Friday, July 13, 2018

TUHAN MENOPANG HIDUPKU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juli 2018

Baca:  Mazmur 3:1-9

"Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku."  Mazmur 3:7

Lagu rohani yang berjudul  'Engkaulah perisaiku'  adalah lagu yang sangat populer di kalangan orang percaya.  Lagu tersebut sangat menguatkan dan memberkati semua orang yang mendengarnya:  "Engkaulah perisaiku, saat badai hidup menerpaku... Firman-Mu di dalamku... tenangkan jiwaku.  Reff:  Ku kan berdiri di tengah badai dengan kekuatan yang Kauberikan.  Sampai kapan pun ku kan bertahan, karena Yesus selalu menopang hidupku."

     Lagu ini selaras dengan apa yang Daud tulis:  "...TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku."  (Mazmur 3:4).  Kita takkan mampu bertahan di tengah dahsyatnya gelombang kehidupan jika tanpa Tuhan di samping kita.  Ketika itu Daud sedang dalam situasi yang teramat sulit, karena sedang melarikan diri dari kejaran puteranya sendiri  (Absalom)  yang berusaha untuk membunuhnya dan berambisi untuk merebut tahtanya.  Dalam situasi ini perasaan Daud campur aduk jadi satu:  merasa dikhianati, dikecewakan, ditinggalkan, sedih, putus asa dan sebagainya.  Meski demikian Daud tidak berkeluh-kesah atau mengasihani diri sendiri, tapi ia terus memperkatakan iman, karena ia tahu kepada siapa ia menaruh pengharapan hidupnya!  "Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku."  (ayat nas).  Daud dapat berkata demikian karena ia memilih untuk terus mengarahkan pandangannya kepada perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan.

     Apa pergumulan berat Saudara saat ini?  Mungkin kita sedang menghadapi kebutuhan yang tak terselesaikan yang membuat Saudara berada di ambang keputusasaan;  dokter mungkin telah memvonis penyakit Saudara tak mungkin disembuhkan;  banyak orang berkata rumah tanggamu tak mungkin terselamatkan.  Apa yang terlihat secara kasat mata, mungkin terlihat mustahil saat ini, namun percayalah di dalam Tuhan tidak ada perkara mustahil.  Arahkan pandangan kepada Tuhan dan kuasa firman-Nya, maka kita akan melihat tangan Tuhan bekerja.  "...tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!"  (Mazmur 118:16).

"TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."  Mazmur 37:23-24

Thursday, July 12, 2018

BERTAHANLAH UNTUK SETIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juli 2018

Baca:  Yeremia 25:1-14

"Sejak dari tahun yang ketiga belas pemerintahan Yosia bin Amon, raja Yehuda, sampai hari ini, jadi sudah dua puluh tiga tahun lamanya, firman TUHAN datang kepadaku dan terus-menerus aku mengucapkannya kepadamu, tetapi kamu tidak mau mendengarkannya."  Yeremia 25:3

Melayani pekerjaan Tuhan tak bisa dianggap enteng, karena itu kita tak bisa mengandalkan kekuatan sendiri.  Ada banyak pekerja di ladang Tuhan yang semangatnya dalam melayani mulai kendor karena tidak tahan dengan tekanan, ujian, dan berbagai rintangan yang ada.  Ada pula yang mogok dan memilih untuk mundur dari pelayanan karena merasa gagal:  sudah melayani Tuhan bertahun-tahun tapi respons dari jemaat yang dilayani sangatlah kurang, sehingga tak banyak jiwa yang dimenangkan.

     Jangan pernah mundur dari pelayanan!  "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."  (2 Timotius 4:2).  Yeremia menghadapi tantangan yang tak mudah dalam pelayanannya.  Dua puluh tiga tahun lamanya melayani jiwa-jiwa dan menjadi penyambung lidah Tuhan:  memberitakan kebenaran dan menyerukan pertobatan, namun respons orang-orang yang dilayani sungguh sangat mengecewakan.  "...TUHAN terus-menerus mengutus kepadamu semua hamba-Nya, yakni nabi-nabi, tetapi kamu tidak mau mendengarkan dan memperhatikannya."  (Yeremia 25:4).  Nasihat dan teguran Yeremia dianggap sebagai angin lalu.  Meski demikian Yeremia tak kecewa apalagi menyerah pada keadaan, ia tetap tekun dan setia pada panggilan-Nya.

     Kuantitas orang yang dilayani atau kemegahan gedung gereja bukanlah ukuran keberhasilan seorang pelayan Tuhan.  Yang Tuhan perhatikan ketekunan, kesetiaan, kesungguhan dan motivasi dalam mengerjakan panggilan-Nya.  Menurut pandangan manusia Yeremia mungkin dianggap gagal.  Apa pun keadaannya, seorang hamba Tuhan haruslah tetap setia menyampaikan kebenaran firman Tuhan, sebab cepat atau lambat, firman-Nya pasti akan digenapi.  Karena terus mengeraskan hati dan mengabaikan teguran, bangsa Israel harus menuai akibatnya:  Tuhan bertindak atas mereka  (Yeremia 25:8-11).

"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  Roma 12:11