Sunday, November 25, 2018

MELAYANI TUHAN TAPI TAK PUNYA KASIH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2018

Baca:  Amsal 19:1-29

"Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu."  Amsal 19:17

Sebagai pengikut Kristus kita diperintahkan untuk mengikuti teladan Kristus,  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Kristus berkata,  "...sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."  (1 Yohanes 13:34).  Jadi, memiliki kasih adalah tanda sebagai murid Kristus  (Yohanes 15:8).

     Salah satu teladan hidup Kristus adalah hati-Nya dipenuhi oleh belas kasihan terhadap semua orang  (Matius 9:36;  Matius 14:14).  Rasul Paulus menegaskan pula,  "...dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,"  (Filipi 2:1).  Belas kasihan atau welas asih adalah emosi manusia yang muncul akibat penderitaan orang lain.  Lebih kuat daripada empati, perasaan ini biasanya memunculkan suatu usaha untuk mengurangi penderitaan orang lain.  Berbicara tentang belas kasihan, kita selalu diingatkan dengan kisah seorang Samaria yang murah hati  (Lukas 10:25-37), yang telah menujukkan kasihnya yang tulus kepada orang yang telah dirampok dan dianiaya oleh para penyamun.  Hanya orang Samaria itu yang hatinya tergerak oleh belas kasihan, padahal di kalangan orang Israel orang Samaria disebut orang yang kafir dan najis, tapi justru orang inilah yang menunjukkan kasih.  Sedangkan seorang imam dan juga orang Lewi yang lebih dulu melewati jalan itu malah memilih untuk menghindar.  Imam adalah orang yang mempunyai tugas mulia di rumah Tuhan, ia adalah mediator atau perantara antara manusia dan Tuhan.  Umat yang ingin berhubungan dengan Tuhan harus melalui imam.  Lewi adalah kaum yang dipilih Tuhan untuk melayani di rumah Tuhan.  Sama halnya dengan imam yang lewat sebelumnya, orang Lewi ini pun hanya berjalan melewati korban perampokan tersebut.

     Sangat ironis memang, orang-orang yang menyandang status sebagai pelayan Tuhan dan mengerti kebenaran firman Tuhan tapi tidak mau melayani orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan.

Apalah artinya sibuk melayani pekerjaan Tuhan jika semua itu sebatas teori dan kegiatan agamawi saja!

Saturday, November 24, 2018

KASIH SEBAGAI DASAR HIDUP ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2018

Baca:  1 Korintus 13:1-10

"...tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."  1 Korintus 13:1

Ada dua ajaran Kristus yang bersifat luhur dan agung yaitu mengasihi dan memuridkan  (Amanat Agung).  Kedua ajaran tersebut bersifat imperatif atau suatu perintah yang wajib dilakukan oleh semua orang percaya, tanpa terkecuali;  bukan bersifat alternatif, suka-suka, atau pilihan yang didasarkan pada kesenangan hati.

     Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus rasul Paulus menegaskan begitu pentingnya kita memiliki kasih.  Kasih yang bagaimana?  Kasih yang dipraktekkan.  Orang percaya dituntut untuk hidup dalam hukum kasih.  Hukum kasih ini menekankan pada motivasi.  Segala sesuatu yang kita lakukan, baik itu dalam hal ibadah, pelayanan, pekerjaan, menolong sesama atau apa pun juga, bila dilakukan tanpa dasar kasih  (motivasi yang benar), maka tidak akan ada faedahnya di mata Tuhan.  "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,... Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung,... Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,..."  (1 Korintus 13:1, 2, 3).  Ini menunjukkan bahwa kasih memiliki peranan penting dalam dalam segala aspek hidup pengikut Kristus, bahkan rasul Paulus kembali menekankan bahwa dari semuanya yang paling besar dan utama adalah kasih  (1 Korintus 13:13).

     Di zaman sekarang ini tak mudah menemukan orang yang memiliki kasih.  Kasih serasa menjadi sesuatu yang sangat langka dan sulit untuk ditemukan dalam diri insan manusia karena kebanyakan orang cenderung mementingkan diri sendiri  (bersikap egois), yang dipikirkan hanyalah bagaimana cara mewujudkan keinginan dan ambisi pribadi, sehingga segala sesuatu yang dilakukan didasarkan pada faktor untung-rugi atau tendensi.  Tak mengherankan bila  "...kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."  (Matius 24:12), alias luntur, sehingga sekalipun sesungguhnya mereka memiliki kemampuan untuk mengasihi tapi sedikit saja yang mau melakukannya dalam wujud tindakan.  

"Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!"  1 Korintus 16:14