Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Agustus 2018
Baca: 1 Yohanes 4:1-6
"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh,
tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab
banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia." 1 Yohanes 4:1
Salah satu tanda nyata bahwa saat-saat ini adalah akhir zaman adalah banyak bermunculan nabi-nabi palsu dengan ajarannya yang menyesatkan. Orang percaya tidak boleh santai-santai saja menyikapi situasi ini, melainkan harus ekstra waspada akan setiap roh yang bersaksi di mana-mana, termasuk juga di tempat-tempat ibadah. Kita tak harus percaya kepada setiap roh, sebab kita harus menguji apakah roh-roh itu berasal dari Tuhan atau bukan, "...ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan." (Efesus 5:10).
Sedang marak terjadi, ada orang-orang yang menyampaikan nubuatan-nubuatan palsu dengan tujuan untuk menakut-nakuti jemaat atau dengan motivasi negatif. Atau mereka mengarang nubuatan sendiri demi mendapatkan keuntungan materi. Ada juga yang menyampaikan nubuatan palsu untuk menyerang pihak lain atau mendiskreditkan gereja lain. Nubuatan model demikian jelas-jelas bertentangan dengan Injil Kristus, karena Roh Kudus adalah Roh yang penuh kasih, tertib dan mendatangkan damai sejahtera. Tidak pernah Roh Kudus menyampaikan sesuatu untuk mengadu-domba dan saling membenci. Banyak pula praktek perdukunan yang mengaku dirinya dihinggapi oleh Roh Tuhan dan dapat menyembuhkan bermacam penyakit. "Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa
Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh
itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia
akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:2-3).
Banyak yang datang dengan nama Kristus tapi menyampaikan firman yang lain dari firman yang tertulis dalam Injil. Paulus berkata, "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan
kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami
beritakan kepadamu, terkutuklah dia." (Galatia 1:8).
Seorang yang dewasa rohani tidak akan mudah "...diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan," Efesus 4:14
Tuesday, August 14, 2018
Monday, August 13, 2018
SEPERTI KOTA YANG ROBOH TEMBOKNYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Agustus 2018
Baca: Amsal 25:1-28
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28
Pada zaman dahulu setiap kota selalu dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan kuat. Adapun fungsinya adalah sebagai benteng perlindungan terhadap serangan yang datang dari pihak luar (musuh). Apabila tembok itu roboh akan memudahkan musuh untuk menyerang, memasuki kota dan mendudukinya. Seperti itu pula gambaran orang yang tidak punya pertahanan diri yang kuat, tidak memiliki pengendalian diri, tidak memiliki penguasaan diri. Jika kita tidak bisa mengendalikan diri atau tak punya penguasaan diri, kita pasti akan menjadi sasaran empuk musuh yaitu Iblis. Rasul Petrus memperingatkan: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8).
Adalah penting sekali bagi orang percaya untuk memiliki penguasaan diri dalam segala hal. penguasaan diri adalah bagian dari buah Roh (Galatia 5:22-23). Orang yang memiliki penguasaan diri akan mampu menjaga dirinya terhadap segala pengaruh dan menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan. Karena itu penulis Amsal sangat mengapresiasi tinggi orang yang memiliki penguasaan diri yang baik. "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32). Daud adalah salah satu contoh orang yang memiliki penguasaan diri dalam hidupnya. Sekalipun punya kesempatan besar untuk balas dendam terhadap Saul saat berada di dalam gua, tapi ia dapat menguasai diri, sehingga ia mengurungkan niat untuk menghabisi Saul. Alkitab mencatat: "...berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: 'Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.'" (1 Samuel 24:6-7).
Untuk memiliki penguasaan diri ada harga yang harus dibayar yaitu rela hati untuk dipimpin oleh Roh Kudus.
Bergaul karib dengan Tuhan dan Roh Kudus adalah satu-satunya cara untuk kita bisa memiliki penguasaan diri!
Baca: Amsal 25:1-28
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28
Pada zaman dahulu setiap kota selalu dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan kuat. Adapun fungsinya adalah sebagai benteng perlindungan terhadap serangan yang datang dari pihak luar (musuh). Apabila tembok itu roboh akan memudahkan musuh untuk menyerang, memasuki kota dan mendudukinya. Seperti itu pula gambaran orang yang tidak punya pertahanan diri yang kuat, tidak memiliki pengendalian diri, tidak memiliki penguasaan diri. Jika kita tidak bisa mengendalikan diri atau tak punya penguasaan diri, kita pasti akan menjadi sasaran empuk musuh yaitu Iblis. Rasul Petrus memperingatkan: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8).
Adalah penting sekali bagi orang percaya untuk memiliki penguasaan diri dalam segala hal. penguasaan diri adalah bagian dari buah Roh (Galatia 5:22-23). Orang yang memiliki penguasaan diri akan mampu menjaga dirinya terhadap segala pengaruh dan menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan. Karena itu penulis Amsal sangat mengapresiasi tinggi orang yang memiliki penguasaan diri yang baik. "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32). Daud adalah salah satu contoh orang yang memiliki penguasaan diri dalam hidupnya. Sekalipun punya kesempatan besar untuk balas dendam terhadap Saul saat berada di dalam gua, tapi ia dapat menguasai diri, sehingga ia mengurungkan niat untuk menghabisi Saul. Alkitab mencatat: "...berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: 'Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.'" (1 Samuel 24:6-7).
Untuk memiliki penguasaan diri ada harga yang harus dibayar yaitu rela hati untuk dipimpin oleh Roh Kudus.
Bergaul karib dengan Tuhan dan Roh Kudus adalah satu-satunya cara untuk kita bisa memiliki penguasaan diri!
Subscribe to:
Posts (Atom)