Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2018
Baca: Markus 6:53-56
"Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke
kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon
kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya
saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh." Markus 6:56
Setelah begitu lama mengajar dan memberi makan lima ribu orang yang setia mendengar ajaran-Nya, Kristus merasa sangat lelah. Karena itu Ia memerintahkan murid-murid-Nya naik perahu dan berangkat lebih dulu ke Betsaida (Markus 6:45). Setelah menyuruh orang banyak untuk pulang, Kristus pun mengasingkan diri untuk berdoa.
Dalam penyeberangan ke Betsaida perahu murid-murid dihadang oleh amukan angin sakal ketika tepat berada di tengah-tengah danau. Melihat situasi ini Kristus pun segera turun tangan menolong mereka. Namun setelah sampai di seberang Ia sudah ditunggu banyak orang yang sangat mengharapkan pertolongan-Nya. Melihat mereka tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasihan, dan ia pun mengulurkan tangan-Nya memberi pertolongan. Ini menunjukkan bahwa Ia adalah Pribadi yang penuh empati. Empati adalah sikap yang menempatkan diri sendiri di posisi orang lain agar bisa turut merasakan apa yang orang lain rasakan. Tuhan dapat merasakan betapa susahnya si pincang berjalan, betapa terlukanya hati si kusta karena tertolak; Ia merasakan penderitaan mendalam dari seorang wanita yang mengalami sakit pendarahan selama dua belas tahun, merasakan betapa sakit dan menderitanya orang yang hanya bisa berbaring di atas kasur; merasakan betapa hancurnya hati orang buta yang hanya bisa melihat gelap di sepanjang hidupnya. Alasan-alasan inilah yang membuat Tuhan tidak bisa tinggal diam dan meninggalkan mereka begitu saja. Empati yang besar menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak.
Apakah Saudara sedang menderita sakit-penyakit, terluka hati karena tertolak, atau tertindih beban yang teramat berat? Jangan pernah putus asa, sebab selalu ada masa depan dan harapan bagi orang-orang yang berharap kepada Tuhan. Pemazmur menegaskan bahwa orang yang menanti-nantikan Tuhan takkan pernah mendapat malu (Mazmur 25:3a).
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." Matius 11:28
Sunday, August 12, 2018
Saturday, August 11, 2018
DAPUR PERAPIAN: Proses Pemurnian Iman
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Agustus 2018
Baca: Amsal 17:1-28
"Kui (the refining pot - English, Red) adalah untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, tetapi Tuhanlah yang menguji hati." Amsal 17:3
Emas adalah salah satu logam mulia yang memiliki nilai jual tinggi. Tapi tak banyak orang yang memahami bahwa emas yang murni dan berharga lahir dari proses pemurnian di dalam dapur perapian. Saat sedang melebur emasnya di dapur perapian sang pengrajin emas tidak dengan serta merta meninggalkan emas tersebut begitu saja di dapur perapian, tapi ia dengan setia berjaga-jaga di samping dapur perapian itu. Dengan sabar dan penuh ketelitian si pengrajin emas akan terus memperhatikan dan mengamat-amati emas yang sedang terbakar di dalam api yang panas membara itu supaya jangan sampai rusak dan tak berbentuk. Ia pun turut merasakan hawa panasnya yang menyengat kulit.
Demikian juga dengan Tuhan, saat Ia sedang memroses hidup kita, Ia pun tidak pernah sekalipun membiarkan dan meninggalkan kita, meskipun untuk itu Tuhan harus turut merasakan setiap sakit yang kita rasakan. Tuhan berkata, "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:10). Emas murni harus merasakan panasnya api di dapur perapian dalam waktu yang tak singkat, sampai semua kotoran dan ketidakmurnian yang melekat di logam tersebut terkikis habis. Bagaimana si pengrajin emas tahu bahwa semua kotoran telah habis? ketika ia dapat melihat bayangan dirinya pada emas yang sedang dileburnya itu....
Jangan pernah memberontak ketika mengalami proses pembentukan dari Tuhan! Segala hal yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita selalu mendatangkan kebaikan demi kebaikan. Tuhan mau kita semakin dimurnikan, sehingga pada akhirnya karakter Kristus akan terpancar keluar melalui kehidupan kita. Memang proses itu terasa amat sakit, tapi percayalah bahwa Tuhan pasti akan menolong dan memberi kekuatan kepada kita. Tuhan mengijinkan semua itu terjadi karena Ia memiliki rencana yang indah untuk kehidupan kita. Untuk itulah kita perlu dibentuk dan diproses oleh-Nya!
"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." Ayub 23:10
Baca: Amsal 17:1-28
"Kui (the refining pot - English, Red) adalah untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, tetapi Tuhanlah yang menguji hati." Amsal 17:3
Emas adalah salah satu logam mulia yang memiliki nilai jual tinggi. Tapi tak banyak orang yang memahami bahwa emas yang murni dan berharga lahir dari proses pemurnian di dalam dapur perapian. Saat sedang melebur emasnya di dapur perapian sang pengrajin emas tidak dengan serta merta meninggalkan emas tersebut begitu saja di dapur perapian, tapi ia dengan setia berjaga-jaga di samping dapur perapian itu. Dengan sabar dan penuh ketelitian si pengrajin emas akan terus memperhatikan dan mengamat-amati emas yang sedang terbakar di dalam api yang panas membara itu supaya jangan sampai rusak dan tak berbentuk. Ia pun turut merasakan hawa panasnya yang menyengat kulit.
Demikian juga dengan Tuhan, saat Ia sedang memroses hidup kita, Ia pun tidak pernah sekalipun membiarkan dan meninggalkan kita, meskipun untuk itu Tuhan harus turut merasakan setiap sakit yang kita rasakan. Tuhan berkata, "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:10). Emas murni harus merasakan panasnya api di dapur perapian dalam waktu yang tak singkat, sampai semua kotoran dan ketidakmurnian yang melekat di logam tersebut terkikis habis. Bagaimana si pengrajin emas tahu bahwa semua kotoran telah habis? ketika ia dapat melihat bayangan dirinya pada emas yang sedang dileburnya itu....
Jangan pernah memberontak ketika mengalami proses pembentukan dari Tuhan! Segala hal yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita selalu mendatangkan kebaikan demi kebaikan. Tuhan mau kita semakin dimurnikan, sehingga pada akhirnya karakter Kristus akan terpancar keluar melalui kehidupan kita. Memang proses itu terasa amat sakit, tapi percayalah bahwa Tuhan pasti akan menolong dan memberi kekuatan kepada kita. Tuhan mengijinkan semua itu terjadi karena Ia memiliki rencana yang indah untuk kehidupan kita. Untuk itulah kita perlu dibentuk dan diproses oleh-Nya!
"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." Ayub 23:10
Subscribe to:
Posts (Atom)