Friday, June 22, 2018

SIKAP MENGHADAPI PENDERITAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juni 2018

Baca:  Ayub 10:1-22

"Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku."  Ayub 10:1

Ada beberapa sikap yang kemungkina ditunjukkan ketika seseorang dihadapkan pada masalah, penderitaan, kesulitan, kesukaran atau kesesakan:  1.  Kecewa, mengeluh, mengomel dan bersungut-sungut kepada Tuhan.  Lalu mereka akan membanding-bandingkan dengan keadaan orang-orang di luar Tuhan yang membuatnya merasa iri hati.  Pemazmur mengingatkan,  "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia,"  (Mazmur 37:1-3).

     Sikap membanding-bandingkan keadaan ini juga dilakukan oleh bangsa Israel ketika berada di padang gurun.  "Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?"  (Bilangan 14:3)  dan  "Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat."  (Bilangan 11:5-6).  2.  Meninggalkan Tuhan.  Karena terbentur masalah ada banyak orang Kristen yang tidak lagi bersungguh-sungguh mengikut Tuhan, berani menyangkal iman dan akhirnya meninggalkan Tuhan.  Mereka tergiur dengan tawaran-tawaran dunia yang memberi solusi untuk masalahnya.  Demas memilih untuk meninggalkan pelayanan hanya karena ia tidak tahan dengan kesulitan dan penderitaan, dan memilih untuk kembali kepada dunia.  "...Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika."  (2 Timotius 4:10).  Contohlah Paulus yang terus berjuang untuk melayani Tuhan, sekalipun harus melewati berbagai penderitaan dan nyawa menjadi taruhannya.

     Bila kita mudah kecewa kepada Tuhan hanya karena terbentur dengan keadaan yang tidak mengenakkan, berarti motivasi kita salah dalam mengikut Tuhan.  Mengikut Tuhan jangan hanya mau yang enak saja!  Ada harga yang harus dibayar.

Sikap atau respons terhadap masalah menunjukkan kualitas iman seseorang!

Thursday, June 21, 2018

KRISTEN SEJATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juni 2018

Baca:  Kisah Para Rasul 11:19-30

"Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen."  Kisah 11:26b

Sebutan  'Kristen'  yang pertama kali diberikan kepada para pengikut Kristus adalah di Antiokhia Siria.  Mereka disebut Kristen karena telah menunjukkan kualitas hidup yang mencerminkan Kristus dan tentunya  'berbeda'  dari orang-orang pada umumnya.  Sebutan atau predikat dan karakter semestinya identik, menjadi satu kesatuan.  Mendengar kata  'Kristen'  seringkali pandangan semua orang langsung tertuju kepada mereka yang tampak sibuk keluar-masuk gedung gereja, terlibat dalam kegiatan-kegiatan kerohanian di gereja, atau mereka yang tampak mengenakan aksesoris seperti kalung salib, mengenakan t-shirt atau mengendarai mobil yang bergambar atau berstiker ayat-ayat Alkitab.

     Benarkah demikian?  Ternyata tanda yang menunjukkan bahwa seseorang adalah pengikut Kristus  (Kristen)  bukan dilihat dari atribut-atribut yang dikenakan, melainkan dari perilaku atau gaya hidup sehari-hari.  Kita bisa meneladani cara hidup jemaat mula-mula.  Mereka mendapat sebutan sebagai orang percaya oleh karena mereka benar-benar percaya kepada Kristus dan memercayakan hidup kepada-Nya.  Selain itu mereka juga disebut murid Kristus karena kualitas hidup yang telah ditunjukkan:  tekun berdoa, tekun membaca dan merenungkan firman Tuhan, memraktekkan kasih dan meneladani cara hidup Kristus, Sang Guru Agung.  Mereka mau diajar dan dibentuk untuk menjadi serupa dengan Kristus sebab ada tertulis:  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).

     Alkitab juga mencatat bahwa sebutan lain bagi orang Kristen pada waktu itu adalah pengikut jalan Tuhan.  Mereka menjadi sasaran Saulus  (Paulus sebelum bertobat)  untuk ditangkap dan dianiaya.  "Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem."  (Kisah 9:1-2).  Mengikuti jalan Tuhan berarti tidak berkompromi dengan cara hidup dunia!  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,"  (Roma 12:2).

Sudahkah kita layak disebut sebagai pengikut Kristus  (Kristen)  yang sejati?