Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juli 2018
Baca: Yosua 21:1-42
"Lalu orang Israel memberikan dari milik pusaka mereka kota-kota yang
berikut dengan tanah-tanah penggembalaannya kepada orang Lewi, seperti
yang dititahkan TUHAN." Yosua 21:3
Ada 12 suku di Israel: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Benyamin. Suku Israel (atau Bani Israel, artinya "putra-putra Israel") ini merujuk pada kedua belas anak Yakub, cucu dari Abraham. Nama Yakub kemudian diganti oleh Tuhan menjadi Israel. "Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu." (Kejadian 35:10).
Ketika bangsa Israel mencapai tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua, masing-masing suku mendapatkan tanah warisan (milik pusaka), kecuali suku Lewi. Mengapa demikian? Karena Tuhan sudah menetapkan suku Lewi ini secara khusus untuk melayani di Bait-Nya yang kudus. Sebagai pelayan Tuhan penghidupan suku Lewi ini sangat bergantung pada besar kecilnya persembahan yang dibawa umat Israel ke Bait Tuhan. Jika semua umat hidup dalam ketaatan, termasuk dalam hal persembahan (persepuluhan/khusus), maka kehidupan suku Lewi akan terjamin. Sebaliknya jika mereka tidak taat dalam hal memberikan persembahan untuk pekerjaan Tuhan ini, maka para pelayan Tuhan ini tidak bisa menggantungkan hidup sepenuhnya dari hasil persembahan. Bersyukur kita punya Tuhan yang tidak pernah tertidur dan terlelap (Mazmur 121:4), sekecil apa pun pengorbanan dan jerih lelah kita untuk melayani pekerjaan Tuhan tidak akan pernah sia-sia dan selalu diperhitungkan-Nya.
Selama kita melayani Tuhan dengan motivasi yang benar dan tetap berlaku hidup benar di hadapan Tuhan tidak ada yang patut ditakutkan dan dikuatirkan, karena Tuhan yang kita layani adalah Jehovah Jireh, Tuhan yang menyediakan. Jika burung-burung di udara saja Tuhan pelihara, apalagi hamba-hamba-Nya yang bekerja di ladang-Nya. Masih saja terjadi, karena faktor ekonomi atau kebutuhan hidup, ada pekerja-pekerja Tuhan yang orientasi pelayanannya mulai melenceng arahnya, bukan lagi untuk kemuliaan nama Tuhan, tapi demi mendapatkan keuntungan materi atau uang.
Tuhan pasti memenuhi segala keperluan hamba-hamba-Nya menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus (Filipi 4:19).
Thursday, July 5, 2018
Wednesday, July 4, 2018
ORANG PERCAYA: Bibir yang Bersih
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juli 2018
Baca: Zefanya 3:9-20
"Tetapi sesudah itu Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama TUHAN, beribadah kepada-Nya dengan bahu-membahu." Zefanya 3:9
Sering dijumpai banyak orang Kristen tampak rohani sekali saat berada di gereja, tetapi hal itu tidak bertahan lama. Setelah keluar dari pagar gereja kehidupan yang tidak rohani kembali nampak jelas. Hal itu terlihat dari apa yang keluar dari bibir atau ucapannya: umpatan, cemoohan, makian, sumpah serapah, kata-kata kotor, bohong sana sini, suka menjelek-jelekkan orang, bergosip dan sebagainya.
Yakobus dalam suratnya menulis: "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (Yakobus 1:26). Ketika menerima panggilan Tuhan Yesaya menyadari bahwa dirinya adalah orang yang najis bibir (Yesaya 6:5). Karena itu ia memberi diri untuk dijamah dan diubahkan oleh Roh Tuhan. Adalah mutlak bagi orang percaya untuk memiliki 'bibir yang bersih' supaya ibadah dan pelayanannya berkenan di hadapan Tuhan. Orang dikatakan bibir bersih bila ia mampu mengekang lidahnya dari segala yang jahat atau terbebas dari dusta atau ketidakjujuran. "Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu;" (Mazmur 34:14). Karena itu pemazmur berdoa dan memohon, "Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu." (Mazmur 120:2). Tak mudah menemukan orang yang jujur di zaman sekarang ini. Kebanyakan orang menggunakan trik-trik, akal licik, dan tipu muslihat, demi mewujudkan segala keinginannya.
Bibir yang bersih adalah bibir yang senantiasa memperkatakan firman Tuhan, karena mengimani setiap janji yang terkandung di dalamnya. Setiap firman yang kita perkatakan menghasilkan kuasa yang sangat dahsyat. "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11).
Sudahkah bibir kita bersih? Mohon Roh Kudus-Nya untuk menjamah dan menahirkan bibir kita! Mazmur 141:3
Baca: Zefanya 3:9-20
"Tetapi sesudah itu Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama TUHAN, beribadah kepada-Nya dengan bahu-membahu." Zefanya 3:9
Sering dijumpai banyak orang Kristen tampak rohani sekali saat berada di gereja, tetapi hal itu tidak bertahan lama. Setelah keluar dari pagar gereja kehidupan yang tidak rohani kembali nampak jelas. Hal itu terlihat dari apa yang keluar dari bibir atau ucapannya: umpatan, cemoohan, makian, sumpah serapah, kata-kata kotor, bohong sana sini, suka menjelek-jelekkan orang, bergosip dan sebagainya.
Yakobus dalam suratnya menulis: "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (Yakobus 1:26). Ketika menerima panggilan Tuhan Yesaya menyadari bahwa dirinya adalah orang yang najis bibir (Yesaya 6:5). Karena itu ia memberi diri untuk dijamah dan diubahkan oleh Roh Tuhan. Adalah mutlak bagi orang percaya untuk memiliki 'bibir yang bersih' supaya ibadah dan pelayanannya berkenan di hadapan Tuhan. Orang dikatakan bibir bersih bila ia mampu mengekang lidahnya dari segala yang jahat atau terbebas dari dusta atau ketidakjujuran. "Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu;" (Mazmur 34:14). Karena itu pemazmur berdoa dan memohon, "Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu." (Mazmur 120:2). Tak mudah menemukan orang yang jujur di zaman sekarang ini. Kebanyakan orang menggunakan trik-trik, akal licik, dan tipu muslihat, demi mewujudkan segala keinginannya.
Bibir yang bersih adalah bibir yang senantiasa memperkatakan firman Tuhan, karena mengimani setiap janji yang terkandung di dalamnya. Setiap firman yang kita perkatakan menghasilkan kuasa yang sangat dahsyat. "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11).
Sudahkah bibir kita bersih? Mohon Roh Kudus-Nya untuk menjamah dan menahirkan bibir kita! Mazmur 141:3
Subscribe to:
Posts (Atom)