Saturday, October 27, 2018

PERTOLONGAN TUHAN: Mendidik dan Mendewasakan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2018

Baca:  Mazmur 79:1-13

"Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!"  Mazmur 79:9

Semua orang pasti mengalami masalah dalam hidup dan berharap mendapatkan pertolongan atau jalan keluar.  Kepada siapa kita meminta pertolongan?  Berserulah kepada Tuhan dan mintalah pertolongan-Nya.  Latar belakang ditulisnya Mazmur 79 ini adalah ketika kerajaan Yehuda mengalami keruntuhan, kota Yerusalem menjadi puing-puing karena serangan tentara Babel.  Dalam keadaan terancam dan teraniaya, bani Asaf memanjatkan doa disertai dengan ratapan kepada Tuhan untuk meminta pertolongan.

     Pergumulan berat apa yang Saudara alami saat ini?  Mungkin keadaan Saudara seperti tembok runtuh, yang tersisa hanyalah puing-puing kehancuran.  Manusia boleh saja beranggapan tidak ada harapan dan tak mungkin dipulihkan, tapi bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil.  Sehancur apa pun keadaan kita, Tuhan sanggup memulihkan.  Tuhan berfirman:  "...apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu..."  (Yeremia 29:12-14).  Dalam menantikan pertolongan Tuhan kita seringkali salah dalam memahami waktu dan cara Tuhan untuk menolong, kita berpikir pertolongan Tuhan akan terjadi sama persis seperti yang kita harapkan.

     Tuhan menolong kita berdasarkan kuasa, kekayaan dan kemuliaan-Nya.  Karena itu jangan pernah mereka-reka jalan Tuhan.  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9).  Pertolongan dan janji pemulihan Tuhan pasti akan terjadi sesuai waktu-Nya.  Karena itu dalam menantikan pertolongan Tuhan kita diajar untuk bersabar dan berserah penuh kepada-Nya;  dan yang pasti, pertolongan Tuhan itu selalu mendidik dan mendewasan kita.

Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk menolong dan memulihkan kita, karena itu tetaplah percaya!

Friday, October 26, 2018

ANDALKAN DAN HARAPKAN TUHAN SAJA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Oktober 2018

Baca:  Mazmur 146:1-10

"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya:"  Mazmur 146:5

Banyak orang menjadi kecewa dan frustasi karena mereka salah berharap, yaitu berharap kepada manusia dan menjadikan harta kekayaan sebagai andalan hidup.  Manusia, uang, harta kekayaan, bukanlah tempat untuk kita berharap.  Firman Tuhan tak henti-hentinya mengingatkan kita supaya jangan berharap dan mengandalkan manusia atau apa pun yang ada di dunia ini.  Orang yang mengharapkan pertolongan dari manusia pasti akan kecewa, karena kebaikan dan kesetiaan manusia itu mudah sekali berubah.  "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22).  Manusia dikatakan tidak lebih daripada embusan nafas, karena  "Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya."  (Mazmur 146:4).

     Tak sepatutnya kita menggantungkan hidup kepada manusia atau sesama, sebab kekuatan dan kemampuan manusia itu terbatas...apabila orang yang dibuat sandaran hidup ini tiba-tiba dipanggil  'pulang'  oleh Tuhan, pupuslah sudah semua harapan.  Bahkan, Alkitab menyatakan dengan keras bahwa orang yang mengandalkan manusia disebut sebagai orang-orang yang terkutuk, seperti tertulis:  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5).  Dan janganlah pula ada orang yang membangga-banggakan diri karena merasa memiliki uang atau harta yang melimpah, karena semua itu pun tak bisa menolong dan menyelamatkan.  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"  (Matius 16:26).

     Daud, sekalipun seorang raja dengan segala kemewahan dan kenyamanan hidupnya, tak menaruh harapan hidup kepada apa pun yang dimilikinya.  "...Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda,"  (Mazmur 71:5),  "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi."  (Mazmur 121:2).

Diberkatilah orang yang hidup mengandalkan Tuhan dan berharap hanya kepada-Nya  (Yeremia 17:7).