Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2018
Baca: Mazmur 104:10-35
"gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk." Matius 104:18
Siapa yang dapat mengukur kasih Tuhan? Tak seorang manusia pun yang mampu. Kasih Tuhan itu sungguh tak terukur dan tak terduga dalamnya. Tidak hanya kepada manusia Tuhan menunjukkan perhatian-Nya, tetapi hewan-hewan pun diperhatikan dan dipelihara, serta disediakan kebutuhannya. Tuhan juga menaruh hikmat pada hewan-hewan untuk melindungi dirinya dari bahaya musuh yang mengancam.
Alkitab menyatakan: "pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu," (Amsal 30:26). Pelanduk adalah jenis hewan menyusui yang berukuran kecil. Masih tergolong keluarga rusa, tetapi ukuran tubuhnya kecil, kira-kira seukuran kelinci. Tak bisa dibayangkan jika hewan kecil ini berkeliaran bebas di hutan belantara, ia akan mudah menjadi santapan hewan lain yang lebih besar. Lalu bagaimana ia melindungi dirinya? Ternyata, meski kecil dan lemah, pelanduk sangatlah cerdas dan bijak. Agar terhindar dari terkaman binatang buas ia membuat rumahnya di bukit-bukit batu. Ketika dikejar oleh binatang buas segera ia berlari dan berlindung masuk ke dalam celah-celah kecil di bukit batu.
Manusia seharusnya menyadari bahwa dirinya juga penuh dengan kelemahan, kekurangan dan keterbatasan, mudah sekali diterkam dan menjadi mangsa dari si Iblis, yang terus berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Oleh karena itu kita hendaknya juga membangun hidup kita di atas Bukit Batu yaitu Kristus, Dialah Batu Karang yang teguh. Kita tahu bahwa dalam perjalanan hidup ini ada banyak sekali tantangan, gelombang dan badai yang dahsyat yang sewaktu-waktu dapat mengancam. Kalau kita menjauh dari Bukit Batu itu kita akan mengalami kehancuran. Semua yang ada di dunia ini tak bisa kita andalkan, hanyalah Tuhan andalan hidup kita. Sekalipun dunia bergoncang dengan hebatnya, asal kita berlari dan berlindung kepada Tuhan, kita akan tetap terlindung aman!
"Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk
menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku." Mazmur 71:3
Friday, August 31, 2018
Thursday, August 30, 2018
UTAMAKAN TUHAN DAN HORMATI BAIT-NYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2018
Baca: 2 Tawarikh 29:3-36
"Dengarlah, hai orang-orang Lewi! Sekarang kuduskanlah dirimu dan kuduskanlah rumah TUHAN, Allah nenek moyangmu! Keluarkanlah kecemaran dari tempat kudus!" 2 Tawarikh 29:5
Hizkia adalah salah satu raja yang sangat terkenal karena kesalehan hidupnya dan juga kiprah politiknya yang mumpuni. "...berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem." (2 Tawarikh 29:1). Nama 'Hizkia' memiliki arti: Tuhan adalah kekuatanku. Sesuai dengan namanya, ia adalah seorang raja yang hidup mengandalkan Tuhan dan menempatkan Dia sebagai yang terutama dalam hidup. Itulah yang menjadi kunci keberhasilan hidupnya!
Bukti bahwa Hizkia menempatkan Tuhan sebagai yang utama adalah tindakan tegasnya untuk memusnakan semua bukit pengorbanan, tugu-tugu berhala, dan termasuk juga ular tembaga Musa yang diberhalakan. Lalu ia juga memerintahkan orang-orang Lewi untuk menahirkan rumah Tuhan dan memerintahkan seluruh bangsanya untuk menghormati rumah Tuhan. Bisa dikatakan ia benar-benar telah melakukan reformasi rohani besar-besaran atas bangsanya, sehingga terjadi hujan pertobatan. Alkitab pun menyatakan: "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya." (2 Tawarikh 29:2), sehingga "...TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung." (2 Raja-Raja 18:7).
Kita pun harus menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup ini dan menunjukkan sikap penuh hormat terhadap bait-Nya yang kudus. Bila kita benar-benar menghormati Tuhan, sikap kita pun akan hormat ketika berada di bait-Nya. Perlu diketahui bahwa bait Tuhan itu tidak hanya terbatas pada gedung gereja dalam wujud fisik, tetapi Alkitab menegaskan: "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:16-17). Sebagai bait Tuhan kita harus menghormati tubuh kita yaitu tidak melakukan hal-hal yang cemar, sebab Tuhan memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (1 Tesalonika 4:7).
Hidup dalam kecemaran adalah tanda orang tidak menghormati bait Tuhan!
Baca: 2 Tawarikh 29:3-36
"Dengarlah, hai orang-orang Lewi! Sekarang kuduskanlah dirimu dan kuduskanlah rumah TUHAN, Allah nenek moyangmu! Keluarkanlah kecemaran dari tempat kudus!" 2 Tawarikh 29:5
Hizkia adalah salah satu raja yang sangat terkenal karena kesalehan hidupnya dan juga kiprah politiknya yang mumpuni. "...berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem." (2 Tawarikh 29:1). Nama 'Hizkia' memiliki arti: Tuhan adalah kekuatanku. Sesuai dengan namanya, ia adalah seorang raja yang hidup mengandalkan Tuhan dan menempatkan Dia sebagai yang terutama dalam hidup. Itulah yang menjadi kunci keberhasilan hidupnya!
Bukti bahwa Hizkia menempatkan Tuhan sebagai yang utama adalah tindakan tegasnya untuk memusnakan semua bukit pengorbanan, tugu-tugu berhala, dan termasuk juga ular tembaga Musa yang diberhalakan. Lalu ia juga memerintahkan orang-orang Lewi untuk menahirkan rumah Tuhan dan memerintahkan seluruh bangsanya untuk menghormati rumah Tuhan. Bisa dikatakan ia benar-benar telah melakukan reformasi rohani besar-besaran atas bangsanya, sehingga terjadi hujan pertobatan. Alkitab pun menyatakan: "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya." (2 Tawarikh 29:2), sehingga "...TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung." (2 Raja-Raja 18:7).
Kita pun harus menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup ini dan menunjukkan sikap penuh hormat terhadap bait-Nya yang kudus. Bila kita benar-benar menghormati Tuhan, sikap kita pun akan hormat ketika berada di bait-Nya. Perlu diketahui bahwa bait Tuhan itu tidak hanya terbatas pada gedung gereja dalam wujud fisik, tetapi Alkitab menegaskan: "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:16-17). Sebagai bait Tuhan kita harus menghormati tubuh kita yaitu tidak melakukan hal-hal yang cemar, sebab Tuhan memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (1 Tesalonika 4:7).
Hidup dalam kecemaran adalah tanda orang tidak menghormati bait Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)