Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2018
Baca: Mazmur 43:1-5
"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam
diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya,
penolongku dan Allahku!" Mazmur 43:5
Semua orang pasti pernah mengalami tekanan dalam hidupnya. Tekanan hidup dapat terjadi karena banyak faktor, seperti masalah yang datang bertubi-tubi, sakit-penyakit yang tak kunjung sembuh, krisis keuangan dalam keluarga, di PHK dari pekerjaan, studi gagal, ditinggalkan oleh orang yang terkasih, dan masih banyak lagi. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:" (Pengkhotbah 6:1). Setiap orang memiliki respons yang berbeda-beda ketika menghadapi tekanan hidup. Ada yang tak berhenti mengeluh sehingga keadaannya semakin terpuruk dan makin frustasi. Tetapi tidak sedikit dari mereka yang tetap kuat dan tegar.
Tekanan adalah salah satu cara yang terkadang Tuhan pakai untuk pendewasaan rohani, agar kita bisa lebih kuat dan tidak manja. Selama ini mungkin kita terlena dengan zona nyaman, sehingga begitu tekanan datang kita langsung oleng atau kehilangan keseimbangan. Bersyukurlah jika kita berada dalam tekanan karena hal ini membawa kita kepada pengalaman hidup yang baru. Jika alur kehidupan kita datar-datar saja, tak ada tantangan, pastilah sangat membosankan. Jadi, ambillah sisi positif dari setiap tekanan yang kita alami. Tekanan membuat kita semakin menyadari keterbatasan kita dan mendorong kita untuk semakin mendekat kepada Tuhan.
Camkan ini! Pelaut yang handal tidak terbentuk melalui ombak yang tenang, melainkan oleh ganasnya ombak dan gelombang yang dahsyat. Karakter asli seseorang tidak keluar saat semuanya baik-baik saja. Saat tekanan datang di situlah akan terlihat kualitas hidup kita yang sesungguhnya. Namun pemazmur dapat mengambil sisi positif dari tekanan hidup yang dialaminya: "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:71). Percayalah bahwa tidak ada masalah atau tekanan yang terjadi dalam hidup orang percaya di luar kendali Tuhan, sebab dalam segala perkara Ia turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28).
"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Filipi 4:13
Wednesday, December 5, 2018
Tuesday, December 4, 2018
DI RUMAH TUHAN ADA SUKACITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2018
Baca: Mazmur 122:1-9
"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" Mazmur 122:1
Setiap orang memiliki alasan berbeda-beda untuk bersukacita. Ada yang bersukacita karena menjadi pemenang undian berhadiah; ada yang sampai tak bisa berkata-kata karena mendapatkan uang kaget: rumahnya 'dibedah' atau hutangnya dibayar lunas (seperti di acara salah satu stasiun televisi); bersukacita karena naik pangkat; karena lulus kuliah dengan predikat summa cumlaude; atau bersukacita karena bisa melanglang buana. Tetapi sukacita karena alasan-alasan tersebut di atas umumnya bersifat tak permanen (sementara), sebab semua yang ada di dunia ini takkan bisa memberikan sukacita sejati.
Daud sesungguhnya punya alasan untuk bersukacita karena hal-hal lahiriah karena ia adalah raja yang memiliki semua yang dibutuhkan: harta, pangkat/kedudukan, popularitas dan sebagainya. Meski demikian ia tak menggantungkan harapan hidupnya kepada hal-hal lahiriah tersebut. Bagi Daud sukacita sejati justru ia rasakan saat berada di rumah Tuhan. Mengapa? Karena di rumah Tuhan ia mendapatkan segala hal yang diperlukan: kelepasan, kelegaan, kemenangan, pertolongan dan mujizat. Tuhan berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Mari kita bawa semua beban dan persoalan hidup ke rumah Tuhan, di situlah kita mendapatkan jawaban. "TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam." (Mazmur 26:8).
Namun yang paling utama, Daud mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan di bait-Nya yang kudus. Bertemu dengan Tuhan berarti mendapatkan segalanya karena Dia adalah sumber segala-galanya. Daud bersukacita karena Tuhan telah menyelamatkan hidupnya dan telah merancang hal-hal yang luar biasa sejak ia masih dalam kandungan. "mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (Mazmur 139:16). Sukacita Daud makin melimpah-limpah karena di rumah Tuhan ia dikenyangkan dengan makanan rohani, yaitu firman Tuhan.
Lebih baik satu hari di pelataran rumah Tuhan, daripada seribu hari di tempat lain! Mazmur 84:11
Baca: Mazmur 122:1-9
"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" Mazmur 122:1
Setiap orang memiliki alasan berbeda-beda untuk bersukacita. Ada yang bersukacita karena menjadi pemenang undian berhadiah; ada yang sampai tak bisa berkata-kata karena mendapatkan uang kaget: rumahnya 'dibedah' atau hutangnya dibayar lunas (seperti di acara salah satu stasiun televisi); bersukacita karena naik pangkat; karena lulus kuliah dengan predikat summa cumlaude; atau bersukacita karena bisa melanglang buana. Tetapi sukacita karena alasan-alasan tersebut di atas umumnya bersifat tak permanen (sementara), sebab semua yang ada di dunia ini takkan bisa memberikan sukacita sejati.
Daud sesungguhnya punya alasan untuk bersukacita karena hal-hal lahiriah karena ia adalah raja yang memiliki semua yang dibutuhkan: harta, pangkat/kedudukan, popularitas dan sebagainya. Meski demikian ia tak menggantungkan harapan hidupnya kepada hal-hal lahiriah tersebut. Bagi Daud sukacita sejati justru ia rasakan saat berada di rumah Tuhan. Mengapa? Karena di rumah Tuhan ia mendapatkan segala hal yang diperlukan: kelepasan, kelegaan, kemenangan, pertolongan dan mujizat. Tuhan berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Mari kita bawa semua beban dan persoalan hidup ke rumah Tuhan, di situlah kita mendapatkan jawaban. "TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam." (Mazmur 26:8).
Namun yang paling utama, Daud mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan di bait-Nya yang kudus. Bertemu dengan Tuhan berarti mendapatkan segalanya karena Dia adalah sumber segala-galanya. Daud bersukacita karena Tuhan telah menyelamatkan hidupnya dan telah merancang hal-hal yang luar biasa sejak ia masih dalam kandungan. "mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (Mazmur 139:16). Sukacita Daud makin melimpah-limpah karena di rumah Tuhan ia dikenyangkan dengan makanan rohani, yaitu firman Tuhan.
Lebih baik satu hari di pelataran rumah Tuhan, daripada seribu hari di tempat lain! Mazmur 84:11
Subscribe to:
Posts (Atom)