. Bagaimana bisa? Pilihan dan keputusan mereka dalam menjalani hidup menentukan masa depan mereka sendiri. Saul tetap saja mengeraskan hati, berkilah tak mau mengakui kesalahan, dan tidak mau bertobat sekalipun telah ditegur Samuel perihal ketidaktaatannya: "Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." (1 Samuel 15:22-23). Akibatnya Roh Tuhan undur dan meninggalkan Saul dan ia pun harus kehilangan takhtanya.
Berbeda dengan Daud, ketika ditegur Natan perihal dosa perzinahannya, Daud menunjukkan penyesalannya yang mendalam dan hatinya menjadi remuk. Berserulah Daud kepada Tuhan memohon pengampunan: "Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!" (Mazmur 51:11, 13). Tuhan berkenan kepada pertobatan Daud sehingga Roh-Nya pun tetap menyertai.
Tuhan mengokohkan takhta kerajaan Daud, sedangkan hidup Saul berakhir tragis.
Subscribe to:
Posts (Atom)