Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juni 2018
Baca: Efesus 6:10-20
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." Efesus 6:10
Kita tak bisa memungkiri bahwa keadaan dunia semakin hari semakin tidak baik; persaingan hidup antarinsani semakin berat, kebutuhan hidup merangsek naik dari hari ke sehari, kejahatan manusia pun semakin merajalela. Kita takkan mampu menghadapi jika kita bersandar pada kekuatan sendiri. Itulah sebabnya rasul Paulus mendorong orang percaya untuk semakin kuat di dalam Tuhan (ayat nas). Sebuah pohon akan tegak berdiri di tengah terpaan angin apabila akarnya semakin merambat ke dalam. "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah
kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu," (Kolose 2:7).
Di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini Iblis semakin gencar melancarkan serangannya, dan untuk menghadapi serangan Iblis kita harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata dari Tuhan agar kita dapat bertahan melawan si Iblis (Efesus 6:11). Salah satu perlengkapan senjata rohani adalah perisai iman. "...dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat," (Efesus 6:16). Pada zaman dahulu perisai yang biasa dipakai oleh tentara Romawi adalah perisai dengan ukuran yang luar biasa. Tingginya bisa mencapai 1,3 meter dan lebarnya 1 meter. Perisai ini disebut scutum, terbuat dari kayu yang dikelilingi lapisan baja dengan logam di tengahnya. Ini adalah senjata yang harus dimiliki oleh seorang tentara untuk mempertahankan diri yaitu diangkat untuk melindungi bagian tubuhnya (khususnya wajah) dan dihantamkan kepada lawan sebagai mekanisme pertahanan diri.
Kapan kita harus menggunakan perisai iman? Di segala keadaan! Inilah iman yang tidak terpengaruh oleh situasi atau kondisi apa pun. Seburuk apa pun keadaan dan seberat apa pun tantangannya tetaplah beriman kepada Tuhan. Iman sanggup mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin; iman sanggup membuka jalan saat tiada jalan; dan dengan iman pula kita dapat mematahkan setiap serangan-serangan yang dilancarkan oleh si Iblis: "Lawanlah dia dengan iman yang teguh," (1 Petrus 5:9).
Milikilah iman yang teguh supaya kita mampu bertahan di tengah goncangan dunia dan mampu mengalahkan musuh (Iblis)!
Monday, June 25, 2018
Sunday, June 24, 2018
IMAN: Tak Ada Perkara Mustahil
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juni 2018
Baca: Ibrani 11:30-31
"Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya." Ibrani 11:30
Kota Yerikho bukanlah kota yang lemah, sebab kota tersebut dikelilingi oleh tembok yang tebal, sehingga bukan pekerjaan yang mudah bagi bangsa-bangsa lain untuk dapat menaklukkan dan mendudukinya. Mustahil bagi manusia, tapi tidak ada perkara yang mustahil bagi setiap orang yang hidup mengandalkan Tuhan dan beriman kepada-Nya. Inilah buktinya: ketika bangsa Israel mau taat melakukan kehendak Tuhan, sekalipun perintah Tuhan itu tidak masuk di akal, tidak logis, mereka berhasil menduduki kota itu. Bukan karena kekuatan militernya, bukan pula karena kemahiran Yosua dalam mengatur strategi perang, tapi karena mereka mau memraktekkan apa yang diperintahkan Tuhan. Inilah iman yang disertai dengan perbuatan, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Pergumulan berat apa yang Saudara alami saat ini? Mungkin kita mendengar omongan orang lain yang sangat melemahkan: "Percuma...penyakit semacam itu tidak mungkin sembuh. Mustahil suamimu akan kembali ke rumah, dia sudah digondol wewe gombel (diculik hantu - Red.). Hutang sebanyak itu tak mungkin dapat terlunasi!" Ada pelajaran berharga dari runtuhnya tembok Yerikho ini: selama kita hidup mengandalkan Tuhan dan taat melakukan kehendak-Nya tidak ada hal yang terlalu besar yang tidak bisa diatasi. Kalau kita fokus pada apa yang terlintas secara kasat mata mustahil tembok Yerikho (gambaran dari masalah - Red.) bisa runtuh. Tetapi kalau kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan yang ajaib segala perbuatan-Nya, maka masalah sebesar apa pun tidak ada arti apa-apa di hadapan Tuhan. Namun seringkali kita tidak mau taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan, dan memilih mengandalkan kekuatan sendiri, menggunakan cara sendiri mengatasi masalah. "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5).
Yosua dan bangsa Israel hanya disuruh untuk berjalan mengelilingi kota Yerikho sekali sehari selama 6 hari lamanya dan pada hari yang ketujuh mereka harus mengelilingi kota itu tujuh kali, lalu diakhiri dengan sorak-sorai (Yosua 6:3-5).
Cara Tuhan sering tidak masuk akal, tapi ketika kita taat, perkara besar terjadi!
Baca: Ibrani 11:30-31
"Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya." Ibrani 11:30
Kota Yerikho bukanlah kota yang lemah, sebab kota tersebut dikelilingi oleh tembok yang tebal, sehingga bukan pekerjaan yang mudah bagi bangsa-bangsa lain untuk dapat menaklukkan dan mendudukinya. Mustahil bagi manusia, tapi tidak ada perkara yang mustahil bagi setiap orang yang hidup mengandalkan Tuhan dan beriman kepada-Nya. Inilah buktinya: ketika bangsa Israel mau taat melakukan kehendak Tuhan, sekalipun perintah Tuhan itu tidak masuk di akal, tidak logis, mereka berhasil menduduki kota itu. Bukan karena kekuatan militernya, bukan pula karena kemahiran Yosua dalam mengatur strategi perang, tapi karena mereka mau memraktekkan apa yang diperintahkan Tuhan. Inilah iman yang disertai dengan perbuatan, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Pergumulan berat apa yang Saudara alami saat ini? Mungkin kita mendengar omongan orang lain yang sangat melemahkan: "Percuma...penyakit semacam itu tidak mungkin sembuh. Mustahil suamimu akan kembali ke rumah, dia sudah digondol wewe gombel (diculik hantu - Red.). Hutang sebanyak itu tak mungkin dapat terlunasi!" Ada pelajaran berharga dari runtuhnya tembok Yerikho ini: selama kita hidup mengandalkan Tuhan dan taat melakukan kehendak-Nya tidak ada hal yang terlalu besar yang tidak bisa diatasi. Kalau kita fokus pada apa yang terlintas secara kasat mata mustahil tembok Yerikho (gambaran dari masalah - Red.) bisa runtuh. Tetapi kalau kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan yang ajaib segala perbuatan-Nya, maka masalah sebesar apa pun tidak ada arti apa-apa di hadapan Tuhan. Namun seringkali kita tidak mau taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan, dan memilih mengandalkan kekuatan sendiri, menggunakan cara sendiri mengatasi masalah. "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5).
Yosua dan bangsa Israel hanya disuruh untuk berjalan mengelilingi kota Yerikho sekali sehari selama 6 hari lamanya dan pada hari yang ketujuh mereka harus mengelilingi kota itu tujuh kali, lalu diakhiri dengan sorak-sorai (Yosua 6:3-5).
Cara Tuhan sering tidak masuk akal, tapi ketika kita taat, perkara besar terjadi!
Subscribe to:
Posts (Atom)