Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Oktober 2018
Baca: Ibrani 12:18-29
"Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah
kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang
berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." Ibrani 12:28
Seberapa waktu lalu teror bom kembali menggoncang Indonesia. Surabaya, kota yang dikenal aman dan tenang, tiba-tiba dikejutkan dengan bom bunuh diri yang meledak di 3 gereja, pada Minggu pagi tanggal 13 Mei 2018 lalu. Akibat ledakan bom ini aada puluhan orang menjadi korban. Seketika itu suasana di kota Pahlawan menjadi sangat mencekam, membuat orang menjadi takut dan was-was, aktivitas hidup pun menjadi terganggu.
Ada pelajaran berharga yang kita dapatkan dari peristiwa ini. Masalah, penderitaan, ancaman, marabahaya dan sebagainya bisa saja datang dan terjadi sewaktu-waktu tanpa bisa dihindari oleh siapa pun, dan unpredictable. Dalam situasi seperti itu wajar bila semua orang menjadi tergoncang karena dihinggapi oleh rasa takut dan kuatir. Namun sebagai orang percaya kita tak perlu larut dalam ketakutan dan kekuatiran yang berkepanjangan, sebab Alkitab menegaskan bahwa orang percaya menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan (ayat nas), bukti bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dan membiarkan umat-Nya (Ibrani 13:5b); melalui kuasa Roh kudus-Nya Tuhan ada untuk kita. Oleh karena itu agar tidak tergoncang di tengah goncangan, kita harus menjadikan firman Tuhan sebagai fondasi hidup! "Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau
mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak
luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari
sorga?" (Ibrani 12:25). Ini sama seperti seorang bijaksana yang mendirikan rumah di atas batu, ketika goncangan terjadi rumah itu tidak goyah dan tetap tegak berdiri (Lukas 6:47-48).
Kita akan mudah tergoncang bila dalam segal hal kita mengandalkan kekuatan sendiri. Alkitab mengajarkan kita untuk hidup mengandalkan Tuhan dan percaya kepada-Nya. Karena itu jangan terpaku pada masalah atau situasi! "...dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:1-2).
Biar pun gunung beranjak dan bukit bergoyang, tapi kasih setia Tuhan takkan beranjak dari hidup orang percaya (Yesaya 54:10).
Saturday, October 13, 2018
Friday, October 12, 2018
DIKHIANATI ORANG TERDEKAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Oktober 2018
Baca: Matius 26:47-56
"'Hai teman, untuk itukah engkau datang?' Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya." Matius 26:50
Bagaimana perasaan Saudara seandainya orang yang teramat dekat dengan kita, sahabat dan bahkan kita sudah menganggapnya seperti saudara sendiri dan sangat kita kasihi, tiba-tiba berlaku khianat terhadap kita? Tentunya kita sangat kecewa dan hati ini terasa sakit. "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal 27:6). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata 'khianat' memiliki arti: perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan yang bertentangan dengan janji. Sebagian besar orang yang telah dikhianati oleh orang terdekatnya akan melakukan sebuah tindakan, yaitu tidak lagi mau berhubungan dengan orang yang berkhianat tadi, sekalipun mungkin sudah memaafkan. "Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat," (Amsal 18:19).
Kristus pun pernah merasakan sebuah pengkhianatan! Ia dikhianati oleh orang-orang terdekat-Nya dan yang dikasihi-Nya. Pada malam sebelum ditangkap Ia dan kedua belas murid-Nya berkumpul bersama menikmati jamuan makan malam. Pada kesempatan itu Kristus menyampaikan tentang apa yang akan terjadi pada diri-Nya dan murid-murid-Nya, di mana mereka akan tercerai berai dan lari ketakutan saat Kristus akan ditangkap. Mendengar hal itu Petrus langsung reaktif dan berjanji bahwa apa pun yang terjadi ia sekali-kali tidak akan meninggalkan Sang Guru. Namun bagaimana faktanya? Sebelum ayam berkokok Petrus sudah menyangkal Kristus di hadapan manusia sebanyak tiga kali. Juga, Yudas Iskariot, tega menyerahkan Sang Guru kepada imam-imam kepala untuk ditangkap demi mendapatkan uang sebesar tiga pula keping perak.
Sekalipun Kristus telah dikhianati, dikecewakan, di sakiti dan ditinggalkan oleh murid-murid-Nya, kasih-Nya tak pernah berubah, kasih-Nya tak lekang oleh situasi dan kondisi. Bahkan Ia tetap berdoa untuk murid-murid-Nya (Yohanes 17:1-26). Suatu teladan hidup yang luar biasa! Tuhan menghendaki kita untuk mengikuti jejak-Nya, "...sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34), termasuk mengasihi dan mengampuni orang yang menyakiti sekalipun.
Tetap mengasihi walau tersakiti dan dikhianati, itulah kasih yang sejati!
Baca: Matius 26:47-56
"'Hai teman, untuk itukah engkau datang?' Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya." Matius 26:50
Bagaimana perasaan Saudara seandainya orang yang teramat dekat dengan kita, sahabat dan bahkan kita sudah menganggapnya seperti saudara sendiri dan sangat kita kasihi, tiba-tiba berlaku khianat terhadap kita? Tentunya kita sangat kecewa dan hati ini terasa sakit. "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal 27:6). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata 'khianat' memiliki arti: perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan yang bertentangan dengan janji. Sebagian besar orang yang telah dikhianati oleh orang terdekatnya akan melakukan sebuah tindakan, yaitu tidak lagi mau berhubungan dengan orang yang berkhianat tadi, sekalipun mungkin sudah memaafkan. "Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat," (Amsal 18:19).
Kristus pun pernah merasakan sebuah pengkhianatan! Ia dikhianati oleh orang-orang terdekat-Nya dan yang dikasihi-Nya. Pada malam sebelum ditangkap Ia dan kedua belas murid-Nya berkumpul bersama menikmati jamuan makan malam. Pada kesempatan itu Kristus menyampaikan tentang apa yang akan terjadi pada diri-Nya dan murid-murid-Nya, di mana mereka akan tercerai berai dan lari ketakutan saat Kristus akan ditangkap. Mendengar hal itu Petrus langsung reaktif dan berjanji bahwa apa pun yang terjadi ia sekali-kali tidak akan meninggalkan Sang Guru. Namun bagaimana faktanya? Sebelum ayam berkokok Petrus sudah menyangkal Kristus di hadapan manusia sebanyak tiga kali. Juga, Yudas Iskariot, tega menyerahkan Sang Guru kepada imam-imam kepala untuk ditangkap demi mendapatkan uang sebesar tiga pula keping perak.
Sekalipun Kristus telah dikhianati, dikecewakan, di sakiti dan ditinggalkan oleh murid-murid-Nya, kasih-Nya tak pernah berubah, kasih-Nya tak lekang oleh situasi dan kondisi. Bahkan Ia tetap berdoa untuk murid-murid-Nya (Yohanes 17:1-26). Suatu teladan hidup yang luar biasa! Tuhan menghendaki kita untuk mengikuti jejak-Nya, "...sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34), termasuk mengasihi dan mengampuni orang yang menyakiti sekalipun.
Tetap mengasihi walau tersakiti dan dikhianati, itulah kasih yang sejati!
Subscribe to:
Posts (Atom)