Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juni 2018
Baca: Mazmur 66:1-20
"Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak." Mazmur 66:10
Kalau saja bisa, semua orang pasti ingin terbebas dari masalah. Tapi selama masih hidup di dunia ini, siap atau tidak siap, suka atau tidak suka, kita pasti akan menghadapi masalah: mulai dari masalah yang kecil atau sepele, sampai kepada masalah yang kita rasa berat. Pada dasarnya masalah mempunyai dua sisi: mendorong orang untuk mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh atau justru sebaliknya, membawanya semakin menjauh dari Tuhan. Pilihan dan keputusan ada pada masing-masing orang!
Jika kita memahami bahwa dalam segala hal Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan, maka kita takkan protes, mengeluh atau kecewa ketika mengalami masalah. Tuhan seringkali menggunakan masalah sebagai cara untuk menegur dan memperingatkan kita. Pemazmur berkata, "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:67, 71). Namun masalah juga sebagai cara yang Tuhan pakai untuk membawa kita kepada rencana-Nya yang indah, suatu kesempatan bagi kita untuk melihat kuasa pembelaan Tuhan, menguatkan otot-otot iman kita dan memurnikan karakter hidup kita. "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).
Tokoh-tokoh besar di Alkitab juga tak luput dari masalah: Yusuf harus melewati proses hidup yang teramat menyakitkan sebelum ia mengalami penggenapan janji Tuhan, dan dapat berkata, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah
telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti
yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang
besar." (Kejadian 50:20). Sadrakh, Mesakh dan Abednego harus melewati dapur perapian yang menyala-nyala sampai akhirnya mereka dapat melihat dan merasakan kuasa pembelaan Tuhan (Daniel 3:25-27). Daniel pun harus merasakan pengalaman yang luar biasa yaitu masuk ke dalam gua singa, dan melihat campur tangan Tuhan yang ajaib (Daniel 6:23).
Jangan bersungut-sungut ketika masalah datang, sebab di balik masalah selalu ada rencana Tuhan yang indah!
Wednesday, June 13, 2018
Tuesday, June 12, 2018
PERCAYA TAKHAYUL: Tidak Percaya Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juni 2018
Baca: 1 Timotius 4:1-16
"Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua." 1 Timotius 4:7a
Ada berbagai macam takhayul yang berkembang subur dalam kehidupan masyarakat dan dipercayai oleh banyak orang. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang juga percaya pada takhayul dan terlibat dalam praktek kuasa kegelapan ini. Takhayul adalah suatu kepercayaan yang tidak berdasarkan akal sehat dan kebenaran; kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, tetapi sebenarnya tidak ada atau tidak sakti. Sumber kepercayaan akan takhayul bisa berasal dari ajaran turun-temurun atau petuah nenek moyang, ada istiadat masyarakat setempat atau langsung dari roh-roh penyesat.
Contoh-contoh takhayul: rumah yang berada di posisi 'tusuk sate' tidak akan membawa keberuntungan, menanam pohon pepaya di depan rumah akan seret jodoh bagi orangtua yang punya anak gadis, pada foto bertiga yang tengah pasti akan terpisah jauh atau cepat mati dan sebagainya. Termasuk juga percaya kepada hari-hari atau tanggal-tanggal tertentu yang diyakini mendatangkan keberuntungan, padahal semua hari adalah baik dan Tuhan menciptakan hari-hari untuk kebaikan manusia. "Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun." (Galatia 4:10). Orang yang mempercayai takhayul pada akhirnya akan terus dihantui dan diintimidasi rasa takut yang tak beralasan: takut sial, takut mati, takut seret rejekinya dan lain-lain. Ketakutan yang disebabkan karena mempercayai takhayul adalah pertanda bahwa orang sudah masuk dalam perangkap jebakan Iblis, yang adalah bapa segala pendusta (Yohanes 8:44). Padahal Tuhan tidak memberikan kepada kita roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Timotius 1:7).
Orang Kristen yang masih percaya takhayul sama artinya berkompromi dengan kuasa kegelapan. Rasul Paulus memperingatkan kita untuk menjauhi takhayul dan dongeng nenek-nenek tua (ayat nas). Percaya takhayul berarti melakukan perzinahan rohani. Itu adalah kebencian Tuhan! Dalam kekristenan tak ada istilah percaya 'setengah-setengah' kepada Tuhan, suam-suam kuku. "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16).
Jauhilah segala hal yang berhubungan dengan kuasa gelap dan percayalah hanya kepada Tuhan!
Baca: 1 Timotius 4:1-16
"Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua." 1 Timotius 4:7a
Ada berbagai macam takhayul yang berkembang subur dalam kehidupan masyarakat dan dipercayai oleh banyak orang. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang juga percaya pada takhayul dan terlibat dalam praktek kuasa kegelapan ini. Takhayul adalah suatu kepercayaan yang tidak berdasarkan akal sehat dan kebenaran; kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, tetapi sebenarnya tidak ada atau tidak sakti. Sumber kepercayaan akan takhayul bisa berasal dari ajaran turun-temurun atau petuah nenek moyang, ada istiadat masyarakat setempat atau langsung dari roh-roh penyesat.
Contoh-contoh takhayul: rumah yang berada di posisi 'tusuk sate' tidak akan membawa keberuntungan, menanam pohon pepaya di depan rumah akan seret jodoh bagi orangtua yang punya anak gadis, pada foto bertiga yang tengah pasti akan terpisah jauh atau cepat mati dan sebagainya. Termasuk juga percaya kepada hari-hari atau tanggal-tanggal tertentu yang diyakini mendatangkan keberuntungan, padahal semua hari adalah baik dan Tuhan menciptakan hari-hari untuk kebaikan manusia. "Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun." (Galatia 4:10). Orang yang mempercayai takhayul pada akhirnya akan terus dihantui dan diintimidasi rasa takut yang tak beralasan: takut sial, takut mati, takut seret rejekinya dan lain-lain. Ketakutan yang disebabkan karena mempercayai takhayul adalah pertanda bahwa orang sudah masuk dalam perangkap jebakan Iblis, yang adalah bapa segala pendusta (Yohanes 8:44). Padahal Tuhan tidak memberikan kepada kita roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Timotius 1:7).
Orang Kristen yang masih percaya takhayul sama artinya berkompromi dengan kuasa kegelapan. Rasul Paulus memperingatkan kita untuk menjauhi takhayul dan dongeng nenek-nenek tua (ayat nas). Percaya takhayul berarti melakukan perzinahan rohani. Itu adalah kebencian Tuhan! Dalam kekristenan tak ada istilah percaya 'setengah-setengah' kepada Tuhan, suam-suam kuku. "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16).
Jauhilah segala hal yang berhubungan dengan kuasa gelap dan percayalah hanya kepada Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)