Monday, December 17, 2018

TAK MAU DISEBUT ORANG BODOH?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2018

Baca:  Efesus 5:1-21

"Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan."  Efesus 5:17

Semua orang pasti tidak akan terima, tersinggung, jengkel dan marah besar bila dirinya dikatai-katai sebagai orang yang bodoh, karena merasa sangat direndahkan.  Menurut pemahaman orang kebanyakan, orang yang disebut bodoh berarti tidak pintar, ber-IQ jongkok, dan tak mengerti apa-apa.  Berbicara tentang kata  'bodoh'  sesungguhnya bukan semata-mata berkaitan dengan tingkat kecerdasan yang rendah, atau kualitas intelektual dan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang, melainkan berkaitan erat dengan sifat, sikap, perilaku, karakter, keputusan atau pilihan yang diambil oleh seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.  Sadar atau tidak, kita sendiri sering berlaku bodoh!

     Apa yang firman Tuhan katakan tentang orang yang bodoh?  Seseorang dikatakan bodoh apabila ia hidup menjauh dari Tuhan.  Padahal Tuhan sendiri sudah memperingatkan,  "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."  (Yohanes 15:5b).  Hidup menjauh dari Tuhan berarti hidup mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri.  Sadarilah bahwa dunia, tempat di mana kita hidup sekarang, adalah dunia yang dipenuhi dengan kejahatan, di mana-mana ada jebakan dan jerat Iblis.  Apa yang bisa dibanggakan dari diri kita ini yang tak lebih dari hembusan nafas?  (Yesaya 2:22).  "...seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi."  (Mazmur 103:15-16).  Begitu pula dengan semua yang ada di dunia ini, dapatkan menolong dan menyelamatkan kita?  Semakin kita hidup menjauh dari Tuhan, semakin mendekatkan kita kepada kehancuran.

     Kita disebut bodoh bila kita tetap saja hidup dalam ketidaktaatan  (dosa).  "Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir."  (Matius 7:26).  Ketika Saul tidak mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan  (tidak taat), berkatalah Samuel kepada Saul,  "Perbuatanmu itu bodoh."  (1 Samuel 13:13).  Alkitab secara tegas menyatakan bahwa jika seorang sudah tahu kebenaran, tetapi dengan sengaja berbuat dosa, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa  (Ibrani 10:26).

Seorang percaya tak seharusnya berlaku bodoh, hiduplah seturut kehendak Tuhan!

Sunday, December 16, 2018

ROHANI TAK BERTUMBUH TIADA GUNA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2018

Baca:  Ibrani 6:1-8

"tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran."  Ibrani 6:8

Sasaran hidup orang percaya adalah mencapai kedewasaan rohani secara penuh di dalam Kristus  (Efesus 4:13), sampai kita kedapatan tak bercacat cela saat Dia datang kelak untuk menjemput kita sebagai mempelai-Nya  (2 Petrus 3:14).  Ada banyak orang yang menyebut diri Kristen tapi tak mengalami pertumbuhan sekalipun mereka sudah mengikut Kristus selama bertahun-tahun, atau Kristen kawakan.  "Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras."  (Ibrani 5:11-12).

     Faktor penghambat pertumbuhan rohani:  1.  Tak mau membayar harga.  Banyak orang kristen memiliki pemahaman keliru tentang pertumbuhan rohani.  Mereka berpikir pertumbuhan rohani akan terjadi otomatis ketika orang mendapatkan penumpangan tangan dari hamba Tuhan, atau menunggu Tuhan bertindak menjamah kita.  Itu pemikiran keliru!  Pertumbuhan rohani takkan pernah terjadi tanpa ada harga yang harus dibayar.  Untuk itu dibutuhkan kemauan, kesungguhan, tekad dan kerelaan diri untuk dibentuk.  Selain itu ada komitmen untuk mematikan segala keinginan daging.  Selama kita masih bersikap acuh dan tak mau bayar harga, kerohanian kita takkan pernah bertumbuh.

     2.  Kemalasan.  Banyak orang ingin rohaninya bertumbuh, ingin berhasil dalam pelayanan, ingin hidupnya menjadi berkat, ingin dipakai Tuhan sebagai alat-Nya secara luar biasa, ingin menikmati berkat-berkat Tuhan, tapi mereka sendiri tak mau berubah, tetap saja bermalas-malasan:  malas untuk berdoa, malas untuk baca Alkitab, malas untuk terlibat dalam pelayanan dan sebagainya.  Itu sama juga bohong!  "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia,"  (Amsal 13:4).  Keberhasilan takkan pernah menghampiri hidup seorang pemalas.  Dalam perumpamaan tentang talenta Tuhan menyebut hamba yang malas itu sebagai hamba yang jahat!

Selama tak mau membayar harga dan bermalas-malasan, kerohanian kita takkan pernah bertumbuh, apalagi berbuah.