Friday, October 5, 2018

IBLIS MEMBUAT KITA LALAI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Oktober 2018

Baca:  Yeremia 48:1-10

"Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedang-Nya dari penumpahan darah!"  Yeremia 48:10

Alkitab menyatakan secara tegas bahwa Iblis adalah pencuri.  "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10).  Salah satu taktik yang Iblis lakukan adalah menciri setiap kesempatan yang dimiliki orang percaya dengan menanamkan rasa lalai.  Arti kata  'lalai'  adalah kurang hati-hati;  tidak mengindahkan  (kewajiban, pekerjaan, dan sebagainya);  lengah.

     Bukankah di zaman sekarang ini ada banyak orang percaya yang dengan sengaja melalaikan perkara-perkara rohani dan bahkan melalaikan tugas yang telah dipercayakan kepadanya untuk melayani pekerjaan Tuhan, dengan berbagai alasan dan dalih:  tidak punya waktu alias sibuk.  Iblis tahu benar bahwa hari-hari manusia itu terdiri atas kesempatan-kesempatan, karena itu ia berusaha untuk mengalihkan fokus hidup manusia supaya tidak lagi memperhatikan kesempatan yang Tuhan berikan.  Rasul Paulus menasihati:  "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  (Kolose 3:2).  Ingatlah selalu bahwa keberadaan kita di dunia ini dibatasi oleh waktu, maka dari itu jangan pernah lalai untuk mengoptimalkan setiap kesempatan, karunia dan potensi yang Tuhan beri.  "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi."  (Pengkhotbah 9:10).

     Andai saja orang-orang Israel lalai untuk bangun pagi-pagi, mereka tidak akan mendapatkan manna, roti yang turun dari sorga, karena siang sedikit saja manna itu akan mencair dan tidak bisa dimakan  (Keluaran 16:13-21).  Itu artinya kelalaian dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan berkat dari Tuhan!  Jangan pernah anggap sepele hal ini, sebab kelalaian dapat membuat kita kehilangan kesempatan dan kepercayaan dari Tuhan,  "Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya."  (Amsal 1:32).

"Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua."  1 Timotius 4:14

Thursday, October 4, 2018

PENGALAMAN HIDUP BERSAMA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Oktober 2018

Baca:  Ayub 19:1-29

"Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu."  Ayub 19:25

Kekristenan bukanlah sekedar liturgi keagamaan, melainkan suatu hubungan karib dengan Tuhan, pengalaman hidup pribadi seseorang bersama Tuhan hari lepas hari.  Hal inilah yang Tuhan tegaskan kepada Nikodemus:  "...sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."  (Yohanes 3:3).  Kelahiran kembali  (lahir baru)  adalah pengalaman bersama Kristus melalui jamahan Roh Kudus.  "pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,"  (Titus 3:5).  Tanpa kelahiran baru, perkara rohani apa pun yang kita kerjakan takkan lebih dari sekedar kegiatan agamawi atau rutinitas.

     Pernyataan Ayub:  "Tetapi aku tahu: Penebusku hidup,"  (ayat nas)  adalah bukti bahwa ia memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan.  Tak mungkin seseorang dapat berkata Penebusku hidup jika ia sendiri tak mengenal sang Penebus itu dengan benar.  Kalimat  'Penebusku hidup'  adalah ungkapan pengalam seseorang yang telah berjumpa dengan Sang Penebus, merasakan, mengalami dan menikmati kuasa-Nya;  dan seseorang yang telah mengenal Sang Penebus secara benar dan mengalami jamahan kuasa-Nya pasti mengalami perubahan dalam hidup:  beribadah kepada Tuhan dengan roh yang menyala-nyala  (Roma 12:11), ibadah kepada Tuhan menjadi suatu kesukaan.  "Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN."  (Mazmur 122:1).

     Seseorang yang telah mengenal Sang Penebus pasti mengalami titik balik dalam hidupnya, sehingga dapat berkata,  "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."  (Galatia 2:20).  Orang percaya seharusnya berkata,  "...aku tahu: Penebusku hidup,"  karena ia telah ditebus oleh Kristus, bukan dengan barang yang fana, melainkan dengan darah-Nya yang teramat mahal  (1 Petrus 1:18-19).

Sebagai umat tebusan Tuhan wajib bagi kita untuk memberitakan kabar keselamatan kepada dunia!