Wednesday, December 19, 2018

PENYERTAAN TUHAN YANG SEMPURNA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2018

Baca:  Ibrani 13:1-16

"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  Ibrani 13:5b

Kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita, di mana pun kita berada Dia selalu ada, Dialah Jehovah Shammah, Tuhan yang Mahahadir.  Betapa mengagumkan janji Tuhan ini, selalu hadir dan menyatakan penyertaan-Nya atas kita, anak-anak-Nya.  Tak ada pemimpin agama mana pun yang berjanji dan memberikan jaminan penyertaan kepada umatnya seperti Kristus.  Ayat nas merupakan penegasan apa yang Tuhan sampaikan kepada murid-murid-Nya:  "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:19-20).

     Janji Tuhan menyertai umat-Nya tidak pernah diingkari.  Awal ketika diutus Tuhan membawa Bangsa Israel ke luar dari Mesir, Musa sempat menolak karena merasa tidak mampu dan tidak cakap bicara, namun Tuhan menguatkannya:  "...pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."  (Keluaran 4:12).  Saat Israel menempuh perjalanan di padang gurun Ia menyatakan penyertaan dan kehadiran-Nya melalui tiang awan dan tiang api  (Keluaran 13:21).  Tatkala Israel mengalami ketakutan karena dikejar pasukan Firaun, sedangkan di hadapan mereka laut Teberau, Tuhan ada di sana.  Berkatalah Musa,  "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya."  (Keluaran 14:13).

     Sampai kesudahan zaman janji Tuhan tak pernah berubah, akan tetap menyertai umat-Nya melalui Roh-Nya yang kudus.  Tak perlu takut menghadapi apa pun,  "...sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  (Yesaya 41:10).

Orang percaya tidak pernah ditinggalkan Tuhan!  Karena itu tetaplah kuat di segala situasi.

Tuesday, December 18, 2018

PENGALAMAN MANUSIA TAK MENENTUKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2018

Baca:  Lukas 5:1-11

"Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."  Lukas 5:5

Bukan hal yang mengejutkan bila manusia terlalu sering membangga-banggakan kepintaran akal dan pengalaman hidupnya, meski tak selamanya kepintaran dan pengalaman dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dialami.  Berdasarkan pengalaman, orang yang sudah divonis dokter bahwa penyakitnya tak mungkin disembuhkan, masa hidupnya pasti tak akan lama lagi;  orang yang ekonominya sulit  (miskin), takkan mungkin dapat menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi;  rumah tangga yang hancr, mustahil dapat dipulihkan seperti sediakala;  orang yang tidak punya ranking di sekolah, mustahil menjadi orang yang berhasil.

     Untuk menyatakan pekerjaan-Nya yang dahsyat dalam hidup seseorang Tuhan tak membutuhkan pengalaman manusia, sebab tiada perkara yang terlalu sulit untuk Dia lakukan, sekalipun itu mustahil bagi manusia.  Sara, Hana dan Elisabet, secara ilmu kedokteran mustahil memiliki keturunan karena usia mereka sudah lanjut dan dianggap mandul, tapi Tuhan sanggup membuka rahim mereka sehingga mereka memiliki keturunan;  seorang yang buta sejak lahir, mustahil dapat melihat, tapi Tuhan sanggup mencelikkan matanya;  Lazarus sudah meninggal selama 4 hari, Tuhan sanggup bangkitkan.  Janganlah sekali-kali membatasi kuasa Tuhan berdasarkan pengalaman manusia atau ilmu pengetahuan.

     Petrus dan Andreas memiliki pengalaman menangkap ikan karena profesi mereka nelayan.  Suatu waktu mereka gagal, semalam-malaman melaut tapi tak mendapatkan ikan.  Tuhan memberikan perintah kepada Petrus,  "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."  (Lukas 5:4).  Pikir Petrus:  "Aku sudah berpengalaman, apa tak salah Tuhan menyuruhku menebarkan jala lagi?"  Syukurlah Petrus tak membanggakan pengalaman, tapi ia taat:  "'...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.' Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak."  (Lukas 5:5-6).

Ketaatan akan firman Tuhanlah yang menjadikan segala perkara terjadi, bukan karena pengalaman manusia.