Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2018
Baca: Daniel 12:1-13
"Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan
yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti
bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya." Daniel 12:3
Menjadi seorang bintang adalah dambaan setiap orang di dunia ini. Orang berduyun-duyun mengikuti kompetisi yang diadakan oleh stasiun televisi swasta, seperti Indonesian Idol, KDI (Kontes Dangdut Indonesia), Liga Dangdut Indonesia dan sebagainya, dengan tujuan ingin menjadi bintang terkenal. Menurut pemahaman orang kebanyakan, seorang bintang adalah orang yang hebat, memiliki prestasi luar biasa, dikagumi oleh banyak orang, sukses atau orang yang terkenal/populer. Secara umum definisi seorang bintang adalah orang terbaik di suatu bidang tertentu.
Bagaimana arti seorang bintang di pemandangan mata Tuhan? Ayat nas menyatakan: "...orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan
yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti
bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya." Jadi, orang dapat dikatakan seperti 'bintang' apabila ia berhasil dalam menjalankan panggilan hidupnya sesuai yang ditentukan oleh Tuhan, yaitu bekerja dan menghasilkan buah. Karena itu rasul Paulus menasihati, "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang
tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang
sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:14-15). Seseorang dapat dikatakan sebagai bintang di mata Tuhan adalah ketika mereka berani hidup 'berbeda' dari dunia.
Daniel, sekalipun hidup di tengah-tengah suatu bangsa yang menyembah kepada berhala, ia tidak terbawa arus. Ia tetap mampu menjaga hidupnya berkenan kepada Tuhan sehingga kehidupan Daniel pun menjadi berkat bagi banyak orang. Rasul Paulus tampil sebagai bintang di mata Tuhan karena punya komitmen: "...jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22), dan ia pun mampu menyelesaikan panggilan hidupnya sampai garis akhir.
Kitab kehidupan Tuhan hanya memuat nama-nama orang yang hidupnya seperti bintang.
Sunday, July 29, 2018
Saturday, July 28, 2018
DIDIKAN TUHAN SEBAGAI BUKTI KASIH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2018
Baca: Hosea 11:1-11
"Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan." Hosea 11:9
Perikop pembacaan firman Tuhan hari ini adalah kasih Tuhan mengalahkan kedegilan orang Israel. Ini menunjukkan betapa besar dan ajaib kasih Tuhan kepada umat-Nya. Semua anak pasti tak luput dari teguran dan didikan orangtuanya. Terkadang orangtua harus berlaku keras dan jika perlu ia menghajar anaknya dengan menggunakan tongkat. Bukan berarti orangtua tidak mengasihi anaknya, tapi hal itu dilakukan justru demi kebaikan si anak. "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24).
Sebagai anak-anak Tuhan kita pun pernah merasakan kerasnya didikan Tuhan. Kita pernah merasakan bagaimana Tuhan marah kepada kita karena kesalahan dan kedegilan hati kita. Tetapi ada satu hal yang perlu diketahui, Tuhan tidak pernah merencanakan hal-hal yang jahat atau merencanakan untuk membinasakan umat-Nya (ayat nas). Tuhan berfirman: "Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung. Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka." (Hosea 11:2-3). Sekalipun umat Israel terus hidup dalam ketidaktaatan dan pemberontakan, bahkan mereka telah melakukan perzinahan rohani, Tuhan tetap menunjukkan kesabaran-Nya, keagungan dan kebesaran kasih-Nya tidak pernah pudar. "Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih." (Hosea 11:4a).
Jika saat ini kita mengalami badai hidup, situasi-situasi sulit harus kita alami, tak sepatutnya kita menggerutu, ngambek seperti anak kecil dan mengira Tuhan tidak mengasihi kita dan meninggalkan kita. Adakalanya itu diijinkan Tuhan terjadi atas kita dengan tujuan agar kita sadar akan kesalahan-kesalahan kita, tapi seringkali kita salah paham dan kecewa atas didikan Tuhan ini, sebab menimbulkan rasa sakit secara badani.
"...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Ibrani 12:6
Baca: Hosea 11:1-11
"Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan." Hosea 11:9
Perikop pembacaan firman Tuhan hari ini adalah kasih Tuhan mengalahkan kedegilan orang Israel. Ini menunjukkan betapa besar dan ajaib kasih Tuhan kepada umat-Nya. Semua anak pasti tak luput dari teguran dan didikan orangtuanya. Terkadang orangtua harus berlaku keras dan jika perlu ia menghajar anaknya dengan menggunakan tongkat. Bukan berarti orangtua tidak mengasihi anaknya, tapi hal itu dilakukan justru demi kebaikan si anak. "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24).
Sebagai anak-anak Tuhan kita pun pernah merasakan kerasnya didikan Tuhan. Kita pernah merasakan bagaimana Tuhan marah kepada kita karena kesalahan dan kedegilan hati kita. Tetapi ada satu hal yang perlu diketahui, Tuhan tidak pernah merencanakan hal-hal yang jahat atau merencanakan untuk membinasakan umat-Nya (ayat nas). Tuhan berfirman: "Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung. Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka." (Hosea 11:2-3). Sekalipun umat Israel terus hidup dalam ketidaktaatan dan pemberontakan, bahkan mereka telah melakukan perzinahan rohani, Tuhan tetap menunjukkan kesabaran-Nya, keagungan dan kebesaran kasih-Nya tidak pernah pudar. "Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih." (Hosea 11:4a).
Jika saat ini kita mengalami badai hidup, situasi-situasi sulit harus kita alami, tak sepatutnya kita menggerutu, ngambek seperti anak kecil dan mengira Tuhan tidak mengasihi kita dan meninggalkan kita. Adakalanya itu diijinkan Tuhan terjadi atas kita dengan tujuan agar kita sadar akan kesalahan-kesalahan kita, tapi seringkali kita salah paham dan kecewa atas didikan Tuhan ini, sebab menimbulkan rasa sakit secara badani.
"...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Ibrani 12:6
Subscribe to:
Posts (Atom)