Thursday, July 26, 2018

TAK BERBUAH: Pasti Dipotong Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2018

Baca:  Lukas 6:43-45

"Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya."  Lukas 6:44a

Ukuran keberhasilan seorang petani dapat dilihat dari hasil panenan dan kualitasnya.  Saat menuai hasil inilah jerih lelah seorang petani serasa telah terbayar lunas.  "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."  (2 Timotius 2:6).  Begitu pula dengan kehidupan kekristenan, seseorang yang dapat dikatakan  'dewasa'  rohani bukan dilihat dari seberapa lama ia mengikut Tuhan atau seberapa aktif terlibat dalam pelayanan, tapi melalui buah-buah yang dihasilkan dalam praktek hidupnya.  Oleh karena itu  "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).

     Tuhan sangat menghendaki kita menjadi orang Kristen yang bertumbuh dan berbuah.  Bertumbuh dan berbuah adalah tanda adanya kehidupan.  Untuk dapat bertumbuh dan berbuah, hal mendasar yang harus kita lakukan adalah menyiapkan tanah hati kita untuk ditaburi benih firman Tuhan, sebab  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Jadi respons hati kita terhadap firman Tuhan akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan rohani kita.  Yakobus menasihati,  "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu."  (Yakobus 1:21).  Bagaimana keadaan hati Saudara:  seperti tanah yang keras, berbatu-batu, penuh semak duri atau tanah yang baik?

     Alkitab menyatakan bahwa benih  "...yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."  (Markus 4:20).  Dan  "...setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."  (Matius 7:17-19).  Menjadi pelaku firman adalah bukti nyata bahwa kehidupan orang Kristen benar-benar menghasilkan buah.

"Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik,"  Matius 3:10

Wednesday, July 25, 2018

HIDUP SEKUAT TEMBOK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2018

Baca:  Mazmur 51:1-21

"Lakukanlah kebaikan kepada Sion menurut kerelaan hati-Mu bangunkanlah tembok-tembok Yerusalem!"  Mazmur 51:20

Tembok Besar Tiongkok atau disebut Tembok Raksasa Tiongkok merupakan bangunan terpanjang yang pernah dibuat oleh tangan manusia, terletak di negeri Tirai Bambu.  Tembok ini dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Ming, memiliki panjang 8.851 km.  Tembok Besar Tiongkok ini dianggap sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia dan dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1987.

     Jika pada zaman dahulu, untuk melindungi diri dari serangan musuh, sebuah kota atau kerajaan pasti memiliki benteng-benteng perlindungan yang dikelilingi oleh tembok-temboknya yang besar dan kokoh, begitu pula dengan kehidupan rohani kita, hendaknya sekuat tembok, agar tidak mudah roboh oleh tipu muslihat Iblis dan tidak mudah goyah oleh karena pengaruh dari dunia ini.  Amat terlebih, hidup di tengah-tengah dunia yang sudah mendekati akhir ini, kita harus bersandar kepada Tuhan dan tidak lagi mengandalkan kekuatan diri sendiri.  Supaya kita tetap makin kuat maka kita harus membangun  'tembok-tembok'  kembali.  Kata  'tembok'  berbicara tentang kehidupan rohani.  Sebagai umat yang telah ditebus oleh darah Kristus kita bukan lagi manusia lama, melainkan sebagai ciptaan baru  (2 Korintus 5:17).  Jadi kita harus meruntuhkan tembok-tembok manusia lama kita yang menghalangi kuasa Tuhan bekerja di dalam kita, dan membangun  'manusia baru'  itu dengan cara tidak lagi hidup menurut cara-cara duniawi yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, tidak lagi hidup menurut keinginan daging yang selama ini menguasai hdiup kita.  Alkitab menegaskan bahwa keinginan daging adalah maut, sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Tuhan  (Roma 8:6-7).

     Daud, memiliki kesungguhan hati untuk terus diperbaharui dan dipulihkan hidupnya dengan berkata,  "Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku."  (Mazmur 51:4-5).  Dengan kata lain Daud ingin hidupnya menjadi kudus.  Dengan hidup kudus berarti Daud sedang membangun sebuah tembok yang kokoh, yang memisahkan dia dari dosa dan segala bentuk kecemaran dosa.

Menjalani hidup sebagai manusia baru ibarat membangun tembok yang kokoh!