Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Agustus 2018
Baca: Amsal 25:1-28
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28
Pada zaman dahulu setiap kota selalu dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan kuat. Adapun fungsinya adalah sebagai benteng perlindungan terhadap serangan yang datang dari pihak luar (musuh). Apabila tembok itu roboh akan memudahkan musuh untuk menyerang, memasuki kota dan mendudukinya. Seperti itu pula gambaran orang yang tidak punya pertahanan diri yang kuat, tidak memiliki pengendalian diri, tidak memiliki penguasaan diri. Jika kita tidak bisa mengendalikan diri atau tak punya penguasaan diri, kita pasti akan menjadi sasaran empuk musuh yaitu Iblis. Rasul Petrus memperingatkan: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama
seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8).
Adalah penting sekali bagi orang percaya untuk memiliki penguasaan diri dalam segala hal. penguasaan diri adalah bagian dari buah Roh (Galatia 5:22-23). Orang yang memiliki penguasaan diri akan mampu menjaga dirinya terhadap segala pengaruh dan menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan. Karena itu penulis Amsal sangat mengapresiasi tinggi orang yang memiliki penguasaan diri yang baik. "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32). Daud adalah salah satu contoh orang yang memiliki penguasaan diri dalam hidupnya. Sekalipun punya kesempatan besar untuk balas dendam terhadap Saul saat berada di dalam gua, tapi ia dapat menguasai diri, sehingga ia mengurungkan niat untuk menghabisi Saul. Alkitab mencatat: "...berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: 'Dijauhkan Tuhanlah kiranya
dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada
orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang
diurapi TUHAN.'" (1 Samuel 24:6-7).
Untuk memiliki penguasaan diri ada harga yang harus dibayar yaitu rela hati untuk dipimpin oleh Roh Kudus.
Bergaul karib dengan Tuhan dan Roh Kudus adalah satu-satunya cara untuk kita bisa memiliki penguasaan diri!
Monday, August 13, 2018
Sunday, August 12, 2018
KRISTUS: Pribadi Penuh Empati
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2018
Baca: Markus 6:53-56
"Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh." Markus 6:56
Setelah begitu lama mengajar dan memberi makan lima ribu orang yang setia mendengar ajaran-Nya, Kristus merasa sangat lelah. Karena itu Ia memerintahkan murid-murid-Nya naik perahu dan berangkat lebih dulu ke Betsaida (Markus 6:45). Setelah menyuruh orang banyak untuk pulang, Kristus pun mengasingkan diri untuk berdoa.
Dalam penyeberangan ke Betsaida perahu murid-murid dihadang oleh amukan angin sakal ketika tepat berada di tengah-tengah danau. Melihat situasi ini Kristus pun segera turun tangan menolong mereka. Namun setelah sampai di seberang Ia sudah ditunggu banyak orang yang sangat mengharapkan pertolongan-Nya. Melihat mereka tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasihan, dan ia pun mengulurkan tangan-Nya memberi pertolongan. Ini menunjukkan bahwa Ia adalah Pribadi yang penuh empati. Empati adalah sikap yang menempatkan diri sendiri di posisi orang lain agar bisa turut merasakan apa yang orang lain rasakan. Tuhan dapat merasakan betapa susahnya si pincang berjalan, betapa terlukanya hati si kusta karena tertolak; Ia merasakan penderitaan mendalam dari seorang wanita yang mengalami sakit pendarahan selama dua belas tahun, merasakan betapa sakit dan menderitanya orang yang hanya bisa berbaring di atas kasur; merasakan betapa hancurnya hati orang buta yang hanya bisa melihat gelap di sepanjang hidupnya. Alasan-alasan inilah yang membuat Tuhan tidak bisa tinggal diam dan meninggalkan mereka begitu saja. Empati yang besar menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak.
Apakah Saudara sedang menderita sakit-penyakit, terluka hati karena tertolak, atau tertindih beban yang teramat berat? Jangan pernah putus asa, sebab selalu ada masa depan dan harapan bagi orang-orang yang berharap kepada Tuhan. Pemazmur menegaskan bahwa orang yang menanti-nantikan Tuhan takkan pernah mendapat malu (Mazmur 25:3a).
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." Matius 11:28
Baca: Markus 6:53-56
"Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh." Markus 6:56
Setelah begitu lama mengajar dan memberi makan lima ribu orang yang setia mendengar ajaran-Nya, Kristus merasa sangat lelah. Karena itu Ia memerintahkan murid-murid-Nya naik perahu dan berangkat lebih dulu ke Betsaida (Markus 6:45). Setelah menyuruh orang banyak untuk pulang, Kristus pun mengasingkan diri untuk berdoa.
Dalam penyeberangan ke Betsaida perahu murid-murid dihadang oleh amukan angin sakal ketika tepat berada di tengah-tengah danau. Melihat situasi ini Kristus pun segera turun tangan menolong mereka. Namun setelah sampai di seberang Ia sudah ditunggu banyak orang yang sangat mengharapkan pertolongan-Nya. Melihat mereka tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasihan, dan ia pun mengulurkan tangan-Nya memberi pertolongan. Ini menunjukkan bahwa Ia adalah Pribadi yang penuh empati. Empati adalah sikap yang menempatkan diri sendiri di posisi orang lain agar bisa turut merasakan apa yang orang lain rasakan. Tuhan dapat merasakan betapa susahnya si pincang berjalan, betapa terlukanya hati si kusta karena tertolak; Ia merasakan penderitaan mendalam dari seorang wanita yang mengalami sakit pendarahan selama dua belas tahun, merasakan betapa sakit dan menderitanya orang yang hanya bisa berbaring di atas kasur; merasakan betapa hancurnya hati orang buta yang hanya bisa melihat gelap di sepanjang hidupnya. Alasan-alasan inilah yang membuat Tuhan tidak bisa tinggal diam dan meninggalkan mereka begitu saja. Empati yang besar menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak.
Apakah Saudara sedang menderita sakit-penyakit, terluka hati karena tertolak, atau tertindih beban yang teramat berat? Jangan pernah putus asa, sebab selalu ada masa depan dan harapan bagi orang-orang yang berharap kepada Tuhan. Pemazmur menegaskan bahwa orang yang menanti-nantikan Tuhan takkan pernah mendapat malu (Mazmur 25:3a).
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." Matius 11:28
Subscribe to:
Posts (Atom)