Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juli 2018
Baca: Ulangan 5:1-22
"...Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang
mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku." Ulangan 5:10
Kadar kasih seseorang kepada Tuhan itu berbeda-beda! Ada orang yang tampak mengasihi Tuhan hanya ketika ia sedang butuh saja (ketika dalam keadaan terjepit atau tertimpa masalah); ada pula yang berkata mengasihi Tuhan tapi hanya sebatas bibir saja, sedangkan dalam prakteknya tidak; namun banyak juga orang percaya yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, dibuktikan dengan ketaatan melakukan perintah-perintah-Nya sepenuh hati. "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah
yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh
Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia..." (Yohanes 14:21).
Tuhan menghendaki agar semua umat-Nya menuruti perintah-perintah-Nya secara penuh, dengan tidak menyimpang sedikit pun. Tuhan menyediakan upah (berkat) bagi orang-orang yang mengasihi Dia dengan sepenuh hati (Ulangan 28:1-14). Tuhan bukanlah Pribadi yang pilih kasih, karena Ia mengasihi semua umat ciptaan-Nya, namun bagi mereka yang mengasihi Dia dengan sepenuh hati, yang dibuktikan melalui ketaatannya dalam melakukan kehendak-Nya, Tuhan akan memberikan kasih dan perhatian-Nya secara khusus dan istimewa. Daniel adalah contoh orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Sekalipun hidup di tengah suatu bangsa yang menyembah berhala tak membuatnya terbawa arus. Ia tetap berpendirian teguh untuk menjadikan Tuhan sebagai pusat penyembahan dan tak mau berkompromi. "Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja
dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin
pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya." (Daniel 1:8). Karena itu Tuhan mengasihi dia sedemikian rupa dan mengangkat hidup Daniel: menjabat kedudukan yang sangat tinggi dalam dua pemerintahan yaitu kerajaan Babel (Daniel 2:49) dan kerajaan Media-Persia (Daniel 6:29).
Kasih itu memiliki kekuatan yang luar biasa, yang menyebabkan orang rela memberikan segala-galanya. Ingin dikasihi Tuhan? Kasihi Tuhan dengan sepenuh hati!
Seberapa besar kasih kita kepada Tuhan akan menentukan juga perlakuan Tuhan dan penanganan Tuhan terhadap diri kita!
Friday, July 6, 2018
Thursday, July 5, 2018
KOTA-KOTA BAGI SUKU LEWI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juli 2018
Baca: Yosua 21:1-42
"Lalu orang Israel memberikan dari milik pusaka mereka kota-kota yang berikut dengan tanah-tanah penggembalaannya kepada orang Lewi, seperti yang dititahkan TUHAN." Yosua 21:3
Ada 12 suku di Israel: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Benyamin. Suku Israel (atau Bani Israel, artinya "putra-putra Israel") ini merujuk pada kedua belas anak Yakub, cucu dari Abraham. Nama Yakub kemudian diganti oleh Tuhan menjadi Israel. "Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu." (Kejadian 35:10).
Ketika bangsa Israel mencapai tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua, masing-masing suku mendapatkan tanah warisan (milik pusaka), kecuali suku Lewi. Mengapa demikian? Karena Tuhan sudah menetapkan suku Lewi ini secara khusus untuk melayani di Bait-Nya yang kudus. Sebagai pelayan Tuhan penghidupan suku Lewi ini sangat bergantung pada besar kecilnya persembahan yang dibawa umat Israel ke Bait Tuhan. Jika semua umat hidup dalam ketaatan, termasuk dalam hal persembahan (persepuluhan/khusus), maka kehidupan suku Lewi akan terjamin. Sebaliknya jika mereka tidak taat dalam hal memberikan persembahan untuk pekerjaan Tuhan ini, maka para pelayan Tuhan ini tidak bisa menggantungkan hidup sepenuhnya dari hasil persembahan. Bersyukur kita punya Tuhan yang tidak pernah tertidur dan terlelap (Mazmur 121:4), sekecil apa pun pengorbanan dan jerih lelah kita untuk melayani pekerjaan Tuhan tidak akan pernah sia-sia dan selalu diperhitungkan-Nya.
Selama kita melayani Tuhan dengan motivasi yang benar dan tetap berlaku hidup benar di hadapan Tuhan tidak ada yang patut ditakutkan dan dikuatirkan, karena Tuhan yang kita layani adalah Jehovah Jireh, Tuhan yang menyediakan. Jika burung-burung di udara saja Tuhan pelihara, apalagi hamba-hamba-Nya yang bekerja di ladang-Nya. Masih saja terjadi, karena faktor ekonomi atau kebutuhan hidup, ada pekerja-pekerja Tuhan yang orientasi pelayanannya mulai melenceng arahnya, bukan lagi untuk kemuliaan nama Tuhan, tapi demi mendapatkan keuntungan materi atau uang.
Tuhan pasti memenuhi segala keperluan hamba-hamba-Nya menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus (Filipi 4:19).
Baca: Yosua 21:1-42
"Lalu orang Israel memberikan dari milik pusaka mereka kota-kota yang berikut dengan tanah-tanah penggembalaannya kepada orang Lewi, seperti yang dititahkan TUHAN." Yosua 21:3
Ada 12 suku di Israel: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Benyamin. Suku Israel (atau Bani Israel, artinya "putra-putra Israel") ini merujuk pada kedua belas anak Yakub, cucu dari Abraham. Nama Yakub kemudian diganti oleh Tuhan menjadi Israel. "Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu." (Kejadian 35:10).
Ketika bangsa Israel mencapai tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua, masing-masing suku mendapatkan tanah warisan (milik pusaka), kecuali suku Lewi. Mengapa demikian? Karena Tuhan sudah menetapkan suku Lewi ini secara khusus untuk melayani di Bait-Nya yang kudus. Sebagai pelayan Tuhan penghidupan suku Lewi ini sangat bergantung pada besar kecilnya persembahan yang dibawa umat Israel ke Bait Tuhan. Jika semua umat hidup dalam ketaatan, termasuk dalam hal persembahan (persepuluhan/khusus), maka kehidupan suku Lewi akan terjamin. Sebaliknya jika mereka tidak taat dalam hal memberikan persembahan untuk pekerjaan Tuhan ini, maka para pelayan Tuhan ini tidak bisa menggantungkan hidup sepenuhnya dari hasil persembahan. Bersyukur kita punya Tuhan yang tidak pernah tertidur dan terlelap (Mazmur 121:4), sekecil apa pun pengorbanan dan jerih lelah kita untuk melayani pekerjaan Tuhan tidak akan pernah sia-sia dan selalu diperhitungkan-Nya.
Selama kita melayani Tuhan dengan motivasi yang benar dan tetap berlaku hidup benar di hadapan Tuhan tidak ada yang patut ditakutkan dan dikuatirkan, karena Tuhan yang kita layani adalah Jehovah Jireh, Tuhan yang menyediakan. Jika burung-burung di udara saja Tuhan pelihara, apalagi hamba-hamba-Nya yang bekerja di ladang-Nya. Masih saja terjadi, karena faktor ekonomi atau kebutuhan hidup, ada pekerja-pekerja Tuhan yang orientasi pelayanannya mulai melenceng arahnya, bukan lagi untuk kemuliaan nama Tuhan, tapi demi mendapatkan keuntungan materi atau uang.
Tuhan pasti memenuhi segala keperluan hamba-hamba-Nya menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus (Filipi 4:19).
Subscribe to:
Posts (Atom)