Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juli 2018
Baca: Ibrani 10:19-39
"Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan
tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu." Ibrani 10:26
Kasus korupsi adalah kasus yang paling hangat dibicarakan oleh semua orang di negeri ini. Mengapa? Karena tindak kejahatan korupsi ini banyak dilakukan oleh pejabat publik atau orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan, yang notabene adalah wakil rakyat. Sebagai wakil rakyat sudah seharusnya mereka menjadi inspirasi dan teladan bagi rakyat yang diwakilinya. Ini sungguh sangat menyedihkan! Umumnya mereka yang melakukan korupsi adalah mereka yang berpendidikan tinggi dan bahkan telah menyuarakan kebenaran sebagai anggota dewan atau partai politik, yang memiliki slogan antikorupsi. Mereka tahu bahwa korupsi itu melanggar hukum, tapi faktanya? Karena tergiur dengan materi atau uang, mereka ingkar terhadap janjinya sendiri. Materi atau gaya hidup telah menuntun mereka kepada jalan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan.
Kristus sangat mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang tahu firman Tuhan, tahu kebenaran, bahkan mengajarkan Taurat kepada umat, tetapi dalam kesehariannya mereka sendiri tidak melakukan ajarannya itu. Ironis sekali! Seorang pemuka agama atau pelayan Tuhan, yang setiap hari mengajarkan hukum dan Taurat di Bait Suci kepada orang lain, melanggarnya sendiri. Tuhan menyebut orang-orang demikian orang-orang munafik. Tuhan menggambarkan orang munafik itu "...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah
luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh
tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." (Matius 23:27). Tuhan tidak hanya menginginkan umat pilihan-Nya hanya sekedar mengetahui kebenaran, artinya sebatas pengetahuan manusia saja, tetapi Ia mau kita menjadi pelaku-pelaku firman atau hidup dalam kebenaran.
Rasul Paulus menasihati, "...hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus,..." (Filipi 1:27). Hidup berpadanan dengan Injil berarti hidup yang selaras dengan Injil atau hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau perbuatan kita bertentangan dengan Injil berarti kita telah memosisikan diri sebagai seteru Injil.
Setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Tuhan (1 Yohanes 3:10).
Tuesday, July 17, 2018
Monday, July 16, 2018
DAMPAK MENCINTAI TAURAT TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juli 2018
Baca: Mazmur 119:97-104
"Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." Mazmur 119:97
Semua orang pasti pernah merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Cinta membuat hati orang berbunga-bunga, dunia terasa menjadi milik berdua. Ketika terpisah oleh jarak, rasa rindu pun menyerang, hasrat ingin bersua pun bergelora. Rasa rindu dan cinta akan terobati ketika mereka berjumpa dan menghabiskan waktu bersama. Sungguh, tidak ada yang dapat menghalangi kekuatan sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Salomo menyatakan bahwa "...cinta kuat seperti maut," (Kidung Agung 8:6).
Dalam mazmur ini Daud menyatakan diri sebagai seorang yang sedang jatuh cinta. Rasa cinta yang mendalam ini bukan ia tujukan kepada seseorang, melainkan kepada Taurat Tuhan. Banyak orang Kristen menganggap bahwa membaca dan merenungkan firman Tuhan adalah pekerjaan yang sangat membosankan dan menjadi beban tersendiri. Karena itu mereka melakukannya dengan tidak sepenuh hati, setengah-setengah atau dalam keadaan terpaksa. Berbeda dengan Daud yang menjadikan Taurat Tuhan sebagai kesukaan. "Betapa kucintai Taurat-Mu!" (ayat nas). Karena mencintai Taurat Tuhan maka Daud merenungkannya sepanjang hari. Mengapa Daud begitu mencintai Taurat Tuhan? Karena ia tahu bahwa di dalam Taurat-Nya terkandung janji-janji Tuhan yang luar biasa dan kuasa yang teramat dahsyat. "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:9).
Itulah sebabnya ia dengan sukacita dan rela hati menyediakan waktu untuk merenungkan Taurat Tuhan itu siang dan malam. Dampaknya pun sungguh luar biasa: "Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu." (Mazmur 119:98-100). Daud juga semakin peka rohani (pancaindera terlatih), sehingga ia dapat menahan diri terhadap hal-hal yang jahat dan sanggup membedakan yang baik dari pada yang jahat. Sejauh mana Saudara mencintai Taurat Tuhan? Kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?
"...tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam...apa saja yang diperbuatnya berhasil." Mazmur 1:2-3
Baca: Mazmur 119:97-104
"Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." Mazmur 119:97
Semua orang pasti pernah merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Cinta membuat hati orang berbunga-bunga, dunia terasa menjadi milik berdua. Ketika terpisah oleh jarak, rasa rindu pun menyerang, hasrat ingin bersua pun bergelora. Rasa rindu dan cinta akan terobati ketika mereka berjumpa dan menghabiskan waktu bersama. Sungguh, tidak ada yang dapat menghalangi kekuatan sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Salomo menyatakan bahwa "...cinta kuat seperti maut," (Kidung Agung 8:6).
Dalam mazmur ini Daud menyatakan diri sebagai seorang yang sedang jatuh cinta. Rasa cinta yang mendalam ini bukan ia tujukan kepada seseorang, melainkan kepada Taurat Tuhan. Banyak orang Kristen menganggap bahwa membaca dan merenungkan firman Tuhan adalah pekerjaan yang sangat membosankan dan menjadi beban tersendiri. Karena itu mereka melakukannya dengan tidak sepenuh hati, setengah-setengah atau dalam keadaan terpaksa. Berbeda dengan Daud yang menjadikan Taurat Tuhan sebagai kesukaan. "Betapa kucintai Taurat-Mu!" (ayat nas). Karena mencintai Taurat Tuhan maka Daud merenungkannya sepanjang hari. Mengapa Daud begitu mencintai Taurat Tuhan? Karena ia tahu bahwa di dalam Taurat-Nya terkandung janji-janji Tuhan yang luar biasa dan kuasa yang teramat dahsyat. "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:9).
Itulah sebabnya ia dengan sukacita dan rela hati menyediakan waktu untuk merenungkan Taurat Tuhan itu siang dan malam. Dampaknya pun sungguh luar biasa: "Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu." (Mazmur 119:98-100). Daud juga semakin peka rohani (pancaindera terlatih), sehingga ia dapat menahan diri terhadap hal-hal yang jahat dan sanggup membedakan yang baik dari pada yang jahat. Sejauh mana Saudara mencintai Taurat Tuhan? Kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?
"...tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam...apa saja yang diperbuatnya berhasil." Mazmur 1:2-3
Subscribe to:
Posts (Atom)