Tuesday, July 10, 2018

PENOLAKAN MENIMBULKAN LUKA BATIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2018

Baca:  Markus 6:1-6

"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."  Markus 6:4

Istilah  'luka batin'  mengacu pada keadaan jiwa seseorang yang tidak sehat sebagai akibat dari goresan atau penderitaan yang terjadi dalam hidupnya;  suatu keadaan dalam batin seseorang yang menimbulkan perasaan marah, benci, kecewa dan pahit hati yang begitu mendalam.  Secara garis besar penyebab luka batin dalam diri seseorang adalah misalnya peristiwa traumatis, rasa bersalah dan mengalami penolakan.

     Pernahkah Saudara ditolak?  Bagaimana perasaan Saudara saat mengalami penolakan?  Hati kita pasti terasa sakit, merasa terhina, tidak dianggap, tidak dihargai, direndahkan, dan dipandang sebelah mata.  Bukan hanya Saudara yang mengalaminya, Kristus pun pernah mengalami penolakan.  Suatu ketika Kristus pergi ke Nazaret bersama dengan murid-murid-Nya.  Di sana Ia mengajar orang-orang di rumah ibadat.  Hal itu menimbulkan ketakjuban yang luar biasa.  Tetapi ada orang-orang yang memberikan respons yang negatif ketika mendengar ajaran Kristus dan melihat mujizat yang dikerjakan-Nya, mereka justru bersikap skeptis dan apatis.  "'Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?' Lalu mereka kecewa dan menolak Dia."  (Markus 6:2-3).  Peristiwa penolakan Kristus ini justru di kampung halaman-Nya sendiri.  Orang-orang sekampung-Nya begitu merendahkan dan memandang Dia dengan sebelah mata.  Mereka menganggap bahwa Kristus itu tak lebih dari orang biasa sama seperti mereka.  Di mata mereka Kristus tak lebih dari anak seorang tukang kayu.  Itulah harga yang harus Kristus bayar dalam pelayanan-Nya!

     Apakah Saudara sedang mengalami luka-luka batin karena tertolak?  Bawalah pergumulan Saudara kepada Tuhan!  Sebab jiwa yang hancur;  hati yang patah dan remuk tidak akan pernah dipandang hina oleh Tuhan.  "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu."  (Mazmur 56:9).

Sedalam apa pun luka batin yang kita alami, Tuhan sanggup menyembuhkan!

Monday, July 9, 2018

KESERAKAHAN MEMBAWA KEHANCURAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2018

Baca:  Matius 26:14-16

"'Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?' Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya."  Matius 26:15

Firman Tuhan memperingatkan kita untuk selalu menjaga hati:  "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."  (Amsal 4:23), sebab dari hati bisa timbul segala hal yang jahat:  "...percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan."  (Markus 7:21-22).  Keserakahan adalah salah satu sifat yang bisa timbul dalam diri seseorang.  Serakah bisa diartikan:  suatu hasrat yang berlebihan atau keinginan untuk memperoleh sebanyak-banyaknya.  Serakah dapat nyata dalam cinta akan uang  (materi).  Karena serakah terhadap warisan seseorang bisa mengorbankan hubungan dengan saudara kandung sendiri;  dikuasai oleh sifat serakah tak terhitung banyaknya pejabat pemerintahan di negeri ini yang berani melakukan tindakan korupsi.

     Keserakahan selalu menuntun seseorang kepada perilaku yang salah dan menyimpang dari kebenaran, yang semata-mata bertujuan untuk kepentingan diri sendiri.  Karena serakah Yudas Iskariot terdorong untuk melakukan pengkhianatan terhadap Guru-nya sendiri.  Ia tega menjual Kristus dengan harga tiga puluh keping perak.  Jelas terlihat bahwa ia lebih menginginkan uang dari pada Tuhan-nya dan ia pun rela kehilangan sahabat-sahabatnya.  Di dalam Injil Markus 14:10-11 dinyatakan bahwa Yudas mendatangi para imam kepala dengan tujuan ingin menyerahkan Kristus kepada mereka, dengan harapan ia mendapatkan sejumlah uang.  Bahkan Yudas Iskariot dengan sengaja mengadakan perundingan dengan para imam kepala untuk menangkap Kristus yaitu dengan sebuah ciuman pengkhianatan  (Lukas 22:47-48).

     Keserakahan ini akhirnya menuntun Yudas Iskariot kepada kehancuran.  Penyesalan selalu datang belakangan dan hidupnya pun harus berakhir dengan sangat tragis dan mengerikan:  mati dengan cara gantung diri.  "...perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar."  (Kisah 1:18).  Pengalaman hidup Yudas Iskariot ini menjadi pelajaran berharga bagi kita!  Karena itu jangan sekali-kali berlaku serakah!

Keserakahan itu sama dengan penyembahan berhala dan mendatangkan murka Tuhan  (Efesus 3:5-6).