Wednesday, October 10, 2018

BANYAKLAH MENDENGAR: Jangan Banyak Bicara

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2018

Baca:  Mazmur 85:1-14

"Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya,"  Mazmur 85:9

Salah satu faktor yang seringkali menjadi sumber masalah dalam kehidupan ini adalah kebanyakan orang lebih suka berbicara daripada mendengar.  Orang suka berkomentar, suka sekali protes, mengkritik, menghakimi, suka membicarakan keburukan sesamanya  (bergosip), suka saling beradu argumen atau berdebat, dan sebagainya.  Betapa banyak rumah tangga hancur, hubungan suami/isteri tidak lagi harmonis oleh karena mereka sering cekcok, tak bisa menahan bicaranya dan tak ada yang mau mengalah.  Begitu pula dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara, masalah seringkali terjadi karena pemimpinnya banyak bicara  tapi sedikit kerja, sering bertikai dan berselisih paham, dan suka sekali memaksakan kehendak.

     Tuhan menciptakan manusia dengan satu mulut dan dua telinga, dengan tujuan supaya manusia lebih banyak mendengar daripada berbicara.  Namun dalam praktek hidup sehari-hari manusia lebih banyak berbicara, tapi sedikit mau mendengar.  Ada tertulis:  "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi."  (Amsal 10:19).  'Mendengar'  begitu penting dalam kehidupan ini, karena ketika orang mau mendengar maka ia akan mendapatkan banyak hal yang positif.  Contoh:  seorang siswa yang mau mendengarkan dengan baik materi yang diajarkan gurunya, pengetahuannya semakin bertambah dan ia pasti akan menjadi pandai.  Begitu pula orang yang mau mendengarkan nasihat atau masukan positif dari orang lain pastilah akan mengalami kemajuan demi kemajuan dalam hidupnya.

     Adalah orang yang senantiasa mengarahkan telinganya untuk mendengar firman Tuhan, yang terlebih akan semakin dituntun kepada jalan kebenaran-Nya, sebab firman-Nya  "...bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).

"Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan, supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan."  Amsal 5:1-2

Tuesday, October 9, 2018

MENJADI UMAT TUHAN YANG PRODUKTIF (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Oktober 2018

Baca:  Yehezkiel 17:1-24

"...Aku, TUHAN, merendahkan pohon yang tinggi dan meninggikan pohon yang rendah, membuat pohon yang tumbuh menjadi layu kering dan membuat pohon yang layu kering bertaruk kembali. Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan akan membuatnya."  Yehezkiel 17:24

Orang percaya dikatakan  'produktif'  apabila pertumbuhan iman dan buah-buah yang dihasilkannya tampak nyata,  "Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya."  (Lukas 6:44a).  Rasul Paulus menulis:  "'Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya' dan 'Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.' Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia."  (2 Timotius 2:19-21).

     Kunci lain untuk dapat berbuah dan dipandang layak di mata Tuhan adalah jika kita menyucikan diri dari segala kejahatan.  Sama seperti ladang yang harus terlebih dahulu diolah:  dibajak, dicangkul dan digemburkan tanahnya, kita ini adalah ladang Tuhan  (1 Korintus 3:9).  Sebagai ladang kita perlu diawasi, dijaga dan dipagari agar terlindung dari serangan musuh.  Para petani atau pekerja kebun tahu musuh-musuh yang dapat merusak dan menghancurkan tanaman di ladang:  serangga, hama, tikus, belalang atau binatang buas.  Dalam kehidupan kekristenan pun ada banyak musuh yang berusaha menghambat dan menghalangi pertumbuhan rohani kita.  Musuh utama adalah Iblis, selain itu bisa juga kedagingan dengan segala keinginannya, ajaran-ajaran palsu dan sebagainya.

     Kebutuhan penting dari ladang dan tanaman untuk bertumbuh dan berbuah adalah pupuk untuk menyuburkan tanah dan juga merangsang pertumbuhan agar cepat berbuah.  'Pupuk'  ini berbicara tentang:  doa  (persekutuan pribadi dengan Tuhan dan Roh Kudus  (Efesus 6:18b), ibadah  (1 Timotius 4:7b-8)  dan firman Tuhan  (Mazmur 1:2, Yosua 1:8).  Dibutuhkan ketekunan dan kedisiplinan yang tinggi!

Tanpa mau membayar harga kita tidak akan menjadi umat Tuhan yang produktif  (bertumbuh dan berbuah).