Friday, December 21, 2018

PADANG GURUN SEBAGAI SEKOLAH KEHIDUPAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2018

Baca:  Mazmur 136:1-26

"Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."  Mazmur 136:16

Sadar atau tidak, hidup yang sedang kita jalani ini adalah ibarat sebuah sekolah, di situlah proses belajar terjadi.  Banyak hal dalam kehidupan ini yang bisa kita jadikan bahan pemelajaran.  Kita bisa belajar melalui perjalanan hidup yang terkadang melewati kerikil-kerikil, batu-batu besar, tikungan-tikungan tajam, dan juga lembah-lembah curam.  Kita bisa belajar dari masalah, kesulitan, tekanan, penderitaan, situasi, kejadian atau peristiwa.

     Terkadang Tuhan ijinkan kita melwati  'padang gurun'  yang gersang dan tandus.  Padang gurun adalah tempat yang udaranya sangat panas di waktu siang dan terasa sangat dingin di kala malam.  Air menjadi sesuatu yang langka dan sangat berharga, dan belum lagi bahaya binatang buas seperti ular dan sebagainya.  Padang gurun adalah gambaran kehidupan yang sungguh tidak enak, tidak nyaman dan penuh kesulitan.  Banyak orang tidak menyukai kehidupan di padang gurun dan berusaha lari menghindar dan memberontak.  Musa yang dibesarkan di istana Firaun dengan segala kenyamanan dan kemewahan justru memilih untuk mengikuti panggilan Tuhan, sekalipun ada harga yang harus dibayarnya, yaitu berada di padang gurun selama 40 tahun bersama umat Israel.  "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa."  (Ibrani 11:24-25).

      Padang gurun menjadi sekolah kehidupan bagi Musa dan juga bangsa Israel, di sanalah mereka mengalami proses pembentukan dan pendewasaan iman:  "Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak."  (Ulangan 8:2).  Bersyukurlah jika saat ini Tuhan membawa kita kepada situasi  'padang gurun', memang terasa tidak enak dan mungkin sangat menyakitkan secara daging, tapi percayalah bahwa kasih setia-Nya tak berubah.

Padang gurun menjadi  'sekolah'  kehidupan bagi kita, karena di situlah Tuhan memroses kita sampai kita kedapatan siap menerima curahan berkat-Nya!

Thursday, December 20, 2018

TUHAN HANYA SEJAUH DOA KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2018

Baca:  Mazmur 119:151-160

"Engkau dekat, ya TUHAN, dan segala perintah-Mu adalah benar."  Mazmur 119:151-160

Hal yang patut menjadi kebanggaan bagi semua orang percaya adalah kita memiliki Tuhan yang begitu mengasihi dan memedulikan kita, bahkan Ia ingin selalu dekat dengan kita.  Adakah agama dan kepercayaan apa pun, di mana umat dapat memanggil Tuhannya dengan sebutan  'Bapa', selain kita orang percaya?  "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: 'ya Abba, ya Bapa!'"  (Roma 8:15).  Kata  'Abba'  dalam bahasa Aram secara harafiah berarti Bapa, ayah atau papa.  Sebutan  'Bapa'  adalah gambaran suatu hubungan yang begitu dekat dan akrab, hubungan antara bapa dan anak dalam sebuah keluarga.

     Alkitab menyatakan setiap orang yang percaya kepada Kristus diberi kuasa menjadi anak-anak Tuhan  (Yohanes 1:12), karena itulah Kristus mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya.  Ketika kita berdoa dan memanggil Dia sebagai Bapa itu artinya Tuhan kita bukanlah Tuhan yang jauh, Dia dekat, hanya sejauh doa-doa kita.  Daud memahami benar bahwa Tuhan itu dekat dan Mahatahu:  "TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi."  (Mazmur 139:1-3).  Tuhan tahu apa yang kita perbuat, Dia tahu sekecil apa pun pergumulan kita, Dia tahu kebutuhan kita.  "...jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  (Matius 7:11).

     Karena Tuhan itu dekat, Dia juga tahu kapan harus menegur, memperingatkan dan jika perlu menghajar kita yang adalah anak-anak-Nya, apabila kita melakukan pelanggaran atau hidup menyimpang dari kehendak-Nya.  Oleh sebab itu  "...janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."  (Ibrani 12:6).

Karena Tuhan itu dekat, carilah Dia selalu selama Ia berkenan kita temui!  Yesaya 55:6