Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2018
Baca: Lukas 5:1-11
"Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap
apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala
juga." Lukas 5:5
Bukan hal yang mengejutkan bila manusia terlalu sering membangga-banggakan kepintaran akal dan pengalaman hidupnya, meski tak selamanya kepintaran dan pengalaman dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dialami. Berdasarkan pengalaman, orang yang sudah divonis dokter bahwa penyakitnya tak mungkin disembuhkan, masa hidupnya pasti tak akan lama lagi; orang yang ekonominya sulit (miskin), takkan mungkin dapat menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi; rumah tangga yang hancr, mustahil dapat dipulihkan seperti sediakala; orang yang tidak punya ranking di sekolah, mustahil menjadi orang yang berhasil.
Untuk menyatakan pekerjaan-Nya yang dahsyat dalam hidup seseorang Tuhan tak membutuhkan pengalaman manusia, sebab tiada perkara yang terlalu sulit untuk Dia lakukan, sekalipun itu mustahil bagi manusia. Sara, Hana dan Elisabet, secara ilmu kedokteran mustahil memiliki keturunan karena usia mereka sudah lanjut dan dianggap mandul, tapi Tuhan sanggup membuka rahim mereka sehingga mereka memiliki keturunan; seorang yang buta sejak lahir, mustahil dapat melihat, tapi Tuhan sanggup mencelikkan matanya; Lazarus sudah meninggal selama 4 hari, Tuhan sanggup bangkitkan. Janganlah sekali-kali membatasi kuasa Tuhan berdasarkan pengalaman manusia atau ilmu pengetahuan.
Petrus dan Andreas memiliki pengalaman menangkap ikan karena profesi mereka nelayan. Suatu waktu mereka gagal, semalam-malaman melaut tapi tak mendapatkan ikan. Tuhan memberikan perintah kepada Petrus, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Lukas 5:4). Pikir Petrus: "Aku sudah berpengalaman, apa tak salah Tuhan menyuruhku menebarkan jala lagi?" Syukurlah Petrus tak membanggakan pengalaman, tapi ia taat: "'...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.' Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak." (Lukas 5:5-6).
Ketaatan akan firman Tuhanlah yang menjadikan segala perkara terjadi, bukan karena pengalaman manusia.
Tuesday, December 18, 2018
Monday, December 17, 2018
TAK MAU DISEBUT ORANG BODOH?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2018
Baca: Efesus 5:1-21
"Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." Efesus 5:17
Semua orang pasti tidak akan terima, tersinggung, jengkel dan marah besar bila dirinya dikatai-katai sebagai orang yang bodoh, karena merasa sangat direndahkan. Menurut pemahaman orang kebanyakan, orang yang disebut bodoh berarti tidak pintar, ber-IQ jongkok, dan tak mengerti apa-apa. Berbicara tentang kata 'bodoh' sesungguhnya bukan semata-mata berkaitan dengan tingkat kecerdasan yang rendah, atau kualitas intelektual dan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang, melainkan berkaitan erat dengan sifat, sikap, perilaku, karakter, keputusan atau pilihan yang diambil oleh seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sadar atau tidak, kita sendiri sering berlaku bodoh!
Apa yang firman Tuhan katakan tentang orang yang bodoh? Seseorang dikatakan bodoh apabila ia hidup menjauh dari Tuhan. Padahal Tuhan sendiri sudah memperingatkan, "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Hidup menjauh dari Tuhan berarti hidup mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri. Sadarilah bahwa dunia, tempat di mana kita hidup sekarang, adalah dunia yang dipenuhi dengan kejahatan, di mana-mana ada jebakan dan jerat Iblis. Apa yang bisa dibanggakan dari diri kita ini yang tak lebih dari hembusan nafas? (Yesaya 2:22). "...seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." (Mazmur 103:15-16). Begitu pula dengan semua yang ada di dunia ini, dapatkan menolong dan menyelamatkan kita? Semakin kita hidup menjauh dari Tuhan, semakin mendekatkan kita kepada kehancuran.
Kita disebut bodoh bila kita tetap saja hidup dalam ketidaktaatan (dosa). "Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir." (Matius 7:26). Ketika Saul tidak mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan (tidak taat), berkatalah Samuel kepada Saul, "Perbuatanmu itu bodoh." (1 Samuel 13:13). Alkitab secara tegas menyatakan bahwa jika seorang sudah tahu kebenaran, tetapi dengan sengaja berbuat dosa, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa (Ibrani 10:26).
Seorang percaya tak seharusnya berlaku bodoh, hiduplah seturut kehendak Tuhan!
Baca: Efesus 5:1-21
"Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." Efesus 5:17
Semua orang pasti tidak akan terima, tersinggung, jengkel dan marah besar bila dirinya dikatai-katai sebagai orang yang bodoh, karena merasa sangat direndahkan. Menurut pemahaman orang kebanyakan, orang yang disebut bodoh berarti tidak pintar, ber-IQ jongkok, dan tak mengerti apa-apa. Berbicara tentang kata 'bodoh' sesungguhnya bukan semata-mata berkaitan dengan tingkat kecerdasan yang rendah, atau kualitas intelektual dan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang, melainkan berkaitan erat dengan sifat, sikap, perilaku, karakter, keputusan atau pilihan yang diambil oleh seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sadar atau tidak, kita sendiri sering berlaku bodoh!
Apa yang firman Tuhan katakan tentang orang yang bodoh? Seseorang dikatakan bodoh apabila ia hidup menjauh dari Tuhan. Padahal Tuhan sendiri sudah memperingatkan, "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Hidup menjauh dari Tuhan berarti hidup mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri. Sadarilah bahwa dunia, tempat di mana kita hidup sekarang, adalah dunia yang dipenuhi dengan kejahatan, di mana-mana ada jebakan dan jerat Iblis. Apa yang bisa dibanggakan dari diri kita ini yang tak lebih dari hembusan nafas? (Yesaya 2:22). "...seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." (Mazmur 103:15-16). Begitu pula dengan semua yang ada di dunia ini, dapatkan menolong dan menyelamatkan kita? Semakin kita hidup menjauh dari Tuhan, semakin mendekatkan kita kepada kehancuran.
Kita disebut bodoh bila kita tetap saja hidup dalam ketidaktaatan (dosa). "Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir." (Matius 7:26). Ketika Saul tidak mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan (tidak taat), berkatalah Samuel kepada Saul, "Perbuatanmu itu bodoh." (1 Samuel 13:13). Alkitab secara tegas menyatakan bahwa jika seorang sudah tahu kebenaran, tetapi dengan sengaja berbuat dosa, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa (Ibrani 10:26).
Seorang percaya tak seharusnya berlaku bodoh, hiduplah seturut kehendak Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)