Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2018
Baca: Mazmur 1:1-6
"Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan
buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang
diperbuatnya berhasil." Mazmur 1:3
Setiap orang pasti menginginkan keberhasilan, bukan kegagalan. Begitu pula kerinduan Tuhan bagi orang percaya, Ia mau anak-anak-Nya berhasil dalam apa pun yang dikerjakannya. Namun keberhasilan bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, ada harga yang harus dibayar, ada langkah-langkah yang harus ditempuh, ada keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan hidup yang harus diambil. Tuhan memberikan kunci utama untuk meraih keberhasilan hidup: "...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." (Mazmur 1:2). Hidup bergaul karib dengan Tuhan dan taat melakukan firman-Nya akan menuntun kita kepada kehidupan yang berhasil dan beruntung, atau mengalami penggenapan janji Tuhan.
Ada beberapa faktor penting lain penunjang keberhasilan hidup: 1. Ucapan kita sendiri. Perkataan atau ucapan kita memiliki kuasa. "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). Oleh karena itu Alkitab mengajarkan kita untuk selalu memperkatakan firman Tuhan (Yosua 1:8). Ucapan kita dapat membangun atau meruntuhkan, menyelamatkan atau bahkan membinasakan. "Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi." (Amsal 10:21). Jadi ucapan kita merupkan modal yang sangat berharga dalam menjalani kehidupan ini. Karena itu jagalah ucapanmu selalu!
2. Pergaulan/komunitas kita. Bangunlah komunitas atau pergaulan yang sehat. Belajarlah dari kebiasaan hidup orang-orang sukses! Jadikan mereka sumber inspirasi dan motivasi untuk lebih maju. Ingatlah, pergaulan kita memengaruhi hidup kita. Rasul Paulus memperingatkan: "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Teman kita, buku yang kita baca, tontonan yang kita lihat menentukan kualitas hidup kita. "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20).
Keberhasilan hidup akan terwujud jika kita taat melakuka firman Tuhan dan tidak hidup sembrono!
Sunday, September 30, 2018
Saturday, September 29, 2018
SAHABAT TUHAN: Mengasihi Saudara dan Musuh
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2018
Baca: Yohanes 15:9-17
"...Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." Yohanes 15:15
Tuhan berkata, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15:14). Apa perintah-Nya? "Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yohanes 15:17).
Daud tak bersukacita atas kematian Saul, terbukti ketika Saul dan Yonatan gugur di medan pertempuran ia sangat terpukul dan sedih hati: "Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga. Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat TUHAN dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang." (2 Samuel 1:11-12). Meski Yonatan sudah mati Daud tetap menunjukkan kesetiaan dan tetap memegang teguh perjanjian yang pernah diucapkan kepada sahabatnya itu (1 Samuel 20:14-17). Tak mudah menemukan orang yang setia. "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;" (Amsal 19:22). Daud berjanji untuk memelihara keluarga sahabatnya dan janji itu ditepatinya. Daud bertanya kepada hamba keluarga Saul yaitu Ziba: "'Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.' Lalu berkatalah Ziba kepada raja: 'Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.'" (2 Samuel 9:3). Anak Yonatan (cucu Saul) yang bernama Mefiboset itu pun menghadap raja Daud. Berkatalah Daud kepadanya, "'Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.' Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: 'Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?'" (2 Samuel 9:7-8).
Ini gambaran tentang kasih Bapa! Kita dilayakkan masuk dalam kerajaan-Nya semata-mata karena Kristus. Dapat makan sehidangan di meja Raja, padahal kita timpang dan hina, bagaikan anjing mati, tapi sudah diangkat menjadi anak-anak kerajaan-Nya!
"Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah," 1 Yohanes 3:1a
Baca: Yohanes 15:9-17
"...Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." Yohanes 15:15
Tuhan berkata, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15:14). Apa perintah-Nya? "Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yohanes 15:17).
Daud tak bersukacita atas kematian Saul, terbukti ketika Saul dan Yonatan gugur di medan pertempuran ia sangat terpukul dan sedih hati: "Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga. Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat TUHAN dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang." (2 Samuel 1:11-12). Meski Yonatan sudah mati Daud tetap menunjukkan kesetiaan dan tetap memegang teguh perjanjian yang pernah diucapkan kepada sahabatnya itu (1 Samuel 20:14-17). Tak mudah menemukan orang yang setia. "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;" (Amsal 19:22). Daud berjanji untuk memelihara keluarga sahabatnya dan janji itu ditepatinya. Daud bertanya kepada hamba keluarga Saul yaitu Ziba: "'Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.' Lalu berkatalah Ziba kepada raja: 'Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.'" (2 Samuel 9:3). Anak Yonatan (cucu Saul) yang bernama Mefiboset itu pun menghadap raja Daud. Berkatalah Daud kepadanya, "'Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.' Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: 'Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?'" (2 Samuel 9:7-8).
Ini gambaran tentang kasih Bapa! Kita dilayakkan masuk dalam kerajaan-Nya semata-mata karena Kristus. Dapat makan sehidangan di meja Raja, padahal kita timpang dan hina, bagaikan anjing mati, tapi sudah diangkat menjadi anak-anak kerajaan-Nya!
"Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah," 1 Yohanes 3:1a
Subscribe to:
Posts (Atom)