Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2018
Baca: Mazmur 51:1-21
"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19
Saul dan Daud memiliki kesamaan dalam beberapa hal, di antaranya: sama-sama pernah menjadi raja atas Israel dan sama-sama diurapi Tuhan dari tabung tanduk nabi yang sama yaitu Samuel. Pengurapan Saul (1 Samuel 10:1) dan pengurapan Daud (1 Samuel 16:13) sama, sehingga Roh Tuhan berkuasa atas hidup mereka. Roh Tuhan menyertai kehidupan keduanya. Kesamaan yang lain: Saul dan Daud pernah jatuh dalam dosa. Karena tidak sabar menantikan kedatangan Samuel, Saul melakukan tindakan bodoh yaitu berani mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di Gilgal, padahal tugas mempersembahkan korban adalah tugas seorang imam (1 Samuel 13:8-12). Sedangkan Daud melakukan dosa perzinahan dengan Batsyeba (2 Samuel 11:1-5). Ini bukti bahwa keduanya adalah manusia biasa yang punya kelemahan.
Meski memiliki banyak kesamaan, akhir hidup mereka sangatlah berbeda. Bagaimana bisa? Pilihan dan keputusan mereka dalam menjalani hidup menentukan masa depan mereka sendiri. Saul tetap saja mengeraskan hati, berkilah tak mau mengakui kesalahan, dan tidak mau bertobat sekalipun telah ditegur Samuel perihal ketidaktaatannya: "Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan
adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah
menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." (1 Samuel 15:22-23). Akibatnya Roh Tuhan undur dan meninggalkan Saul dan ia pun harus kehilangan takhtanya.
Berbeda dengan Daud, ketika ditegur Natan perihal dosa perzinahannya, Daud menunjukkan penyesalannya yang mendalam dan hatinya menjadi remuk. Berserulah Daud kepada Tuhan memohon pengampunan: "Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!" (Mazmur 51:11, 13). Tuhan berkenan kepada pertobatan Daud sehingga Roh-Nya pun tetap menyertai.
Tuhan mengokohkan takhta kerajaan Daud, sedangkan hidup Saul berakhir tragis.
Sunday, December 23, 2018
Saturday, December 22, 2018
BANGKITLAH DARI KEGAGALAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2018
Baca: Ayub 42:1-6
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." Ayub 42:2
Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya, termasuk orang-orang besar atau tokoh-tokoh hebat yang ada di dunia ini. Mengalami kegagalan dalam bisnis, pekerjaan, rumah tangga, hubungan asmara, studi dan sebagainya pasti menimbulkan rasa kecewa yang mendalam. Namun tak perlu kita larut dalam kekecewaan yang berkepanjangan, apalagi sampai berputus asa. Ini sangat berbahaya! Saat berada di ambang keputusasaan, hal-hal yang tidak diinginkan seringkali terjadi: terjerat narkoba, jatuh dalam pergaulan bebas, atau mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidup. Setiap kegagalan yang kita alami bukanlah suatu hal yang terburuk di dalam kehidupan ini, tapi merupakan hal yang wajar dan biasa!
Kata 'gagal' memiliki arti: tidak berhasil, tidak tercapai (maksudnya). Kegagalan bisa saja Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup ini untuk membuka mata rohani kita bahwa tanpa Tuhan kita tidak dapat melakukan hal-hal yang berarti. Betapa banyak di antara kita yang tak pernah melibatkan Tuhan dalam setiap rancangan dan rencana hidup ini karena kita merasa diri mampu dan pintar. "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21). Tetapi begitu mengalami kegagalan barulah kita sadar bahwa tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Saat kita dalam keadaan tiada berdaya dan mengangkat tangan tanda berserah, saat itulah Tuhan akan turun tangan menyatakan kuasa-Nya. "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku." (2 Korintus 12:9b).
Sebagai orang percaya janganlah kita cepat putus asa ketika diperhadapkan dengan kegagalan, sebab kita bukanlah satu-satunya orang yang pernah mengalami kegagalan. Jangan pernah menganggap bahwa kegagalan itu sebagai harga mati. Percayalah akan selalu ada kesempatan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Asalkan mau berusaha, kesempatan untuk berhasil pasti akan terbuka lebar. Ambil sisi positif dari setiap kegagalan tersebut. Belajarlah untuk selalu melibatkan Tuhan di segala aspek kehidupan ini, sebab kehendak dan rencana-Nya takkan pernah gagal.
Jadikan kegagalan sebagai batu lompatan untuk kita meraih keberhasilan!
Baca: Ayub 42:1-6
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." Ayub 42:2
Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya, termasuk orang-orang besar atau tokoh-tokoh hebat yang ada di dunia ini. Mengalami kegagalan dalam bisnis, pekerjaan, rumah tangga, hubungan asmara, studi dan sebagainya pasti menimbulkan rasa kecewa yang mendalam. Namun tak perlu kita larut dalam kekecewaan yang berkepanjangan, apalagi sampai berputus asa. Ini sangat berbahaya! Saat berada di ambang keputusasaan, hal-hal yang tidak diinginkan seringkali terjadi: terjerat narkoba, jatuh dalam pergaulan bebas, atau mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidup. Setiap kegagalan yang kita alami bukanlah suatu hal yang terburuk di dalam kehidupan ini, tapi merupakan hal yang wajar dan biasa!
Kata 'gagal' memiliki arti: tidak berhasil, tidak tercapai (maksudnya). Kegagalan bisa saja Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup ini untuk membuka mata rohani kita bahwa tanpa Tuhan kita tidak dapat melakukan hal-hal yang berarti. Betapa banyak di antara kita yang tak pernah melibatkan Tuhan dalam setiap rancangan dan rencana hidup ini karena kita merasa diri mampu dan pintar. "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21). Tetapi begitu mengalami kegagalan barulah kita sadar bahwa tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Saat kita dalam keadaan tiada berdaya dan mengangkat tangan tanda berserah, saat itulah Tuhan akan turun tangan menyatakan kuasa-Nya. "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku." (2 Korintus 12:9b).
Sebagai orang percaya janganlah kita cepat putus asa ketika diperhadapkan dengan kegagalan, sebab kita bukanlah satu-satunya orang yang pernah mengalami kegagalan. Jangan pernah menganggap bahwa kegagalan itu sebagai harga mati. Percayalah akan selalu ada kesempatan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Asalkan mau berusaha, kesempatan untuk berhasil pasti akan terbuka lebar. Ambil sisi positif dari setiap kegagalan tersebut. Belajarlah untuk selalu melibatkan Tuhan di segala aspek kehidupan ini, sebab kehendak dan rencana-Nya takkan pernah gagal.
Jadikan kegagalan sebagai batu lompatan untuk kita meraih keberhasilan!
Subscribe to:
Posts (Atom)