Saturday, September 1, 2018

KESEMPATAN KEDUA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2018

Baca:  Yeremia 1:4-19

"Firman TUHAN datang kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya: 'Apakah yang kaulihat?' Jawabku: 'Aku melihat sebuah periuk yang mendidih; datangnya dari sebelah utara.'"  Yeremia 1:13

Hari ini kita sedang membuka lembaran baru di  'buku harian'  kita di bulan September.  Hari baru takkan membawa sesuatu yang baru dan hanya sebatas tanggal di kalender saja yang berubah angkanya, jika dari pihak kita tak mau membuat perubahan hidup.  Bisa saja kita membangun rumah baru yang megah, lengkap dengan perabotnya yang serba baru, tata rambut baru, atau baju-baju dengan desain yang baru untuk mencari penampilan baru, namun semuanya itu takkan berarti apa-apa, apabila yang diperbaharui hanyalah sebatas kulit luar, sedangkan yang bagian  'dalam'  hati kita tak diperbaharui.

     Tak banyak orang menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk memperoleh pembaharuan hidup adalah semakin mendekat kepada Kristus, sebab Dialah Tuhan yang dapat mengubah suatu kehidupan yang tak berarti menjadi berarti, yang tak mungkin menjadi mungkin, yang tak berpengharapan menjadi hidup yang penuh harapan dan bermasa depan.  Dialah Tuhan yang memberi kesempatan kepada kita untuk mengubah hidup dengan kesempatan berikutnya yaitu kesempatan kedua.  Siapa pun orangnya pasti pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran dalam hidupnya.  Karena itu tentulah mereka sangat ingin mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki diri.

     Begitu pun firman Tuhan kepada Yeremia untuk yang kedua kalinya ini  (ayat nas).  Kata  'untuk kedua kalinya'  berbicara tentang suatu kesempatan yang Tuhan berikan.  Ini menunjukkan betapa Tuhan sangat mengasihi umat-Nya dan betapa Ia selalu ingin memberi kesempatan untuk berubah.  Bila kita abaikan ketika Tuhan berbicara pertama kalinya, maka Dia akan berbicara untuk kedua kalinya.  Jangan pernah sia-siakan kesempatan yang Tuhan beri.  Bulan yang baru ini menawarkan kepada kita suatu buku dengan lembaran-lembaran halaman baru yang masih kosong.  Apa yang tertulis dan terukir pada lembaran-lembaran ini akan sangat ditentukan dari bagaimana cara kita menjalani hidup ini.  Buku ini buku pribadi kita sendiri!

"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!"  Ibrani 4:7

Friday, August 31, 2018

TUHAN BUKIT BATUKU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2018

Baca:  Mazmur 104:10-35

"gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk."  Matius 104:18

Siapa yang dapat mengukur kasih Tuhan?  Tak seorang manusia pun yang mampu.  Kasih Tuhan itu sungguh tak terukur dan tak terduga dalamnya.  Tidak hanya kepada manusia Tuhan menunjukkan perhatian-Nya, tetapi hewan-hewan pun diperhatikan dan dipelihara, serta disediakan kebutuhannya.  Tuhan juga menaruh hikmat pada hewan-hewan untuk melindungi dirinya dari bahaya musuh yang mengancam.

     Alkitab menyatakan:  "pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu,"  (Amsal 30:26).  Pelanduk adalah jenis hewan menyusui yang berukuran kecil.  Masih tergolong keluarga rusa, tetapi ukuran tubuhnya kecil, kira-kira seukuran kelinci.  Tak bisa dibayangkan jika hewan kecil ini berkeliaran bebas di hutan belantara, ia akan mudah menjadi santapan hewan lain yang lebih besar.  Lalu bagaimana ia melindungi dirinya?  Ternyata, meski kecil dan lemah, pelanduk sangatlah cerdas dan bijak.  Agar terhindar dari terkaman binatang buas ia membuat rumahnya di bukit-bukit batu.  Ketika dikejar oleh binatang buas segera ia berlari dan berlindung masuk ke dalam celah-celah kecil di bukit batu.

     Manusia seharusnya menyadari bahwa dirinya juga penuh dengan kelemahan, kekurangan dan keterbatasan, mudah sekali diterkam dan menjadi mangsa dari si Iblis, yang terus berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya  (1 Petrus 5:8).  Oleh karena itu kita hendaknya juga membangun hidup kita di atas Bukit Batu yaitu Kristus, Dialah Batu Karang yang teguh.  Kita tahu bahwa dalam perjalanan hidup ini ada banyak sekali tantangan, gelombang dan badai yang dahsyat yang sewaktu-waktu dapat mengancam.  Kalau kita menjauh dari Bukit Batu itu kita akan mengalami kehancuran.  Semua yang ada di dunia ini tak bisa kita andalkan, hanyalah Tuhan andalan hidup kita.  Sekalipun dunia bergoncang dengan hebatnya, asal kita berlari dan berlindung kepada Tuhan, kita akan tetap terlindung aman!

"Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku."  Mazmur 71:3