Saturday, August 11, 2018

DAPUR PERAPIAN: Proses Pemurnian Iman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Agustus 2018

Baca:  Amsal 17:1-28

"Kui (the refining pot - English, Red) adalah untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, tetapi Tuhanlah yang menguji hati."  Amsal 17:3

Emas adalah salah satu logam mulia yang memiliki nilai jual tinggi.  Tapi tak banyak orang yang memahami bahwa emas yang murni dan berharga lahir dari proses pemurnian di dalam dapur perapian.  Saat sedang melebur emasnya di dapur perapian sang pengrajin emas tidak dengan serta merta meninggalkan emas tersebut begitu saja di dapur perapian, tapi ia dengan setia berjaga-jaga di samping dapur perapian itu.  Dengan sabar dan penuh ketelitian si pengrajin emas akan terus memperhatikan dan mengamat-amati emas yang sedang terbakar di dalam api yang panas membara itu supaya jangan sampai rusak dan tak berbentuk.  Ia pun turut merasakan hawa panasnya yang menyengat kulit.

     Demikian juga dengan Tuhan, saat Ia sedang memroses hidup kita, Ia pun tidak pernah sekalipun membiarkan dan meninggalkan kita, meskipun untuk itu Tuhan harus turut merasakan setiap sakit yang kita rasakan.  Tuhan berkata,  "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  (Yesaya 41:10).  Emas murni harus merasakan panasnya api di dapur perapian dalam waktu yang tak singkat, sampai semua kotoran dan ketidakmurnian yang melekat di logam tersebut terkikis habis.  Bagaimana si pengrajin emas tahu bahwa semua kotoran telah habis?  ketika ia dapat melihat bayangan dirinya pada emas yang sedang dileburnya itu....

     Jangan pernah memberontak ketika mengalami proses pembentukan dari Tuhan!  Segala hal yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita selalu mendatangkan kebaikan demi kebaikan.  Tuhan mau kita semakin dimurnikan, sehingga pada akhirnya karakter Kristus akan terpancar keluar melalui kehidupan kita.  Memang proses itu terasa amat sakit, tapi percayalah bahwa Tuhan pasti akan menolong dan memberi kekuatan kepada kita.  Tuhan mengijinkan semua itu terjadi karena Ia memiliki rencana yang indah untuk kehidupan kita.  Untuk itulah kita perlu dibentuk dan diproses oleh-Nya!

"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  Ayub 23:10

Friday, August 10, 2018

PENDERITAAN MENGHASILKAN KETEKUNAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2018

Baca:  Yakobus 1:2-8

"sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan."  Yakobus 1:3

Mampu merespons dengan sikap hati yang benar ketika sedang diperhadapkan dengan penderitaan adalah letak keistimewaan iman Kristiani.  Sebagai orang percaya tak sepatutnya kita dikalahkan oleh situasi yang ada.  Tuhan menghendaki agar kita menghadapi setiap penderitaan dengan hati yang tabah dan tetap bersyukur, sebab penderitaan adalah jalan yang Tuhan pakai untuk menguji kemurnian iman kita.  Penulis Amsal memberikan kunci untuk menghadapi setiap penderitaan yang ada yaitu:  "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."  (Amsal 17:22), dan  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).

     Mengapa iman perlu diuji?  Ayat nas jelas menyatakan bahwa proses pengujian iman akan menghasilkan ketekunan.  Kata  'ketekunan'  memiliki pengertian:  kemampuan bertahan dalam menghadapi kemalangan, penderitaan, atau kesusahan.  Yang dimaksud  'ketekunan'  bukanlah sikap sekedar bertahan secara pasif atau pasrah pada keadaan tetapi sikap aktif, kuat dan berani menghadapi segala bentuk penderitaan dan kesukaran, sehingga mampu menjadikan situasi yang tidak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang dapat mempermuliakan nama Tuhan, mampu melihat sisi positif di balik penderitaan yang kita alami.  Karena itu kita diminta untuk merespons setiap penderitaan dengan sikap hati yang benar, sebab melalui penderitaan tersebut akan dihasilkan iman yang kuat.

     Ketekunan tidak mungkin dihasilkan tanpa penderitaan atau kesukaran.  Oleh sebab itu janganlah kita langsung mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan kepada Tuhan ketika Ia menempatkan kita dalam berbagai macam penderitaan atau kesukaran, karena Tuhan sedang menggarap hidup kita, Ia memiliki rencana besar atas hidup kita.  Jadi,  "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,"  (Ibrani 12:2).  Ingatlah bahwa ketekunan membutuhkan proses yang tidak singkat.

"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  Ibrani 10:36