Wednesday, August 8, 2018

MILIKILAH HATI YANG BERSYUKUR (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2018

Baca:  Yesaya 38:1-22

"TUHAN telah datang menyelamatkan aku! Kami hendak main kecapi, seumur hidup kami di rumah TUHAN."  Yesaya 38:20

Adalah mudah mengucap syukur kepada Tuhan ketika segala sesuatu berjalan normal dan nampak baik.  Namun, ketika segala sesuatu terjadi tidak seperti yang diharapkan, justru hal-hal yang buruk yang terjadi, apakah kita masih bisa mengucap syukur?  Rasul Paulus menasihati kita agar tetap mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang menjadi kehendak Tuhan  (1 Tesalonika 5:18).  Dalam segala hal berarti di segala situasi atau keadaan, suka atau duka, senang atau susah, sehat atau sakit.

     Kita akan mampu bersyukur dalam segala keadaan apabila pandangan kita terarah kepada Tuhan dan janji firman-Nya.  Kalau mata kita terfokus pada situasi atau kenyataan, dapat dipastikan kita akan menjadi lemah.  Jadi, dalam bersyukur, yang kita perlukan adalah iman.  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Iman membuat kita berkeyakinan penuh bahwa Tuhan adalah Pribadi yang tidak pernah berdusta dan tidak pernah mengecewakan.  Hati yang dipenuhi dengan ucapan syukur memampukan kita bersabar dalam menanti-nantikan pertolongan Tuhan, karena percaya bahwa waktu Tuhan adalah yang terbaik, di mana  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkhotbah 3:11).  Seseorang akan mampu bersyukur di segala keadaan, ketika sadar bahwa ia tidak bergumul sendirian dalam menghadapi persoalan, karena ada Tuhan yang menyertai.  Seseorang yang memiliki kepekeaan rohani akan merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya, sekalipun mata jasmaninya tak melihat.                              

     Kita dapat bersyukur dalam segala hal bila hati dan pikiran kita selalu diisi dengan hal-hal yang positif.  Sekalipun Tuhan telah melakukan hal-hal yang baik, tetapi jika hati dan pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal yang negatif, maka hati dan pikiran kita tidak bisa mengingat kebaikan Tuhan;  seperti bangsa Israel, yang sekalipun melihat dan mengalami mujizat demi mujizat, tetap saja sulit untuk bersyukur.

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  Filipi 4:8

Tuesday, August 7, 2018

MILIKILAH HATI YANG BERSYUKUR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Agustus 2018

Baca:  Yesaya 38:1-22

"Sesungguhnya, penderitaan yang pahit menjadi keselamatan bagiku; Engkaulah yang mencegah jiwaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan segala dosaku jauh dari hadapan-Mu."  Yesaya 38:17

Ucapan syukur adalah salah satu kekuatan terbesar dalam hidup orang percaya.  Tapi dalam prakteknya banyak orang Kristen sulit mengucap syukur.  Mereka berdalih:  "Bagaimana bisa bersyukur, kalau rumah tanggaku sedang hancur, juga tokoku sepi, bisnisku sedang pailit, hutangku banyak, sakit-penyakitku belum sembuh, studi anakku juga gagal."  Seringkali kita baru mau bersyukur ketika mengalami mujizat, berkat dan pertolongan dari Tuhan.  Namun, walaupun tidak ada mujizat, walaupun keadaan belum seperti diharapkan, walaupun doa-doa kita belum dijawab, walaupun pertolongan Tuhan belum kita alami, haruslah orang percaya mampu mengucap syukur!

     Hizkia berkata,  "...hanyalah orang yang hidup, dialah yang mengucap syukur kepada-Mu, seperti aku pada hari ini;"  (Yesaya 38:19).  Artinya setiap orang yang hidup wajib mengucap syukur kepada Tuhan.  Dengan kata lain hanya orang mati saja yang berhenti mengucap syukur.  Pemazmur memperingatkan,  "Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!"  (Mazmur 150:6).  Hizkia mengucap syukur kepada Tuhan bukan semata-mata karena ia telah disembuhkan dari sakitnya, atau karena Tuhan sangat bermurah hati kepadanya dengan memperpanjang umurnya lima belas tahun lagi  (Yesaya 38:5), tapi karena tidak ada alasan baginya untuk tidak mengucap syukur kepada Tuhan.

     Mengapa kita harus mengucap syukur di segala keadaan?  Dengan bersyukur kita tidak akan mudah merasa lelah.  Jika hati dipenuhi ucapan syukur, apa pun yang kita kerjakan, tidak akan membuat kita cepat merasa lelah, dan kita pun akan mengerjakan segala sesuatunya dengan sepenuh hati.  Sebaliknya, kalau segala sesuatu dikerjakan dengan keluh-kesah dan persungutan, seringan apa pun pekerjaan, akan terasa berat dikerjakan.  Dengan bersyukur, seseorang akan memiliki semangat juang yang tinggi, tidak menyerah dan berputus asa, karena ia tahu ada Tuhan yang selalu menyertai dan memberi kekuatan kepadanya.  "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya."  (Yesaya 40:29).