Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2018
Baca: Mazmur 105:16-24
"sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya." Mazmur 105:19
Dalam Perjanjian Lama ada anak muda yang menjadi 'tawanan' Tuhan. Dialah Yusuf, seorang dari 12 anak Yakub. Dalam kehidupan sehari-hari ia sangat dikasihi ayahnya.
Suatu ketika Yusuf bermimpi tentang hal yang berkenaan dengan kepemimpinan, kekuasaan dan kedudukan yang tinggi. "Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu
bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas
kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu...Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku." (Kejadian 37:7, 9b). Yusuf sangat yakin bahwa Tuhan akan menggenapi hal itu baginya. Karena impian dan penglihatan inilah Yusuf dibenci dan ditentang keras oleh saudara-saudaranya. Mereka membawa Yusuf kepada suatu masalah yang semakin memprihatinkan: dibuang ke dalam sumur yang kosong, dijual sebagai budak, dan kemudian dibawa ke rumah Potifar dengan tangan dan kaki yang terikat rantai. Saudara-saudara Yusuf berusaha menggagalkan impian itu. Hal itu tak menggoyahkan keyakinan dalam diri Yusuf bahwa mimpi-mimpi yang Tuhan berikan itu pasti akan terjadi kepadanya dan tergenapi. Karena alasan itulah sekalipun keadaan buruk menimpanya ia tetap tenang dan Alkitab tak pernah menyebutkan bahwa ia kecewa atau marah kepada Tuhan. "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu
berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang
Mesir itu." (Kejadian 39:2), dan "...kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf." (Kejadian 39:4b).
Bagaimanapun juga Tuhan telah mulai membawa Yusuf ke suatu takhta kepemimpinan. Segerakah Tuhan melepaskan Yusuf dari problem? Tidak. Tuhan justru mengijinkan ia melewati proses pembentukan lagi yang lebih berat. Yusuf harus kehilangan reputasi dan menanggung malu karena fitnahan dan dijebloskan ke dalam penjara. Tuhan benar-benar menguji kesetiaan dan keteguhan iman Yusuf!
Walaupun Tuhan telah memberikan mimpi atau nubuatan kepada seseorang, tapi sebelum Tuhan menguji imannya, firman Tuhan belum dapat digenapi!
Friday, August 24, 2018
Thursday, August 23, 2018
JANJI DAN PERINTAH: Aspek yang Tak Terpisahkan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Agustus 2018
Baca: Ulangan 28:1-14
"Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu:" Ulangan 28:2
Di hadapan umat Israel Musa kembali menekankan aspek janji Tuhan dan perintah, dengan tujuan supaya mereka memiliki kesungguhan hati beribadah kepada-Nya. Jika kita memahami janji-janji Tuhan, kita akan terus bersemangat dan tidak lagi bersungut-sungut menaati dan melakukan perintah Tuhan, karena melalui ketaatan dalam melakukan perintah Tuhan, janji-Nya pasti akan digenapi.
Mengapa masih banyak orang Kristen sampai saat ini belum mengalami penggenapan janji Tuhan? Apakah janji Tuhan yang tertulis di Alkitab itu sudah tidak berlaku lagi? Hidup dalam perjanjian berkat Tuhan itu tidak dapat dipisahkan dengan ketaatan melakukan perintah-Nya. Ketidaktaatan adalah faktor yang dapat menghalangi janji Tuhan digenapi dalam hidup ini. Saat kita taat melakukan perintah Tuhan, janji-Nya pasti digenapi. Untuk taat melakukan perintah Tuhan kita harus belajar mengetahui kehendak Tuhan terlebih dahulu. Mengetahui kehendak Tuhan bisa diperoleh melalui keintiman personal (pribadi) dan korporat (persekutuan). Sediakanlah waktu untuk bersaat teduh dan merenungkan firman Tuhan secara pribadi atau melalui orang lain, seperti mendengarkan hamba Tuhan berkhotbah. Alkitab adalah sumber pengetahuan tentang perintah Tuhan yang harus ditaati dan janji Tuhan yang akan kita alami.
Tak mudah memiliki karakter taat, perlu latihan dan disiplin tinggi. Kita harus membiasakan diri dalam bersaat teduh, sehingga kebiasaan itu akan membentuk suatu karakter dalam diri kita. Ketaatan bukan suatu perubahan yang terjadi seketika, tapi harus dibentuk secara berulang-ulang, perlahan-lahan, sampai menjadi karakter dan kebiasaan. Lewat repetisi atau pengulangan terus-menerus kita akan memiliki karakter ketaatan. Banyak orang Kristen mau taat karena ingin mendapatkan berkat, namun Tuhan menghendaki ketaatan kita bukan sekedar karena motivasi (berkat), tetapi lebih dari itu, yaitu kedekatan hubungan. Kita taat kepada perintah Tuhan karena kita mengasihi Dia.
"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." Yohanes 15:7
Baca: Ulangan 28:1-14
"Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu:" Ulangan 28:2
Di hadapan umat Israel Musa kembali menekankan aspek janji Tuhan dan perintah, dengan tujuan supaya mereka memiliki kesungguhan hati beribadah kepada-Nya. Jika kita memahami janji-janji Tuhan, kita akan terus bersemangat dan tidak lagi bersungut-sungut menaati dan melakukan perintah Tuhan, karena melalui ketaatan dalam melakukan perintah Tuhan, janji-Nya pasti akan digenapi.
Mengapa masih banyak orang Kristen sampai saat ini belum mengalami penggenapan janji Tuhan? Apakah janji Tuhan yang tertulis di Alkitab itu sudah tidak berlaku lagi? Hidup dalam perjanjian berkat Tuhan itu tidak dapat dipisahkan dengan ketaatan melakukan perintah-Nya. Ketidaktaatan adalah faktor yang dapat menghalangi janji Tuhan digenapi dalam hidup ini. Saat kita taat melakukan perintah Tuhan, janji-Nya pasti digenapi. Untuk taat melakukan perintah Tuhan kita harus belajar mengetahui kehendak Tuhan terlebih dahulu. Mengetahui kehendak Tuhan bisa diperoleh melalui keintiman personal (pribadi) dan korporat (persekutuan). Sediakanlah waktu untuk bersaat teduh dan merenungkan firman Tuhan secara pribadi atau melalui orang lain, seperti mendengarkan hamba Tuhan berkhotbah. Alkitab adalah sumber pengetahuan tentang perintah Tuhan yang harus ditaati dan janji Tuhan yang akan kita alami.
Tak mudah memiliki karakter taat, perlu latihan dan disiplin tinggi. Kita harus membiasakan diri dalam bersaat teduh, sehingga kebiasaan itu akan membentuk suatu karakter dalam diri kita. Ketaatan bukan suatu perubahan yang terjadi seketika, tapi harus dibentuk secara berulang-ulang, perlahan-lahan, sampai menjadi karakter dan kebiasaan. Lewat repetisi atau pengulangan terus-menerus kita akan memiliki karakter ketaatan. Banyak orang Kristen mau taat karena ingin mendapatkan berkat, namun Tuhan menghendaki ketaatan kita bukan sekedar karena motivasi (berkat), tetapi lebih dari itu, yaitu kedekatan hubungan. Kita taat kepada perintah Tuhan karena kita mengasihi Dia.
"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." Yohanes 15:7
Subscribe to:
Posts (Atom)