Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2018
Baca: Hosea 2:1-22
"Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku!" Hosea 2:15
Nama 'Hosea' memiliki arti: keselamatan. Ia diutus Tuhan untuk menegur bangsa Israel (umat pilihan Tuhan) yang sudah tidak lagi setia kepada Tuhan. Dalam Perjanjian Lama hubungan Tuhan dengan bangsa Israel seringkali digambarkan sebagai hubungan pernikahan atau ikatan pernikahan secara rohani. Tuhan memosisikan diri-Nya sebagai Suami, sedangkan bangsa Israel sebagai isteri-Nya. Namun hubungan intim ini telah dirusak oleh bangsa Israel yang telah berlaku tidak setia kepada Tuhan. Tindakan bangsa Israel 'membelakangi' Tuhan untuk menyembah kepada dewa-dewa (berhala) dianggap Tuhan sebagai ketidaksetiaan atau perzinahan rohani.
Melalui Hosea ini Tuhan mengungkapkan kekecewaan-Nya yang mendalam, sebab mereka hanya menganggap Tuhan sebagai Baal, bukan lagi sebagai Suami. Artinya hubungan ini tidak lagi berdasarkan penyerahan hati atau berdasarkan kasih yang mendalam. Namun sekalipun bangsa Israel tidak setia, Tuhan tetap mengasihi mereka dan rindu untuk memulihkan mereka menjadi umat kesayangan-Nya kembali. "Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan
menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih
setia dan kasih sayang. Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN." (Hosea 2:18-19). Tuhan memperlakukan umat Israel dengan begitu sabar agar dapat membawa mereka pulang kembali ke dalam pelukan-Nya.
Jika memperhatikan seluruh sejarah bangsa Israel bagaimana Tuhan sangat mengasihi mereka dan tetap berlaku sabar, sekalipun mereka telah bercabang hati, hendaknya hal ini menguatkan iman kita selaku Israel-Israel rohani. Sekalipun kita harus melewati lembah 'Akhor' (lembah kesusahan), jika kita mau bertahan, tetap setia dan tidak meninggalkan 'Suami', Tuhan berjanji: "Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN." (Hosea 2:14); Lembah kesusahan akan diubah Tuhan menjadi Pintu Pengharapan.
"Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN." (Hosea 2:19); kesetiaan Tuhan atas kita tak pernah berubah!
Sunday, September 9, 2018
Saturday, September 8, 2018
MANDAT SHEMA BAGI ORANGTUA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2018
Baca: Ulangan 6:1-25
"TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini." Ulangan 6:24
Mengajar dan mendidik anak untuk memiliki hati yang takut akan Tuhan adalah hal yang sangat krusial dan tak boleh dianggap remeh oleh orangtua. Banyak kasus terjadi: anak-anak memberontak terlibat dalam pergaulan yang buruk dan sebagainya, sebagai akibat dari kelalaian orangtua dalam hal mengajar dan mendidik anak-anaknya di rumah. Ada tertulis: "Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati." (Amsal 23:13-14).
Jadi secara garis besar hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan pengajaran terhadap anak: 1. Bahan pengajaran adalah firman Tuhan (Alkitab). Orangtua harus mengajarkan kepada anak-anaknya tentang ketetapan dan peraturan Tuhan: "Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya," (Ulangan 6:1). Selain itu orangtua harus mengajarkan bagaimana ia harus mengasihi Tuhan. "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu." (Ulangan 6:5). 2. Tujuan pengajaran adalah supaya anak-anak memiliki hati yang takut akan Tuhan dan berpegang pada ketetapan dan perintah Tuhan, sebab ini adalah kunci hidup. "supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu." (Ulangan 6:2). 3. Cara pengajaran adalah orangtua harus mengajarkan firman Tuhan secara berulang-ulang di segala situasi dan keadaan (Ulangan 6:7-9).
Yang tak kalah penting adalah orangtua harus mempunyai kesaksian hidup untuk disampaikan kepada anak-anaknya, supaya mereka tidak hanya mendengar, tapi juga ikut mengalami dan merasakan Tuhan di dalam hidupnya (Ulangan 6:20-25) dan juga memberikan teladan hidup kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengajarkan firman Tuhan kepada anak adalah hal yang mutlak bagi orangtua!
Baca: Ulangan 6:1-25
"TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini." Ulangan 6:24
Mengajar dan mendidik anak untuk memiliki hati yang takut akan Tuhan adalah hal yang sangat krusial dan tak boleh dianggap remeh oleh orangtua. Banyak kasus terjadi: anak-anak memberontak terlibat dalam pergaulan yang buruk dan sebagainya, sebagai akibat dari kelalaian orangtua dalam hal mengajar dan mendidik anak-anaknya di rumah. Ada tertulis: "Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati." (Amsal 23:13-14).
Jadi secara garis besar hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan pengajaran terhadap anak: 1. Bahan pengajaran adalah firman Tuhan (Alkitab). Orangtua harus mengajarkan kepada anak-anaknya tentang ketetapan dan peraturan Tuhan: "Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya," (Ulangan 6:1). Selain itu orangtua harus mengajarkan bagaimana ia harus mengasihi Tuhan. "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu." (Ulangan 6:5). 2. Tujuan pengajaran adalah supaya anak-anak memiliki hati yang takut akan Tuhan dan berpegang pada ketetapan dan perintah Tuhan, sebab ini adalah kunci hidup. "supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu." (Ulangan 6:2). 3. Cara pengajaran adalah orangtua harus mengajarkan firman Tuhan secara berulang-ulang di segala situasi dan keadaan (Ulangan 6:7-9).
Yang tak kalah penting adalah orangtua harus mempunyai kesaksian hidup untuk disampaikan kepada anak-anaknya, supaya mereka tidak hanya mendengar, tapi juga ikut mengalami dan merasakan Tuhan di dalam hidupnya (Ulangan 6:20-25) dan juga memberikan teladan hidup kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengajarkan firman Tuhan kepada anak adalah hal yang mutlak bagi orangtua!
Subscribe to:
Posts (Atom)